Persebaran Penduduk Gambaran Umum Kependudukan

Bab I I : K ajian M engenai U rbanisasi dan K ebijakan K ependudukan D i Jawa Barat 26 kelompok kabupaten yang paling banyak menarik migran masuk adalah Kabupaten Bogor, dan pada kelompok kota adalah Kota Depok. Sementara itu Kabupaten Ciamis dan Kota Cirebon diindikasikan sebagai wilayah yang banyak mengirimkan migran ke luar daerahnya. Rasio jenis kelamin Jawa Barat pada tahun 2005 sebesar 102,4 artinya di Jawa Barat terdapat 1.024 orang laki-laki tiap 1.000 orang perempuan. Angka rasio jenis kelamin di atas angka 100 terjadi juga pada tahun 2000 dan 2002. Namun demikian, jika dibedakan berdasarkan kabupatenkota, data pada Tabel 2.4 memperlihatkan angka yang bervariasi.

2.2.3 Persebaran Penduduk

Data mengenai persebaran penduduk pada suatu wilayah sangat diperlukan, untuk melihat di bagian mana terjadi pemusatan penduduk dan dibagian mana saja yang memiliki jumlah relatif penduduk sedikit. Data persebaran penduduk menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat menunjukkan proporsi penduduk pada tiap kabupatenkota terhadap total penduduk Jawa Barat, angkanya dinyatakan dalam persen. Tabel 2.5 memperlihatkan, proporsi penduduk terbanyak pada tahun 2005 berada di Kabupaten Bandung 11,85 persen dan Kabupaten Bogor 9,65 persen. Keadaan tersebut sudah terjadi sejak tahun 2000. Peringkat ketiga terbanyak tahun 2005 diduduki oleh Kabupaten Sukabumi 5,69 persen, dan ini telah menggeser kedudukan Kota Bandung yang pada tahun 2000 dan 2002 berada di peringkat ketiga tetapi pada tahun 2005 menjadi peringkat keenam 5,55 persen. Walaupun Kabupaten Bandung dan Bogor sama-sama menjadi daerah yang memiliki persentase penduduk banyak, namun dilihat dari perkembangannya sejak tahun 2000 memiliki perbedaan. Angka relatif penduduk Kabupaten Bandung pada periode tahun 2000-2005 memperlihatkan peningkatan yang konsisten. Kabupaten Bogor walaupun posisinya tetap berada diperingkat kedua, pada periode 2000-2005 angka relatifnya memperlihatkan penurunan. Kabupaten Sukabumi yang mengalami peningkatan peringkat dari posisi keempat terbanyak pada tahun 2000 dan 2002, menjadi K ajian Pola Penyusunan Penanganan dan Pengendalian U rbanisasi 27 peringkat ketiga pada tahun 2005, tidak berarti angka relatifnya meningkat, malah sebaliknya. Proporsi penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2005 ternyata angkanya lebih rendah dari tahun 2000 dan 2002. Lain halnya dengan Kota Bandung, yang mengalami penurunan peringkat dari posisi ketiga pada tahun 2000 dan 2002 menjadi keenam pada tahun 2005, ternyata sejalan dengan penurunan angka relatif penduduknya yang konsisten. Tabel 2.5 Persebaran Penduduk Jawa Barat Menurut KabupatenKota Tahun 2000, 2002, dan 2005 No. Kabupaten Persebaran Penduduk Kota 2000 2002 2005 1 Bogor 9,82 9,75 9,65 2 Sukabumi 5,81 5,76 5,69 3 Cianjur 5,45 5,40 5,32 4 Bandung 11,64 11,74 11,85 5 Garut 5,74 5,69 5,60 6 Tasikmalaya 5,78 5,70 5,57 7 Ciamis 4,53 4,44 4,30 8 Kuningan 2,76 2,70 2,62 9 Cirebon 5,41 5,36 5,27 10 Majalengka 3,14 3,07 2,97 11 Sumedang 2,71 2,69 2,64 12 Indramayu 4,45 4,36 4,23 13 Subang 3,72 3,66 3,57 14 Purwakarta 1,96 1,96 1,96 15 Karawang 5,00 4,98 4,93 16 Bekasi 4,67 4,84 5,11 17 Kota Bogor 2,10 2,42 2,98 18 Kota Sukabumi 0,71 0,71 0,71 19 Kota Bandung 5,98 5,81 5,55 20 Kota Cirebon 0,76 0,74 0,72 21 Kota Bekasi 4,66 4,90 5,29 22 Kota Depok 3,20 3,31 3,47 JAWA BARAT 100,00 100,00 100,00 Sumber: Hasil SP 2000, Susenas 2002, proyeksi 2005 diolah kembali. Selanjutnya Tabel 2.5 memperlihatkan pula, kabupaten dan kota yang memiliki proporsi penduduk paling sedikit. Peringkat paling kecil diduduki oleh Kota Sukabumi, Kota Cirebon, dan Kabupaten Purwakarta. Angka relatifnya, pada tahun 2005 masing-masing Bab I I : K ajian M engenai U rbanisasi dan K ebijakan K ependudukan D i Jawa Barat 28 sebesar 0,71 persen, 0,72 persen, dan 1,96 persen. Posisi ketiganya telah berlangsung sejak tahun 2000, walaupun memiliki pola yang berlainan. Angka relatif Kota Sukabumi dan Kabupaten Purwakarta tetap konstan dari tahun 2000 hingga 2005, hal ini berlainan dengan Kota Cirebon yang memperlihatkan konsistensi penurunan.

2.2.4 Kepadatan Penduduk