sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated
dalam diri individu. Maka dari itu, dalam penginderaan orang akan mengaitkan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan
mengaitkan dengan obyek. Davidoff dalam Walgito, 2010 menambahkan bahwa dengan persepsi, individu akan menyadari tentang keadaan
sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Berdasarkan dari pengertian-pengertian persepsi yang dikemukakan di
atas, dapat
disimpulkan bahwa
persepsi merupakan
proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi atau stimulus dari lingkungan
yang ada di sekitar individu yang ditangkap oleh alat indera. Jadi pada dasarnya, persepsi menyangkut keterlibatan manusia dengan aspek dunia
di luar manusia tersebut, bagaimana manusia bisa menginterpretasikan stimulus yang diterimanya dari lingkungannya dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: a perhatian yang selektif, b ciri-ciri rangsang, c nilai-nilai dan kebutuhan individu, dan d
pengalaman terdahulu Irwanto, 2002; Walgito, 2004. Masing-masing faktor dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perhatian yang selektif
Setiap individu berinteraksi dengan lingkungan, sehingga mempengaruhi individu untuk menerima rangsang dari dunia sekitar.
Rangsang atau stimulus yang diterima individu sangatlah beragam,
maka individu perlu memilih untuk memusatkan perhatian pada rangsang tertentu saja. Perhatian sebagai langkah mempersiapkan
persepsi merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu terhadap suatu atau sekumpulan obyek. Perhatian terhadap
suatu obyek antara lain tergantung dari intensitas obyek itu sendiri Walgito, 2004: 98. Individu menerima banyak sekali rangsang dari
lingkungannya setiap saat, meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Individu memusatkan
perhatiannya pada rangsang tertentu saja. Maka, obyek atau gejala- gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai obyek pengamat
Irwanto, 2002: 96-97. Perhatian mempengaruhi persepsi, ada begitu banyak rangsang
atau stimuli di sekitar manusia dan ia tidak dapat menerima semua stimuli itu. Hal ini berarti manusia perlu selektif dalam menerima
stimuli. Perhatian akan mengarahkan manusia memusatkan diri hanya pada sebagian stimuli yang mungkin dapat diterima pada suatu waktu,
dengan kata lain, persepsi manusia mengenai sesuatu tidak pada semua bagian melainkan hanya sebagian saja sesuai dengan pusat
perhatiannya. Ketika guru BK memberikan bimbingan kepada para siswa dengan menggunakan media bimbingan, para siswa
memperoleh begitu banyak manfaat dari penggunaan media tersebut. Manfaat yang diperoleh para siswa bergantung pada hal-hal menarik
yang ditangkap oleh masing-masing siswa, dan siswa dengan
sendirinya dapat menangkap manfaat dari materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK.
b. Ciri-ciri rangsang
Ketika individu melakukan persepsi, rangsang yang diterima harus kuat sampai melewati ambang rangsang, minimal dapat diterima
individu Walgito, 2004: 46. Rangsang yang berubah-ubah lebih mudah diterima oleh individu daripada rangsang yang statis.
Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara berulang-ulang akan lebih mudah diterima individu Irwanto, dkk, 1988: 78. Ketika
guru BK memberikan materi bimbingan dengan menggunakan media bimbingan yang unik dan inovatif, siswa akan lebih cepat tertarik
untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan memahami isi materi bimbingan yang diberikan sehingga dengan sendirinya siswa bisa
menemukan manfaat dari kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh guru BK.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Davidoff dalam Walgito, 2004: 89 mengemukakan bahwa persepsi itu bersifat individual, sehingga persepsi individu yang satu
dengan yang lain dapat berbeda. Perbedaan ini ditentukan oleh nilai dan kebutuhan individu itu sendiri. Nilai dan kebutuhan individu
mempengaruhi individu selama menerima rangsang. Rangsang yang dapat memenuhi kebutuhan individu akan lebih mudah diperhatikan.
Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai dan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Individu akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang lebih bernilai baginya. Setiap individu memiliki prioritas nilai, maka
prioritas setiap inividu berbeda-beda sesuai dengan prioritas nilainya masing-masing. Individu juga akan lebih menaruh perhatian kepada
rangsang yang sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, perhatian individu terhadap rangsang bersifat subyektif, berbeda
antara individu satu dengan yang lainnya Irwanto, 2002: 97. Ketika guru BK memberikan materi bimbingan kepada para siswa,
hendaknya didasarkan pada kebutuhan para siswa, agar lebih tepat dan sesuai dengan keadaan para siswa, sehingga siswa pun dapat tertarik
untuk mengikuti, memahami dan bertindak sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru BK, dengan demikian siswa dapat mendapatkan
manfaat dari penyampaian materi bimbingan yang disampaikan dengan media bimbingan.
d. Pengalaman terdahulu
Perhatian individu terhadap rangsang dapat ditentukan oleh pengalaman individu yang sebelumnya yang berhubungan dengan
rangsang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat memperngaruhi individu dalam mempersepsi dunianya
Irwanto, 2004: 97.
Perhatian individu ditentukan juga oleh pengetahuan individu sebagai hasil pengalaman terdahulu, yang dapat berupa pengetahuan
bersifat kognitif mengetahui sesuatu bergunabermanfaat atau tidak bergunatidak bermanfaat. Pengetahuan bersifat kognitif menjadi
dasar untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Setiap individu kecenderungan melihat sesuatu yang sama dengan
cara yang berbeda-beda, oleh karena itu setiap orang memberi arti kepada stimulus dengan cara berbeda pula. Hal tersebut dikarenakan
pengalaman yang dimiliki masing-masing individu berbeda, maka dalam menyikapi stimulus pun dapat berbeda satu dengan yang
lainnya. Ketika guru BK menyampaikan materi bimbingan, siswa akan menggunakan pengalaman terdahulunya untuk dapat memahami,
menafsirkan isi dari materi bimbingan tersebut. Seperti yang dikatakan di atas, siswa satu dengan yang lain dapat berbeda dalam
memahami dan mempersepsikan materi bimbingan karena mereka menggunakan pengalaman terdahulunya masing-masing. Maka
dengan penggunaan media bimbingan, para siswa bisa mendapatkan pemahaman yang sama tentang materi bimbingan yang diberikan oleh
guru BK dan mereka mendapatkan manfaat dari materi bimbingan tersebut.
Berdasarkan uraian tentang persepsi di atas, maka dapat diambil contoh obyek dari persepsi, salah satunya adalah persepsi siswa
terhadap manfaat penggunaan media bimbingan yang ada di sekolah.
Di sekolah, media digunakan oleh guru untuk membantu dalam penyampaian informasi atau materi kepada para siswanya, sehingga
dalam proses layanan bimbingan, manfaat media bimbingan dapat dijadikan sebagai obyek persepsi karena dapat memunculkan
pendapat, tanggapan serta pemikiran tentang manfaat media tersebut bagi diri masing-masing siswa.
B. Media Bimbingan