Persepsi siswa terhadap penggunaan media dalam pembelajaran al-Qur'an hadits di MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA

DALAM PEMBELAJARAN AL-

QUR’AN HADIT

S DI MTs

PEMBANGUNAN UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH

LULU FAUZIAH

NIM : 106011000010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

(3)

(4)

Kata Pengantar

ميح ّرلا نمح ّرلا ها مسب

“Bismillahirahmanirahim...” penulis mengawali pembuatan skripsi ini dengan segala kelapangan hati dan keikhlasan. “Alhamdulillahirabbilalamin” atas berkat rahmat Allah swt, Tuhan semesta alam yang selalu memberikan limpahan karunia kepada hambanya. Skripsi yang berjudul „Pemanfaatan Media dalam

pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di MTs Pembangunan UIN syarif hidayatullah Jakarta‟ ini telah berhasil penulis rampungkan tepat waktu. Guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (Spd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam tak lupa selalu penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu setia pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain “Jazakumullah Khairan

Katsira” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas Allah dengan berlipat ganda. Adapun pihak-pihak yang berjasa itu diantaranya:

1. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda (Hj.Sumiyati) dan Ayahanda (H.Djuhari) tercinta, beserta keluarga besar yang selalu setia memberikan dukungkan kepada penulis baik secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.

3. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai Kepala Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

4. Drs. Abdul Haris M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi, yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.


(5)

5. Dr. H. Abd. Fattah Wibisono, MA sebagai penasehat akademik, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis, untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepala Sekolah dan Guru-Guru di MTs Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam penelitian di sekolah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

9. Kakak-kakak dan adikku tersayang, k’Coem, k’Biah, dan Naziah, terima kasih

atas do’a dan bimbingannya.

10. Untuk sahabat-sahabatku, Erika dan Nervi yang selalu ada di samping penulis dalam keadaan suka dan duka, I love u all friends.

11. Teman-temanku, Nadiah, Indah dan Neneng, serta Shohibul Alif yang lainnya (Kelas A angkatan 2006), teman-teman Peminatan Sejarah Angkatan 2009 dan teman-teman seluruh angkatan 2006 dari kelas A-E yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang dibuatnya. Maka dari itu, saran, kritik dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di massa mendatang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Januari 2011

Penulis Lulu Fauziah


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi Siswa ... 11

1. Pengertian persepsi ... 11

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi siswa ... 12

B. Media Pembelajaran ... 13

1. Pengertian Media ... 14

2. Fungsi dan Manfaat Media dalam Pembelajaran ... 15

3. Urgensi Penggunaan Media ... 21

4. Kriteria Pemilihan Media ... 22

5. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 24

C. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ... 25

1. Pembelajaran ... 25

a). Pengertian Belajar ... 25

b). Pengertian Mengajar ... 27

c). Pengertian Pembelajaran ... 28

d). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 29

2. Al-Qur’an Hadits ... 29


(7)

b). Tujuan Mata Pelajaran al-Qur’an Hadits ... 30

c). Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits ... 30

d). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah ... 30

e). Karekteristik pelajaran Al-Qur’an Hadits ... 35

D. Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran ... 35

1. Media Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits ... 35

2. Guru dan Media Pembelajaran ... 39

E. Kerangka Berfikir ... 41

F. Hipotesis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

B. Variabel Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum Lokasi Penelitian ... 50

B. Deskripsi Data ... 57

C. Analisis Data ... 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran-Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

1 Kisi-kisi instrumen penelitian 45 – 46

2 Tenaga Edukatif Madrasah Tsanawiyah Pembangunan

Jakarta 54-56

3 Media dapat membantu saya dalam

kelangkapan/melengkapi sumber belajar 57 4 Media dapat menggambarkan sesuatu yang abstrak 58 5 Media dapat membantu saya dalam menghafal

ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits 58

6 Dengan media saya menjadi lebih tertarik pada

pelajaran Al-Qur’an Hadits 59

7 Media dapat membantu saya dalam membaca

Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid 59

8 Media dapat membantu saya dalam memahami

ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits 60

9 Media yang digunakan oleh guru membuat

konsentrasi saya hilang 61

10 Belajar mengguanakan media hanya

membuang-buang waktu 61

11 Guru menguasai media yang digunakan 62

12 Media yang digunakan guru sesuai dengan materi

pembelajaran 63

13 Media yang digunakan sesuai dengan tujuan

pembelajaran 63

14 Media yang digunakan disertai dengan metode

pembalajaran yang sesuai 64

15 Saya mengerti akan materi pembelajaran setelah

menggunakan media 65

16 Dengan menggunakan media, substansi pembelajaran

tidak tersampaikan 65

17 Guru kreatif dalam membuat dan menyajikan media

pembelajaran 66

18 Media yang digunakan bervariasi 67

19 Setelah guru menggunakan media, nilai pelajaran Al-Qur’an Hadits saya meningkat 67 20 Belajar Al-Qur’an Hadits menggunakan media

menjadi membosankan 68

21 Belajar dengan menggunakan media memberikan

pengalaman baru bagi saya 68

22 Dengan menggunakan media, saya dapat mengikuti

pembelajaran dengan baik 69

23 Media yang digunakan oleh guru hanya satu macam 70 24 Dengan menggunakan media, guru dapat menyajikan 70


(9)

pembelajaran dengan baik

25 Dengan menggunakan media, guru dan siswa lebih

interaktif 71

26 Guru sangat terampil dalam menggunakan media pada

pelajaran Al-Qur’an Hadits 71

27 Dengan memanfaatkan media, pembelajaran Al-Qur’an Hadits lebih hemat waktu 72 28 Nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan indikator 73


(10)

ABSTRAK

NAMA : Lulu Fauziah

NIM : 106011000010

JURUSAN : Pendidikan Agama Islam

JUDUL SKRIPSI : Persepsi siswa terhadap Penggunaan Media dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah

Sumber belajar tidak hanya pendidik (jenis orang), tetapi bisa juga yang lain, seperti jenis pesan (message) tertentu, yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima oleh siswa/peserta didik. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata lisan atau tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Sedangkan proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut decoding.

Tidak hanya media yang tepat dan menarik agar terciptanya kelancaran proses pembelajaran, tetapi juga untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah satu yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

Kenyataan masih dirasakan bahwa media, model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan guru di sekolah lebih didasarkan kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa. Akibatnya, proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru terkesan lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini kemungkinan tidak dapat dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai pelaksana kurikulum dan pengajar sangatlah kompleks dan sulit. Keadaan dan fenomena seperti diunkapkan di atas semakin lebih jelas lagi dengan masih terdapat beberapa kelemahan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di MTs khususnya mata pelajaran

Al-Qur’an Hadits, diantaranya adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran, orientasi pembelajaran al-qur’an hadits yang hanya menekankan kepada hafalan dari pada penanaman isi, serta kurangnya sumber belajar yang memadai.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu; ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah juga sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.1

Dinyatakan dalam Undang-Undang Republik IndonesianNo. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan demikian, dalam UU Sisdiknas tersebut berupaya mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT.LKiS Printing Cemerlang, 2009), cet. ke-1, h. v


(12)

Pendidikan secara historis-operasional telah dilaksanakan sejak adanya manusia pertama di muka bumi ini, yaitu sejak Nabi Adam a.s. yang dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa proses pendidikan itu terjadi pada saat Adam berdialog dengan Tuhan. Dialog tersebut didasarkan pada motivasi individu yang ingin selalu berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya. Dialog merupakan bagian dari proses pendidikan dan ia membutuhkan lingkungan yang kondusif dan strategi yang memungkinkan peserta didik bebas berapresiasi dan tidak takut salah, tetapi tetap beradab dan mengembangkan etika.

Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua terhadap anak-anak mereka. Dengan mempertimbangkan efektivitas dan efesiensi –oleh karena keterbatasan waktu dan fasilitas yang dimiliki orang tua– akhirnya didirikan lembaga pendidikan dengan maksud untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Lembaga pendidikan didesain dengan pertimbangan edukatif agar proses pendidikan berlangsung dengan mudah, murah, dan sukses sesuai tujuan yang disepakati dan ditetapkan bersama antara guru, lembaga pendidikan, dan keluarga.

Salah satu tujuan pendidikan di Indonesia menurut Undang-Undang Sisdiknas yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Karena hal tersebut, siswa membutuhkan pendidikan keagamaan, sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 30 Ayat (2) menyebutkan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.2

Muhammad Hamid an-Nashir dan Kulah Abd al-Qadir Darwis, sebagaimana dikutip oleh Moh. Roqib dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, misalnya, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia (ri‟ayah) pada sisi jasmani, akal, bahasa,

2

Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), cet. ke-9, h. 15


(13)

laku, dan kehidupan sosial dan keagamaan yang diarahkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.3

Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, terdapat beberapa tujuan pendidikan. Pertama, tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. tujuan itu meliputi seluru aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Kedua, tujuan akhir, yakni dapat dipahami dalam firman Allah pada Qs. Ali-Imran ayat 102:











Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup yang berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.4

Selain itu, Pendidikan Islam juga memiliki tujuan yaitu mewujudkan perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada tingkah laku individu dan kehidupan

3

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, … h. 16-17 4

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), cet. Ke-5, h. 30-31


(14)

pribadinya maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana subyek didik menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan paedagogik.5

Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia memerlukan sebuah lembaga pendidikan baik lembaga informal, formal, maupun non-formal. Lembaga pendidikan merupakan suatu institusi, media, forum, atau situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran, baik secara terstruktur maupun secara tradisi yang telah diciptakan sebelumnya. Pengertian tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa seluruh proses kehidupan manusia pada dasarnya merupakan kegiatan belajar mengajar atau pendidikan. Manusia tidak bisa lepas dari kegiatan belajar-mengajar ini. Dengan demikian, belajar dan mengajar sangat penting dalam proses perkembangan seseorang.6

Sekolah sebagai salah satu tripusat pendidikan dinilai sangat berperan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam arti manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa yang tinggi. Untuk itu pendidikan agama di sekolah sangat diperlukan terutama dalam rangka peningkatan imtaq. Bahkan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 37 Ayat (1): “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,

keterampilan kejuruan, dan muatan lokal”.7

Dari beberapa pengertian di atas telah dikemukakan bahwa pendidikan agama sangatlah penting baik melalui lembaga formal, informal, maupun non formal. Sejalan dengan pendapat Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa:

5

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT.LKiS Printing Cemerlang, 2009), cet. Ke- 1, h. 25

6

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam…., h. 121 7

Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen….h. 18-19


(15)

“Pada umumnya agama seseorang diitentukan oleh pendidikan, pengalaman,

dan latihan yang dilakukannya sejak kecil”.8

Jadi, perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil: baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat, terutama pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Di Indonesia, pendidikan Agama Islam mendapat tempat yang layak serta perhatian yang serius dari kalangan masyarakat dan pemerintah. Karena pendidikan agama Islam merupakan bagian integral dari program pengajaran pada setiap jenjang pendidikan, serta merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam.9

Kenyataan masih dirasakan bahwa media, model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan guru di sekolah lebih didasarkan kebutuhan formal dari pada kebutuhan riil siswa. Akibatnya, proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru terkesan lebih merupakan pekerjaan administratif, dan belum berperan dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini kemungkinan tidak dapat dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa tugas yang diemban guru sebagai pelaksana kurikulum dan pengajar sangatlah kompleks dan sulit. Keadaan dan fenomena seperti diunkapkan di atas semakin lebih jelas lagi dengan masih terdapat beberapa kelemahan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di MTs khususnya mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, diantaranya adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran, orientasi pembelajaran al-qur’an hadits yang hanya menekankan kepada hafalan dari pada penanaman isi, serta kurangnya sumber belajar yang memadai.

Menurut Rustiyah Nk.dkk: ”Media pendidikan adalah alat, metode,

dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas

8

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), cet. I, h. 139

9

Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam, 1989), h. 1


(16)

komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.

Vernon S. Gerlach dan Donald P. Ely: “Media adalah sumber belajar.

Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang membuat kondisi siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah”.10

Sebagai komponen pendidikan, alat dan media dapat membantu dan bahkan terkadang ia bisa menggantikan peran pendidik dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi dengan perkembangan teknologi saat ini, semua yang dahulu terasa sulit menjadi mudah, yang jauh menjadi dekat, dan yang membutuhkan waktu lama bisa diselesaikan dengan cepat.

Alat-alat pendidikan sering disebut peralatan pendidikan yang dalam banyak kasus menjadi rancu karena dipersamakan dengan media pendidikan. Alat (device) bisa disebut dengan hardware atau perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan pesan. Sementara bahan (materials) atau perangkat lunak (software) di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan, baik dengan bantuan alat penyaji ataupun tanpa alat penyaji. Keduanya tidak lain adalah media pendidikan.

Pada mulanya, media memang dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi pendidik (teaching aids), namun karena terlalu memusatkan pada alat bantu visual yang dipakainya maka orang kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi, dan evaluasinya.

Sumber belajar tidak hanya pendidik (jenis orang), tetapi bisa juga yang lain, seperti jenis pesan (message) tertentu, yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau diterima oleh siswa/peserta didik. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata lisan atau tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Sedangkan proses

10

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. Ke- 2, h. 80


(17)

penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut

decoding.

Media dan alat pendidikan tentu saja harus dibuat sesuai dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan membaca ayat-ayat al-Qur’an dan hadits seperti media visual yang bersifat visual verbal, dalam pelajaran al-Qur’an hadits minimal menggunakan al-Qur’an atau buku pelajaran yang sudah dimiliki oleh para siswa. Selain itu juga untuk kebutuhan menterjemahkan ayat-ayat

al-Qur’an dan Hadits sesuai materi pembelajaran, menghafal misalnya dengan menggunakan media audio, serta memahami isi kandungan al-Qur’an dan Hadits. Saat ini telah tercipta media program khusus dengan berbagai variasinya yang bisa dioperasikan dengan mudah dan cepat lewat komputer. Pendidikan Islam harus memanfaatkan semua fasilitas dari hasil perkembangan iptek ini dan tidak boleh melewatkannya dengan sia-sia sebab hal itu termasuk memubadzirkan sesuatu dan ini tentu dilarang oleh Islam.11

Tidak hanya media yang tepat dan menarik agar terciptanya kelancaran proses pembelajaran, tetapi juga untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah satu yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni yang memilki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).12

Tujuan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah meningkatkan kecintaan siswa terhadaap Al-Qur’an dan Hadits, membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, meningkatkan kekhusyu’an siswa dalam beribadah terlebih shalat, dengan menerapkan hokum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.13

11

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam,…., h. 70-71 12

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet ke. 1, h. 1

13

MAPENDA DEPAG Kabupaten Tangerang, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Laksana Mandiri Putra, 2009), cet. ke-1, h. 89


(18)

Pada kenyataannya dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits penerapan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits terhadap kehidupan sehari-hari kurang disentuh. Karena pada proses pembelajarannya guru hanya menjelaskan sekedarnya dari sumber yang sekedarnya pula. Guru kurang kreatif dalam menyajikan dan menggunakan media pembelajaran. Jika pembelajaran dilakukan seperti itu terus menerus tujuan pembelajaran

al-Qur’an Hadits sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahasnya lebih lanjut, yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah penelitian yang berjudul: “PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MTs PEMBANGUNAN UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA”.

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas timbullah beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Kurang tercapainya tujuan pembelajaran al-Qur’an Hadits 2. Kurangnya perhatian siswa dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits 3. Kurangnya penggunaan media pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits 4. Orientasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah yang masih

menekankan kepada hafalan ayat dari pada penanaman isi. 5. Kurangnya sumber pelajaran yang digunakan oleh guru

6. Belum optimalnya pola belajar siswa di kelas. Hal ini dapat terlihat kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dikarenakan belum optimalnya guru dalam mempersiapkan pembelajaran.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, penulis membatasi pada:


(19)

1. Pembatasan Masalah

1. Kurangnya penggunaan media pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits 2. Orientasi pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah yang masih

menekankan kepada hafalan ayat dari pada penanaman isi

3. Persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran Al-Qur’an Hadits

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dapat dirumuskan:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bagaimana Persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran Al-Qur’an Hadits

D.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan seberapa besar fungsi media dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits

b. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pengguanan media dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari judul dan isi skripsi ini, adalah sebagai berikut:

a. Sebagai kontribusi bagi lembaga terkait bahwa media pembelajaran berperan penting dalam mendukung kelangsungan pendidikan di sekolah.


(20)

b. Sebagai manivestasi kebutuhan penulis mengamalkan ilmu yang telah penulis peroleh serta untuk memenuhi penyelesaian studi di tingkat strata satu (S1), memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Persepsi Siswa

3. Pengertian persepsi

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, persepsi berarti pengamatan; penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan; hal mengetahui, melalui indera; tanggapan (indera); daya memahami.14

Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu.15

Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum psikologi menuliskan bahwa persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu, disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.16

Menurut Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, menuliskan bahwa persepsi adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya; dengan kemampuan inilah manusia mengenali lingkunan hidupnya.17

Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu kejadian yang dialami. Dalam kamus

14

M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Surabaya: Arkola, 2001), h. 556

15

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta:PT. Mizan Publika, 2004), h. 107, cet. ke-1

16

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), cet. ke-8, h. 39

17

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. ke-1, h. 46


(22)

standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan, persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.18

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi a) Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menaggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatoannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan.

b) Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangan paling kuat.

c) Nilai dan kebutuhan individu

18

Abdul Rahman Shaleh, Muhbib abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), cet. ke-2, h. 88


(23)

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rsa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar daripada anak-anak orang kaya.

d) Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.19

B.

Media Pembelajaran

Globalisasi, sebuah fenomena besar yang sedang melanda negeri ini. Pada keadaan awal globalisasi mengantarkan semua aspek kehidupan suatu bangsa kearah yang lebih modern. Secara fisik, teknologi digital merupakan sebuah contoh adanya globalisasi yang melanda dunia. Teknologi digital mengakibatkan perkembangan teknologi yang berbasis jaringan makin canggih. Perkembangan ini juga sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menunjukkan jati dirinya dalam peradaban manusia dewasa ini. Sudah tentu tidak dapat diingkari dan dipandang sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan share yang signifikan terhadap nilai tambah ekonomi. Efisiensi dalam berbagai bidang, khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya melalui kecepatan dan ketepatan informasi, serta performa fisik telah dapat ditingkatkan dengan sangat drastis, sekaligus berarti telah mampu mengefisienkan penggunaan tempat dalam arti kapasitas ruang.20

1. Pengertian Media

Media merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam suatu proses belajar mengajar karena media dapat membantu pendidik

19

Abdul Rahman Shaleh, Muhbib abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar ...., h. 119 20

Septian Suhandono, http://septiansuhandono.blogspot.com/2010/05/implementasi-kandungan-ayat-al-quran.html, 15 Mei 2010


(24)

dalam menyampaikan pesan dalam materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar pada mata pelajaran tertentu tercapai.

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Heinich, Molenda, dan Russel, sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, diungkapkan bahwa Media is a channel of communication. Derived from the latin word for “between”, the term refers “to anything that carries information between a source and receiver.21

Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.22

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Community Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan informasi. Gagne sebagaimana dikutip oleh Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran “Sebuah Pendekatan Baru”, media pembelajaran dapat diartikan sebagai

“segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan

dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara

efisien dan efektif”.23

21

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. ke-1, h. 204

22

R. Angkowo, A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 10

23


(25)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat yang berisi pesan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu segala sesuatu (alat) yang berisi pesan pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa untuk aktif dalam belajar sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien menuju kepada tercapainya kompetensi yang diharapkan.

2. Fungsi dan Manfaat Media dalam Pembelajaran

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Dengan demikian media berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pembelajaran.24

Wina Sanjaya dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, menyebutkan bahwa fungsi media pada dasarnya adalah menumbuhkan motivasi peserta didik, dapat mengingat pelajaran dengan mudah, peserta didik menjadi aktif dalam merespon, memberi umpan balik dengan cepat, mendorong peserta didik untuk melaksanak kegiatan praktek dengan tepat.25

Selain itu, Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran mengklasifikasikan fungsi media sebagai berikut:

a). Fungsi Media Sebagai Sumber Belajar

24

M. Basyiruddin Usman, Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 20-21

25

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,….,h. 98


(26)

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai “sumber

belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur,

penyampai, penghubung dan lain-lain.26

Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem intruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.

b). Fungsi Semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

c). Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya yakni kemampuan merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasi-kan suatu peristiwa atau obyek. Berdasarmentransportasi-kan karakteristik umum ini, media memilki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu, dan mengatasi keterbatasan inderawi.27

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu:

1. Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam.

26

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, h. 37 27


(27)

2. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat, seperti proses ibadah haji.

3. Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama pada mata pelajaran sejarah) seperti peristiwa Nabi Nuh dan kapalnya, peristiwa-peristiwa sejarah itu dapat dituangkan dalam film, dramatisasi, dongeng, dan lain-lain.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia yaitu:

1. Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom, dan lain-lain, yakni dengan memanfaatkan gambar.

2. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara membaca

Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid, yakni dengan

memanfaatkan kaset (tape recorder).28 d). Fungsi Psikologis

1. Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lainnya. Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik memfokuskan perhatian siswa.

2. Fungsi Afektif

28


(28)

Fungsi afektif yakni menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya.29 3. Fungsi Kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, kejadian atau peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. 4. Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran autistik.

5. Fungsi Motivasi

Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan.

e). Fungsi Sosio-Kultural

29


(29)

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak. Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, apalagi bila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman dan lain-lain. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.30

Sedangkan manfaat media dalam pembelajaran Kemp dan Dayton sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya Media Pengajaran mengidentifikasi 8 manfaat media dalam pendidikan adalah:

1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan

Dengan melihat atau mendengar uraian tentang suatu ilmu melalui media yang sama, maka siswa akan menerima informasi yang sama dengan teman lainnya.

2. Proses instruksional lebih menarik

Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar dan dapat dilihat, serta menyajikan suatu proses atau prosedur yang bersifat abstrak, tidak lengkap menjadi lengkap, dan disajikan dengan gambar dan warna-warna yang menarik, sehingga merangsang siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan lebih aktif dan suasana pembelajaran menjadi lebih hidup, menarik dan tidak membosankan.

3. Proses belajar lebih interaktif

Jika media dirancang dengan benar, akan mengaktifkan komunikasi guru dan siswa, (guru dan siswa sama-sama aktif). 4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi

30


(30)

Dengan memanfaatkan media akan mempermudah guru dalam memberikan penjelasan kepada siswa sehingga waktu yang digunakan relatif lebih singkat.

5. Kualitas belajar dapat ditingkatkan

Melalui media yang tepat, siswa akan lebih mudah menyerap materi pelajaran secara mendalam dan utuh dikarenakan siswa dapat melihat, mendengar, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media.

6. Proses belajar dapat terjadi kapan dan di mana saja

Media pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat belajar kapan dan dimana saja mereka mau. Seperti program-program komputer dan modul.

7. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap proses dan bahan belajar

Melalui media, pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga akan meningkatkan kecintaan siswa terhadap belajar dan bahan pelajaran.

8. Peran guru berubah ke arah positif dan produktif

Guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi lebih sebagai fasilitator, dan konsultan siswa. Dalam pembelajaran guru perlu memahami karakteristik dan kemampuan dari masing-masing media agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik materi yang akan disampaikan, dan situasi kondisi siswa. Contoh bila tujuan atau kompetensi siswa yang diharapkan bersifat hafalan seperti pada pembelajaran Al-Qur’an yang berkenaan dengan pengucapan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits, lebih tepat menggunakan media audio berupa media kaset audio. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka. media cetak yang lebih tepat digunakan. Apabila


(31)

pembelajaran bersifat pengembangan keterampilan siswa, maka media film dan video bisa digunakan.31

Intinya adalah bahwa penggunaan media itu merupakan cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dengan peserta didik agar lebih efektif.

3. Urgensi Penggunaan Media

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan kegairahan, dan sebagainya.

Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

b. Media dapat mengatasi ruang kelas, seperti objek yang terlalu besar.

c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya.

31

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet. ke-1, h. 22-23


(32)

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis, penggunaan media seperti: film, gambar, model, grafik, dan sebagainya.

f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. g. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa

untuk belajar.

h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.32

4. Kriteria Pemilihan Media

Kebanyakan para pendidik atau pelatih yang menggunakan media tidak mendasarkan pilihan medianya pada pemikiran logis dan ilmiah, melainkan lebih karena mengikuti perkembangan majunya teknologi atau karena mengikuti kebiasaan yang berkembang di lingkungan sekolah. Tidak sedikit juga, dalam proses belajar mengajar di kelas para pengajar membiasakan penggunaan media yang telah disediakan pada kesesuaiana dengan tujuan, materi, dan karakteristik siswanya.

Pertimbangan tersebut, tentunya tidaklah salah, namun hendaknya dilengkapi dengan pertimbangan pada kriteria-kriteria pemilihan media yang logis dan benar. Ini berarti bahwa suatu pendekatan belajar yang lebih kuat harus dicari, yakni yang dapat menghubungkan karakteristik media dengan tuntutan tujuan dan karakteristik siswa.

Untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa media pembelajaran adalah bagian dari sistem intruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem

32


(33)

intruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang menjadi fokus disini antara lain33:

a. Karakteristik siswa

Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.

b. Tujuan belajar

Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Namun, kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

c. Sifat bahan ajar

Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari para siswanya. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut aktivitas atas perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik pemanfaatannya.

d. Pengadaan media

Dilihat dari segi pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman, media dapat dibagi menjadi dua macam, pertama, Media Jadi (by utilization), yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilan materi penggunaannya, namun kecil kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran. Kedua, Media Rancangan (by design), yaitu media yang dirancang secara khusus

33


(34)

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, media ini besar kemungkinan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

e. Sifat pemanfaatan media

Dilihat dari sifat pemanfaatannya, media pembelajaran terdapat dua macam, yaitu:

1) Media Primer, yakni media yang diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajarannya.

2) Media Sekunder, media ini bertujuan untuk memberikan pengayaan materi. Media sekunder ini dapat dijadikan sumber belajar di mana para siswa dapat belajar di mana para siswa dapat belajar secara mandiri atau berkelompok.

Kedua macam media tersebut tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan tujuan, materi, dan karakteristik siswa saja, tetapi juga memerlukan sejumlah keahlian dan pengalaman professional guru. Guru pun hendaknya mengetahui potensi media, maka dengan demikian guru juga harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik masing-masing jenis media tersebut.34

5. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk suatu proses pembelajaran. Mulai dari media yang sederhana, konvensional, dan murah harganya, hingga media yang kompleks, rumit, modern, dan harganya sangat mahal. Mulai dari yang hanya merespons indera tertentu, sampai yang dapat merespons perpaduan dari berbagai indera manusia. Dari yang hanya secara manual dan konvensional dalam mengoperasionalannya, hingga yang sangat tergantung pada perangkat keras dan kemahiran sumber daya manusia tertentu dalam pengoperasionalannya.

34


(35)

Menurut Heinich, Molenda, Russel, sebagaimana dikutip oleh R. Angkowo dalam buku Optimalisasi Media Pembelajaran

menyebutkan bahwa jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran antara lain: media nonproyeksi, media proyeksi, media audio, media gerak, media komputer, komputer multi media, hipermedia, dan media jarak jauh.

Jenis media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, poster,

kartun, dan komik. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. b. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model

penampang, model susun, model kerja, dan diorama. c. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, OHP. d. Lingkungan sebagai media pembelajaran.35

C.

Pembelajaran Al-

Qur’an Hadits

3. Pembelajaran

a). Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar berasal dari

kata “ajar” yang diberi imbuhan “be-“ yang berarti berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu.36

Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

35

R. Angkowo, Optimalisasi Media Pembelajaran, h. 12-13 36

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1, h. 13


(36)

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah

“suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi

yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah

“Suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan.” 37

Skinner mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlansung secara progresif. Bell Gredler (1986:1) mendefinisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagi hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.38

Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning

sebagai mana di kutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya

Psikologi Pendidikan mengemukakan, “Belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).39

37

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-2, h. 54-55

38

R. Angkowo, Optimalisasi Media Pembelajaran, h. 47 39

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. ke-21, h. 84


(37)

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.40

b). Pengertian Mengajar

Mengajar dalam konteks standard proses pendidikan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.41

Sardiman A.M mendefiniskan mengajar dalam bukunya

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar menyebutkan bahwa mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan.

Secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-bakinya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.42

c). Pengertian Pembelajaran

40

Sardiman A.M, Ienteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-11, h. 20

41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. ke-2, h. 101

42


(38)

Pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan yang melibatkan dua pihak yaitu siswa yang melakukan kegiatan belajar dan guru yang melakukan kegiatan membelajarkan siswa.43

Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan

“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.44 Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa di lingkungan pendidikan (sekolah).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. 45

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.

d). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau

43

Di poskan oleh Education, http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/pemanfaatan-media-pembelajaran.html, 25 Mei 2010, 10.30

44

Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen,… h. 4 45

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/


(39)

kecakapan. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan:

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2. Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.46

4. Al-Qur’an Hadits

a). Pengertian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran Agama Islam pada madrasah yang memeberikan pemahaman kepada peserta didik tentang Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam.47

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan mata pelajaran

Al-Qur’am Hadits pada jenjang MI dan MA, terutama pada

penekanan kemampuan membaca Al-Qur’an Hadits, pemahaman surat-surat pendek, dan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.

b). Tujuan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits pada tingkat Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk:

46

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 102 47

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus Untuk Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: PT. Binatama Raya, 2007), h. 274


(40)

1. Meningkatkan kecintaan siswa terhadaap Al-Qur’an dan Hadits

2. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan.

3. Meningkatkan kekhusyuan siswa dalam beribadah terlebih shalat, dengan menerapkan hokum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.48

c). Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah

Ruang lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:

1. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.

2. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan hadits dalam memperkaya khazanah intelektual.

3. Menerapkan isi kandungan ayat/hadits yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.49 d). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah

Tsanawiyah

1. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits MTs

Memahami isi pokok al-Qur’an, fungsi, dan bukti-bukti kemurniannya, istilah-istilah hadis, fungsi hadis terhadap al-Qur'an, pembagian hadis ditinjau dari segi kuantitas dan

48

MAPENDA DEPAG Kabupaten Tangerang, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Laksana Mandiri Putra, 2009), cet. ke-1, h. 89

49

MAPENDA DEPAG Kabupaten Tangerang, Peraturan Menteri Agama Republik


(41)

kualitasnya, serta memahami dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.50 Selain itu Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah memiliki standard kelulusan sebagai berikut:

1) Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan

Al-Qur’an

2) Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang akhlaq terhadap ibu-bapak, sesama manusia, dan perintah bertaqwa, persatuan dan persaudaraan, setan sebagai musuh manusia, berlaku dermawan, semangat keilmuwan, makanan yang halal dan baik, sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan, sikap konsekuen dan jujur

3) Memahami hadits-hadits tentang akhlaq terhadap ibu bapak, sesama manusia, perintah bertaqwa, meyakini kebenaran Islam dan istiqamah, cinta kepada Allah dan Rasul, makanan yang halal dan baik, perintah menuntut ilmu, taat kepada Allah, Rasul, dan pemerintah

4) Memahami sejarah turunnya Al-Qur’an

5) Memahami arti hadits dan macam-macamnya.51

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Madrasah Tsanawiyah

1) Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah

1. Memahami al-Qur'an dan al-Hadis sebagai pedoman hidup

2. Mencintai al-Qur'an dan al-Hadis

50

PERMENAG RI No.2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, h. 6

51

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus Untuk Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: PT. Binatama Raya, 2007), h. 277


(42)

3. Menerapkan al-Qur'an surat-surat pendek pilihan dalam kehidupan sehari-hari tentang tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah, toleransi, tentang problematika dakwah, ketentuan rezeki dari Allah, kepedulian sosial, menimbun harta (serakah), hukum fenomena alam, menghargai waktu dan menuntut ilmu

4. Memahami hadis tentang ciri iman dan ibadah yang diterima Allah, tolong-menolong dan mencintai anak yatim, keseimbangan hidup di dunia dan akhirat, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, menuntut ilmu dan menghargai waktu

5. Membaca al-Qur'an surat pendek pilihan 2) Kompetensi Dasar Madrasah Tsanawiyah

1. Menjelaskan pengertian dan fungsi al-Qur'an dan Hadis

2. Menjelaskan cara-cara menfungsikan al-Qur'an dan Hadis

3. Menerapkan al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat Islam

4. Menjelaskan perilaku orang yang mencintai al-Qur'an dan al-Hadis

5. Menerapkan perilaku mencintai Qur'an dan al-Hadis dalam kehidupan

6. Memahami isi kandungan QS al-Faatihah, an-Naas,

al-Falaq dan al-Ikhlaas tentang tauhiid Rubuubiyah

dan Uluuhiyyah

7. Menerapkan kandungan QS al-Faatihah, an-Naas,

al-Falaq dan al-Ikhlaas dalam kehidupan sehari-hari


(43)

8. Menulis hadis tentang iman dan ibadah, tolong-menolong dan mencintai anak yatim, keseimbangan hidup di dunia dan akhirat, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, menuntut ilmu dan menghargai waktu

9. Menerjemahkan makna hadis tentang iman dan ibadah, tolong-menolong dan mencintai anak yatim, keseimbangan hidup di dunia dan akhirat, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, menuntut ilmu dan menghargai waktu

10.Menghafalkan hadis tentang iman dan ibadah, tolong-menolong dan mencintai anak yatim, keseimbangan hidup di dunia dan akhirat, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, menuntut ilmu dan menghargai waktu

11.Menjelaskan keterkaitan isi kandungan hadis tentang iman dan ibadah, dalam perilaku tolong menolong dan mencintai anak yatim, dalam perilaku keseimbangan hidup di dunia dan akhirat, dalam perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan alam, dan dalam perilaku menuntut ilmu dan menghargai waktu dalam fenomena kehidupan dan akibatnya

12.Menerapkan hukum bacaan mim sukuun dalam QS

al-Bayyinah dan al-Kafirun, Qalqalah, tafkhim, mad „aridh lissukun, bacaan nun mati, mim mati, lam dan

ra' dalam QS al-Humazah dan at-Takaatsur, mad silah dalam QS al-Qaari‟ah dan al-Zalzalah, mad laazim mukhaffaf kilmi, mutsaqqal kilmi, dan Farqi, mad, lam dan ra' dalam QS al-Ashr dan al-„Alaq,


(44)

mad laazim mukhaffaf harfi dan mutsaqqal harfi

dalam al-Qur’an,

13.Memahami isi kandungan QS Kafirun dan al-Bayyinah tentang toleransi, QS al-Quraisy dan

al-Insyiraah tentang ketentuan rezeki dari Allah, QS

al-Humazah dan at-Takaatsur, QS al-Qaari’ah dan

al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam, kandungan QS al-Ashr dan al-„Alaq tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu,

14.Memahami keterkaitan isi kandungan QS al-Kafirun dan al-Bayyinah tentang membangun kehidupan umat beragama, QS al-Quraisy dan al-Insyiraah

tentang ketentuan rezeki dari Allah, QS al-Kautsar

dan al-Maa‟un tentang kepedulian sosial, QS al-Kautsar dan al-Maa‟un tentang kepedulian sosial, QS al-Humazah dan at-Takaatsur tentang sifat cinta dunia dan melupakan kebahagian hakiki, QS al-Qaari‟ah dan al-Zalzalah tentang hukum fenomena alam, QS al-Ashr dan al-„Alaq tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu, dalam fenomena kehidupan

15.Menerapkan isi kandungan QS al-Kafirun dan al-Bayyinah tentang toleransi, QS al-Lahab dan an-Nashr tentang problematika dakwah, QS al-Quraisy

dan al-Insyiraah tentang ketentuan rezeki dari Allah, QS al-Humazah dan at-Takaatsur, al-Qaari‟ah, al-Zalzalah, QS al-Ashr dan al-„Alaq

tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu dalam kehidupan sehari-hari dan akibatnya.


(45)

e). Karakteristik Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Dari keberadaannya tersebut implikasi dalam proses pembelajarannya tersebut harus menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits pada Madrasah Tsanawiyah memiliki tiga karakteristik yaitu:

1. Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid

2. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan Hadits dalam memperkaya khazanah intelektual

3. Menerapkan isi kandungan ayat/hadits yang merupakan unsur pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.52

D.

Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran

3. Media Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Media pembelajaran adalah suatu alat yang berisi pesan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu segala sesuatu (alat) yang berisi pesan pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa untuk aktif dalam belajar sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien menuju kepada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Pesan pembelajaran yang disampaikan dapat dalam bentuk gambar, film, peta, poster, audio tape, video tape dan sebagainya.53

Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar. Hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses

52

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus .... h. 274 53

Di poskan oleh Education, http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/pemanfaatan-media-pembelajaran.html, 25 Mei 2010, 10.30


(46)

mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.

Dengan demikian penggunaan media dalam pembelajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien. Dalam hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar. 54

Penggunaan media dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits sangat diperlukan dilihat dari standard kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh pesrta didik, media bukan lagi hanya sebagai pelengkap tetapi sudah menjadi suatu keharusan bagi seorang guru.

Dalam perspektif historis, alat tulis dan baca salam Islam telah ada sejak lama dan sudah diajarkan di kalangan para sahabat nabi. Mereka juga sudah memakai peralatan dan media pendidikan dengan sederhana sesuai dengan zamannya. Kulit dan daun kurma dimanfaatkan untuk media rekam ayat-ayat Al-Qur’an, dan setelah kaum muslim mengenal kertas mereka pun kemudian beralih menggunakan kertas untuk menulis dan mencetak Al-Qur’an.

Pada masa sekarang, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses belajar mengajar tidak bias lagi

54

Mohammad Fadil, http://www.mfadil.blog.unej.ac.id/pemanfaatan-media-pembelajaran/, 9 Februari 2009


(47)

dilepaskan dari media modern. Peralatan laboraturium, komputer, film, dan lainnya akan dapat membantu peserta didik dalam belajar.55

Saat ini sudah banyak perusahaan/produsen yang membuat media pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Bahkan dulu sebelum teknologi canggih seperti saat ini sudah ada beberapa media untuk menunjang pembelajaran Al-Qur’an Hadits yakni berupa media visual seperti gambar tempat makhorijul huruf, gambar tersebut dapat memudahkan siswa untuk melafalkan bacaan al-Qur’an. Apalagi pada zaman sekarang ini yang sangat mudah dalam mencari bahkan membuat sendiri media pembelajaran.

Berikut ini dalah contoh-contoh media pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran

Al-Qur’an Hadits:

a. Media pembelajaran Al-Qur’an Hadits jenis visual

Dalam standar kompetensi al-Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah terdapat kompetensi yang mengharuskan siswa dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an dan hadits dengan baik dan benar, untuk memudahkan guru dalam menyampaikannya, guru dapat menggunakan media visual seperti tulisan-tulisan ayat-ayat

al-Qur’an dibantu dengan LCD atau OHP jika di sekolah tersebut terdapat sarana LCD atau OHP agar seluruh siswa terjangkau. Jika di sekolah tidak terdapat sarana tersebut, guru dapat mengkreasikan karton agar siswa tertarik dan antusias pada proses pembelajaran.

Selain kompetensi membaca, menjelaskan ayat-ayat

al-qur’an dan hadits juga dapat menggunakan media jenis visual yakni

dengan gambar atau bentuk visual lainnya.

Di dalam pembelajaran al-Qur’an hadits juga terdapat pembahasan mengenai tajwid, agar guru lebih efektif dan efisien dalam menjelaskan, guru dapat menggunakan media grafik seperti gambar di bawah ini:

55


(48)

b. Media Pembelajaran Al-Qur’an hadits jenis audio

Pembelajaran al-Qur’an hadits identik dengan menghafal, namun tidak sedikit siswa yang merasa jenuh dan bosan dengan menghafal. Agar kompetensi menghafal dapat tercapai, guru dapat menggunakan media audio untuk membantu siswa dalam proses menghafal. Saat ini banyak sekali kaset-kaset yang menarik dan sesuai dengan usia peserta didik agar lebih termotivasi dalam menghafal al-Qur’an maupun hadits.

Selain itu juga dapat digunakan untuk kompetensi seperti cara membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid, yakni dengan memanfaatkan kaset (tape recorder).56

c. Media Pembelajaran al-Qur’an Hadits jenis audio visual

Media audio visual ini merupakan media menarik yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Saat ini banyak sekali video-video yang berhubungan dengan pembelajaran al-qur’an hadits. Media ini dapat membantu peserta didik dalam

56


(1)

27.Kesesuaian dengan

kondisi peserta didik 1x4 = 4

189:63

= 3 4 100% 75%

3

x Cukup Baik

28.Kesesuaian dengan

metode pembelajaran 1x4 = 4

194:63

= 3,08 4 100% 77% 08

,

3

x Baik

29.Penggunaan media sesuai dengan fungsinya

4x4 = 16

790:63

= 12,54 16 100% 78,37% 54

,

12

x Baik

30.Penggunaan media

meningkatkan hasil 1x4 = 4

166:63

= 2,63 4 100% 65,75% 63

,

2

x Cukup Baik

Total Nilai 100 79,68 100% 79,68%

100 68 ,

79

x Baik

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kesesuaian penggunaan media dengan tujuan pembelajaran berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam menggunakan media disesuaikan dengan tujuan pembelajaran tidak hanya mengikuti trend sehingga meninggalkan tujuan yang akan dicapai.

Peran guru dalam pemanfaatan media pembelajaran berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru sangat berperan dalam pemanfaatan media pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.

Kesesuaian media dengan materi pembelajaran berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa media yang dipersiapkan dan digunakan oleh guru sesuai dengan materi pembelajaran, karena kesesuaian media dengan materi pembelajaran adalah merupakan salah satu kriteria pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran.

Meningkatkan minat siswa berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa media baik dalam menumbuhkan minat siswa. Salah satu fungsi dan manfaat media dalam pembelajaran adalah membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran.

Memberikan kejelasan dalam penyampaian materi berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa media dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena selama ini masih banyak guru


(2)

Al-Qur’an Hadits yang menekankan kepada hafalan dan hanya menjelaskan secara verbalistik. Hal ini menunjukkan bahwa menggunakan media dapat memberikan kejelasan dalam penyampaian materi bagi guru dan penerimaan materi bagi siswa.

Memberikan Motivasi berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media dalam pembelajara Al-Qur’an Hadits dapat memberikan motivasi bagi siswa agar siswa tetap semangat dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits.

Kesesuaian dengan kondisi peserta didik berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan dan penggunaan media dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits disesuaikan dengan kondisi peserta didik yakni karakteristik peserta didik yang berbeda-beda.

Kesesuaian dengan metode pembelajaran berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam menggunakan media pembelajaran disertai dengan metode yang sesuai agar pembelajaran lebih menarik dan tujuan pembelajaran tercapai.

Penggunaan media sesuai dengan fungsinya berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran disesuaikan dengan fungsinya salah satunya fungsi media sebagai sumber belajar, media tidak hanya sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran tetapi juga media sebagai salah satu sumber belajar.

Penggunaan media meningkatkan hasil berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang siswa dapatkan meningkat setelah guru menggunakan media pembelajaran.

Jika dilihat dari total nilai setiap aspek, maka dapat disimpulkan bahwa perepsi siswa terhadap penggunaan media dalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Pembangunan Jakarta berada pada kategori baik. Dengan begitu proses pembelajaran lebih menyenangkan dan Al-Qur’an Hadits tidak hanya identik dengan hafalan yang membosankan, dengan media siswa lebih termotivasi sehingga tujuan pembelajaran tercapai


(3)

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis, maka penulis menyimpulkan bahwa:

1. Kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari selama penulis melakukan penelitian, siswa/i semangat dalam proses pembelajaran karena guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai, sehingga siswa/i termotivasi dan lebih aktif serta adanya interaksi antara guru dengan murid sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan materi ajar dapat tersampaikan dengan baik. Karena pelajaran Al-Qur’an Hadits yang identik dengan hafalan dan membuat siswa merasa jenuh sudah berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan karena telah dilengkapi dengan media pembelajaran.

2. Berdasarkan hasil penelitian, persepsi siswa terhadap pengguanan media dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Jakarta berada dalam kategori “baik”. Siswa berpendapat bahwa guru dalam menggunakan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa baik yang sudah disediakan oleh sekolah maupun atas kreativitas guru itu sendiri, hal tersebut menunjukkan bahwa guru


(4)

tersebut telah memiliki kompetensi yang sesuai yang harus dimiliki sebagai seorang guru, dan siswa pun merasakan manfaat dari penggunaan media dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits tersebut.

B.

Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis memberikan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah, untuk meningkatkan profesional para guru, hendaknya diberikan pelatihan-pelatihan mengenai penggunaan media pembelajaran, dan agar lebih memberikan fasilitas berupa media yang dikhususkan untuk pelajaran Al-Qur’an Hadits, karena dengan begitu siswa lebih dapat termotivasi dan memahami tentang isi dari Al-Qur’an Hadits yang merupakan pedoman hidup Umat Islam. Selain itu juga 2. Agar guru lebih kreatif lagi dalam penyajian media dalam pembelajaran

agar siswa lebih semangat dan termotivasi dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah terutama pada pelajaran Al-Qur’an Hadits.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Angkowo, R, A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), cet. ke-13

Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet. ke-1

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), cet. ke-5

Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam, 1989)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1

Education, http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/pemanfaatan-media-pembelajaran.html, 25 Mei 2010, 10.30

Fadil, Mohammad, http://www.mfadil.blog.unej.ac.id/pemanfaatan-media-pembelajaran/, 9 Februari 2009

Guza, Afnil, Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), cet. ke-9

Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), cet. ke-7

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997)

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus Untuk Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: PT. Binatama Raya, 2007)

Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Siswa Ibtidaiyah/Tsanawiyah/Aliyah, (Jakarta: 2010)

MAPENDA DEPAG Kabupaten Tangerang, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Isi Pendidikan


(6)

Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Laksana Mandiri Putra, 2009), cet. ke-1

Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet. ke-1

PERMENAG RI No.2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), cet. ke-21

Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PT.LKiS Printing Cemerlang, 2009), cet. ke-1

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-2 Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), cet. ke-1

____________, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), cet. ke-2

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. ke-11

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), cet. ke-15

Suhandono, Septian, http://septiansuhandono.blogspot.com/2010/05/implementasi-kandungan-ayat-al-quran.html, 15 Mei 2010

Sudjana, Nana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), cet. ke-1

Suri, Nurbayati, “Efektivitas Penggunaan Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD al-Azhar 12 Cikarang-Bekasi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid Jakarta, 2009) t.d.

Usman, M. Basyiruddin, Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1