49
3. Apakah program didesain secara logis. 4. Apakah sumber daya yang menjadi input program telah cukup
memadai untuk mencapai tujuan. 5. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan
tersebut. 6. Apakah program dilaksanakan sesuai standar efisien dan ekonomi.
Apakah uang digunakan dengan jujur dan tepat. 7. Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan dan barang
seperti yang didesain dalam program. 8. Apakah program memberikan dampak kepada kelompok non-
sasaran. 9. Apa dampaknya, baik yang diharapkan maupun yang tidak
diharapkan, terhadap masyarakat. 10. Kapan tindakan program dilakukan dan dampaknya diterima oleh
masyarakat. 11. Apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang
diharapkan. Berikut adalah analisis kami terhadap kondisi eksisting Pergub Kep.
Babel No 22 Tahun 2014 dengan dihadapkan kepada isu-isu yang kami dapatkan pada saat melaksanakan observasi lapangan. Isu-isu tersebut
adalah sebagai berikut:
4.2.1. TPP dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Isu yang kami dapatkan berkaitan dengan dampak TPP terhadap kinerja pegawai adalah pemberian TPP ternyata dirasakan rerponden
tidak memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja Responden menyatakan bahwa pemberian TPP merupakan hal yang disambut baik
dikarenakan memberikan
tambahan penghasilan
pegawai dan
peningkatan kesejahteraan. Namun berkaitan dengan maksud dan tujuan
50
ditetapkannya Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014, yakni sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan disiplin pegawai, para responden
menyatakan bahwa selain TPP,pegawai juga memerlukan kondusifitas dan stabilitas lingkungan kerja, serta kepastian jenjang karir dalam
membangun kinerja dan karir pegawai. Isu rotasi dan mutasi pegawai merupakan isu yang dikemukakan oleh
responden yang dianggap sebagai salah satu faktor utama pegawai enggan meningkatkan kinerjanya. Rotasi dan Mutasi yang terlalu sering
serta tidak bisa diduga dianggap responden sebagai hal yang menyebabkan kinerja pegawai tidak optimal.
Pada tahun 2014 hingga bulan Agustus saja sudah terjadi 2 kali proses rotasi dan mutasi dijajaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Para responden berpendapat bahwa idealnya rotasi dan mutasi cukup 1 tahun sekali agar kinerja pegawai dan instansi dapat dibangun
secara konsisten dalam 1 tahun masa anggaran, agar setiap kegiatan instansi yang dibangun dapat direncanakan dan diselesaikan secara
konsisten dan tuntas dalam 1 tahun masa anggaran. Idealnya kajian mengenai dampak TPP terhadap Kinerja Pegawai dikaji dalam suatu
kajian tersendiri yang lebih fokus dan mendalam. Berikut ini adalah tabel analisis evaluasi kebijakan yang kami susun
berkaitan dengan kebijakan TPP dan dampaknya terhadap kinerja berdasarkan hasil observasi yang kami telah laksanakan pada bulan
Agustus 2014.
51
Tabel 4.1. Analisis Evaluasi Kebijakan TPP yang didasarkan kepada
Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014 No. Indikator Evaluasi Kebijakan
TPP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Penjelasan
1. Kelompok dan kepentingan
mana yang memiliki akses di dalam pembuatan kebijakan.
Berdasarkan Observasi yang kami lakukan,
TPP ini
merupakan prakarsa dari Sekda, DPKAD dan
BKD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dengan demikian
kelompok dan kepentingan mana yang memiliki akses didalam
pebuatan kebijakan
tersebut adalalah Sekda, DPKAD dan BKD
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
2. Apakah proses pembuatannya
cukup rinci,
terbuka dan
memenuhi prosedur. Berdasarkan observasi yang kami
lakukan, kami
menemukan Beberapa Hal, yakni:
• Pada
dasarnya pembuatan
TPP ini sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun
Proses Pembuatan TPP ini disusun
hanya berdasarkan
asumsi-asumsi saja
berdasarkan Pangkat
dan Jabatan saja. Sehingga TPP
yang sedang
dilaksanakan pada saat ini belum sesuai
dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Perka BKN No.
20 Tahun
2011 tentang
Pedoman Perhitungan
Tunjangan Kinerja
Pegawai Negeri Sipil.
• Berdasarkan Observasi yang
kami lakukan,
TPP ini
merupakan prakarsa
dari Sekda,
DPKAD dan
BKD Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung. Selama
masa
52
observasi peneliti mendapatkan semua data dengan relatif
mudah serta didukung dengan baik oleh para responden.
Namun satu hal yang belum dapat peneliti simpulkan adalah
siapa yang paling berperan dalam
menggulirkan TPP
Karena terjadi saling lempar tanggung
jawab diantara
Sekda, BKD dan DPKAD. Dengan demikian peneliti tidak
dapat menyimpulkan secara empiris siapa sebenarnya yang
bertanggung jawab lebih besar serta apa dasar pemikiran dari
TPP tersebut.
• Kami
tidak mendapatkan
naskah akademik
maupun dokumen lain yang bersifat
ilmiah yang menjadi dasar, pedoman serta metode dalam
penyusunan TPP pada Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014.
Berdasarkan pendapat para responden Proses Pembuatan
TPP
ini dilaksanakan
berdasarkan hasil
benchmarking yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung terhadap TPP yang diberlakukan di Provinsi Jawa
Barat.
• Dengan point-point tersebut
diatas kami
berpendapat bahwa proses pembuatannya
Proses pembuatannya sudah memenuhi
prosedur hukum
namun TPP ini belum disusun secara rasional dan ilmiah,
karena peneliti tidak berhasil menemukan adanya naskah
akademik
maupun naskah
dalam bentuk
lain yang
53
berisikan penjelasan mengenai dasar
logikadan kerangka
berfikir pemeberian TPP secara ilmiah.
3. Apakah
program didesain
secara logis. Berdasarkan observasi yang kami
lakukan kami
menemukan beberapa hal, yakni:
• Kami
tidak mendapatkan
naskah akademik
maupun dokumen lain yang bersifat
ilmiah yang menjadi dasar, pedoman serta metode dalam
penyusunan TPP pada Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014.
Proses Pembuatan TPP ini dilaksanakan berdasarkan hasil
benchmarking
yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung terhadap TPP yang
diberlakukan di Provinsi Jawa Barat.
• Proses Pembuatan TPP ini
disusun hanya
berdasarkan asumsi-asumsi pangkat dan
54
jabatan saja.
Belum dilaksanakan dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Perka BKN No. 20 Tahun 2011
tentang Pedoman Perhitungan Tunjangan
Kinerja Pegawai
Negeri Sipil. •
Berdasarkan point-point
tersebut diatas, maka kami berkesimpulan bahwa TPP ini
pada dasarnya struktur TPP sudah disusun secara logis bila
ditinjau dari perspektif pangkat dan jabatan. Namun secara
besaran
tarif TPP
penulis belum
dapat menyimpulkan
tingkat kelogisannya
dikarenakan tidak
adanya naskah
akademik maupun
naskah ilmiah yang menjadi landasan
pemikiran TPP
tersebut yang dapat penulis nilai.
4. Apakah sumber daya yang
menjadi input program TPP telah cukup memadai untuk
mencapai tujuan. Berdasarkan observasi yang kami
lakukan kami
menemukan beberapa hal, yakni:
• Kondisi eksisting Pemerintah
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung pada saat penyusunan
Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014 tentang TPP,
belum
semua instansi
menyelesaikan Evaluasi
Jabatan. Sehingga pada saat itu Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung belum memiliki Kelas Jabatan dan Nilai Jabatan yang
baku, sesuai dengan yang diharapakan oleh Perka BKN
No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Perhitungan Tunjangan
Kinerja Pegawai
Negeri Sipil. •
Kondisi anggaran
Provinsi
55
Kepulauan Bangka Belitung sejak dimulainya penerapan
TPP hingga saat ini terlihat bahwa penyerapan anggaran
berkisar antara 85-90. Ini artinya anggaran yang dimiliki
masih
memadai untuk
penerapan Tunjangan Kinerja yang
didasarkan kepada
standar Perka BKN No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Perhitungan Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri Sipil masih
memiliki
peluang untuk
dikembangkan. 5.
Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan
tersebut. Berdasarkan observasi yang kami
lakukan kami berpendapat bahwa standar implementasi Tunjangan
Kinerja yang baik adalah yang didasarkan kepada standar Perka
BKN No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Tunjangan
Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut didasarkan kepada :
• Secara Legal Formal, Perka
BKN No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan
Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri
Sipil merupakan
standar normatif
bagi pelaksanaan
Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
• TPP
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
yang didasarkan kepada Pergub
Kep. Babel No 22 Tahun 2014 pada
saat ini
hanya didasarkan kepada asumsi-
asumsi pangkat dan jabatan saja,
serta belum
mempertimbangkan kinerja
pegawai. Sebaiknya
di kemudian
hari lebih
disempurnakan dengan
56
menyandarkan standar
perhitungan TPP pada Perka BKN No. 20 Tahun 2011
6. Apakah program dilaksanakan
sesuai standar efisien dan ekonomi.
Apakah uang
digunakan dengan jujur dan tepat.
Berdasarkan observasi yang kami lakukan
kami menemukan
beberapa hal, yakni: •
Komposisi besaran tarif TPP yang didasarkan pada Pergub
Kep. Babel No 22 Tahun 2014 telah memancing beberapa isu.
Isu yang paling mengemuka adalah
berkaitan dengan
besaran tarif TPP sekda yang mencapai
angka Rp.
20.000.000,- yang diaanggap beberapa
kalangan tidak
proporsional. Tentu
saja pendapat
tersebut dapat
ditinjau dari perspektif politis maupun teknokratis.
7. Apakah
kelompok sasaran
memperoleh pelayanan dan barang seperti yang didesain
dalam program. Berdasarkan observasi yang kami
lakukan kami
menemukan beberapa hal, yakni:
• TPP yang didasarkan pada
Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014 telah disampaikan
kepada seluruh
Pegawai Negeri
Sipil di
lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. 8.
Apakah program memberikan dampak
kepada kelompok
nonsasaran. Untuk menjelaskan indikator ini
perlu dikaji dalam kajian yang fokus terhadap dampak kebijakan
terhadap kelompok non sasaran, yakni masyarakat.
9. Apa dampaknya, baik yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan,
terhadap masyarakat.
Untuk menjelaskan indikator ini perlu dikaji dalam kajian yang
fokus terhadap dampak kebijakan terhadap kelompok non sasaran,
yakni masyarakat.
57
10. Kapan
tindakan program
dilakukan dan
dampaknya diterima oleh masyarakat.
Untuk menjelaskan indikator ini perlu dikaji dalam kajian tersendiri
yang fokus terhadap dampak kebijakan terhadap kelompok non
sasaran, yakni masyarakat.
11. Apakah tindakan dan dampak
tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, Pemberian TPP yang
didasarkan pada Pergub Kep. Babel No 22 Tahun 2014 telah
memberikan
peningkatan penghasilan
kepada Pegawai
negeri sipil
dilingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Namun sifat perhitungan TPP yang belum
berdasarkan perhitungan kinerja secara riil bisa jadi merupakan
salah
satu faktor
belum meningkatnya
kinerja Pegawai
Negeri Sipil
di lingkungan
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4.2.2. Penetapan dan Pemberian TPP Berdasarkan Kinerja