4.1.4.1 Uji Signifikan Parameter Parsial Uji Statistik t
Tujuan dilakukannya uji statistik t adalah untuk melihat ada atau tidak pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen
secara individu parsialBerikut ini ketentuan untuk menolak atau menerima hipotesis.
1. Perbandingan t hitung dengan t tabel Jika statistik t hitung statistik t tabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima. Jika statistik t hitung statistik t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2. Nilai probabilitas tingkat signifikansi Jika probabilitas 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika
probabilitas 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Uji signifikansi parsial dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji t
Sumber : Output SPSS, diolah penulis, 2013
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1Constant
19425.001 70512.734
.275 .785
CAR 152599.313
321146.144 .047
.475 .639
NPL 469092.159
862029.154 .060
.544 .591
ROA 6452650.019
802470.350 .824 8.041
.000 LDR
-137378.273 57109.825
-.263 -2.406 .024
a. Dependent Variable: TPK
Universitas Sumatera Utara
a. Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Tingkat Penyaluran Kredit Rasio solvabilitas atau sering disebut juga rasio permodalan. Analisis
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sebagai sumber
dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang
penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain, sebagai alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang
sahamnya, dan sebagai tolak ukur modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang
tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio permodalan, dapat diukur antara lain: capital adequacy ratio dan
rasio aktiva tetap terhadap modal. Dan untuk penelitian ini digunakan Capital Adequacy Ratio CAR.
Berdasarkan tabel, variabel CAR X1 diperoleh nilai t hitung t tabel 0,475 1,697. Hal ini mengindikasikan H1 ditolak, yang berarti bahwa CAR
tidak berpengaruh terhadap pemberian TPK secara parsial. b. Pengaruh Aktiva Produktif terhadap Tingkat Penyaluran Kredit
Aktiva produktif bermasalah merupakan aktiva produktif dengan kualitas kurang lancer, diragukan dan macet. Setiap jenis usaha selalu
dihadapkan pada berbagai resiko, begitu pula didalam bisnis perbankan, banyak pula resiko yang dihadapinya. Resiko-resiko ini dapat pula diukur
secara kuantitatif antara lain dengan: deposit risk ratio, non performing
Universitas Sumatera Utara
loan ratio, aktiva produktif bermasalah dan interest risk rate ratio. Dalam penelitian ini dipakai non performing loan ratio sebagai perwakilan rasio
aktiva produktif. Berdasarkan tabel, variabel NPL X2 diperoleh nilai t hitung t
tabel 0,544 1,697. Hal ini mengindikasikan H1 ditolak, yang berarti bahwa NPL tidak berpengaruh terhadap pemberian TPK secara parsial.
c. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Tingkat Penyaluran Kredit Rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaannya. Pada rasio profitabilitas keuntungan, rasio yang dapat diukur antara lain: return on assets, biaya operasipendapatan
operasi, gross profit margin, dan net profit margin Berdasarkan tabel, variabel ROA X3 diperoleh nilai t hitung t
tabel 8,041 1,697. Hal ini mengindikasikan H1 diterima, yang berarti bahwa ROA berpengaruh terhadap pemberian TPK secara parsial.
d. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Tingkat Penyaluran Kredit Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar peruahaan relativ terhadap hutang lancarnya hutang dalam hal ini merupakan kewajiban bank.
Suatu bank dikatakan liquid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
Universitas Sumatera Utara
penangguhan. Oleh karena itu, bank dapat dikatakan liquid apabila bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya, memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya misal
surat berharga yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, bank tersebut mempunyai kemampuan untuk
menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang
tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
Dalam rasio likuiditas, rasio yang dapat diukur antara lain: quick ratio, banking ratio, dan loans deposit ratio.
Berdasarkan tabel, variabel LDR X4 diperoleh nilai t hitung t tabel -2.406 1.697. Hal ini mengindikasikan H1 ditolak, yang berarti
bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap pemberian TPK secara parsial.
4.1.4.2 Uji Signifikan Parameter Simultan Uji Statistik F