25
BAB IV DATA DAN ANALISIS
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada empat Sekolah Menengah Atas SMA di Yogyakarta. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas XI Jurusan IPA.
Kegiatan Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015.
Pengambilan data dilakukan dengan mengajukan tes kepada siswa berupa
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji keterampilan proses sains.
Pelaksanaan kegiatan pengambilan data pertama dilakukan di SMA Negeri 6 Yogyakarta pada hari Kamis, tanggal 26 Maret 2015. Pengambilan
data pada hari tersebut dilaksanakan pada pukul 09.30-10.15 WIB di Ruang 208 untuk IPA 5 dengan jumlah responden sebanyak 25 siswa sedangkan
untuk IPA 6 dilaksanakan pada pukul 11.15-12.00 WIB di Ruang 209 dengan jumlah responden sebanyak 26 siswa. Pengambilan data kedua
dilakukan di SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 30 Maret 2015, pengambilan data dilaksanakan di Ruang 3.03 untuk IPA 1 pada
pukul 08.45-09.30 WIB dengan jumlah responden sebanyak 22 siswa. Pada hari dan tanggal yang sama, pengambilan data dilanjutkan pada pukul 14.00-
14.45 WIB di SMA Negeri 9 Yogyakarta, dilaksanakan di Ruang A.202 untuk IPA 2 dengan jumlah responden sebanyak 24 siswa sedangkan untuk
IPA 4 dilaksanakan di Ruang B.104 dengan jumlah responden 22 siswa. Pengambilan data terakhir dilaksanakan di SMA Swasta IMMANUEL
Yogyakarta pada hari Sabtu, tanggal 11 April 2015 pukul 10.15-11.00 WIB
untuk IPA 1 dengan jumlah responden sebanyak 8 siswa.
Jumlah siswa seluruhnya yang mengikuti tes keterampilan proses sains sebanyak 127 siswa, yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 81 siswi
perempuan. Jenis soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda. Dalam soal pilihan ganda siswa diminta untuk memilih jawaban yang telah disediakan.
B. Deskripsi Sekolah
1. SMA Negeri 6 Yogyakarta
SMA Negeri 6 merupakan salah satu jenis sekolah Negeri yang terletak di Jalan Cornelis Simanjuntak 2, Yogyakarta. SMA Negeri 6
telah terakreditasi A. Program atau jurusan yang ada di SMA Negeri 6 terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA
Negeri 6 sebanyak 24 kelas yang terbagi atas 8 kelas untuk kelas X 6 kelas IPA 2 kelas IPS, 8 kelas untuk kelas XI 6 kelas IPA 2 kelas
IPS, dan 8 kelas untuk kelas XII 6 kelas IPA 2 kelas IPS. Nilai terendah untuk bisa bersekolah di SMA Negeri 6 yaitu 36,25 pada Tahun
Ajaran 20142015. Berdasarkan nilai rata-rata Passing Grade pada Tahun Ajaran 20142015 SMA Negeri 6 menduduki peringkat ke 6 dari
11 SMA Negeri di Kota Yogyakarta. Seiring banyaknya prestasi siswa di bidang penelitian, SMA Negeri 6 Yogyakarta kini dijuluki sebagai: “The
Research School of Jogja ”.
2. SMA Negeri 9 Yogyakarta
SMA Negeri 9 merupakan salah satu jenis sekolah Negeri yang terletak di Jalan Sagan 1, Yogyakarta. SMA Negeri 9 telah terakreditasi
A. Program atau jurusan yang ada di SMA Negeri 9 terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA Negeri 9 sebanyak 20
kelas yang terbagi atas 6 kelas untuk kelas X 5 kelas IPA 1 kelas IPS, 7 kelas untuk kelas XI 5 kelas IPA 2 kelas IPS, dan 7 kelas untuk
kelas XII 5 kelas IPA 2 kelas IPS. Nilai terendah untuk bisa bersekolah di SMA Negeri 9 yaitu 35,85 pada Tahun Ajaran 20142015.
Berdasarkan nilai rata-rata Passing Grade pada Tahun Ajaran 20142015 SMA Negeri 9 menduduki peringkat ke 7 dari 11 SMA Negeri di Kota
Yogyakarta. Karena memiliki potensi dan keunggulan di bidang seni dan budaya, SMA Negeri 9 Yogyakarta kini dijuluki sebagai: “The Art and
Culture School ”.
3. SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta
SMA IMMANUEL Yogyakarta merupakan salah satu jenis sekolah Swasta Kristen yang terletak di Jalan Solo Km. 15, Gampar
Tamanmartani, Kalasan, Yogyakarta. SMA IMMANUEL telah terakreditasi B. Program atau jurusan yang ada di SMA IMMANUEL
terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA IMMANUEL sebanyak 5 kelas yang terbagi atas 1 kelas untuk kelas X, 2
kelas untuk kelas XI 1 kelas IPA 1 kelas IPS, dan 2 kelas untuk kelas XII 1 kelas IPA 1 kelas IPS.
4. SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta
SMA PIRI 1 Yogyakarta merupakan salah satu jenis sekolah Swasta Islam yang terletak di Jalan Kemuning 14 Baciro, Yogyakarta. SMA PIRI
1 telah terakreditasi A. Program atau jurusan yang ada di SMA PIRI 1 terbagi atas jurusan IPA dan IPS. Jumlah kelas yang dimiliki oleh SMA
PIRI 1 sebanyak 6 kelas yang terbagi atas 2 kelas untuk kelas X kelas A dan kelas B, 2 kelas untuk kelas XI 1 kelas IPA 1 kelas IPS, dan 2
kelas untuk kelas XII 1 kelas IPA 1 kelas IPS.
C. Analisis Data 1.
Keterampilan Proses Sains Terpadu Siswa Jurusan IPA Tabel 4.1. Distribusi Siswa Jurusan IPA dalam Penguasaan
Keterampilan Proses Sains
Kualifikasi SMAN 6
Yogyakarta SMAN 9
Yogyakarta SMA
IMMANUEL SMA
PIRI 1 Total
Sangat Baik 5,88
0,00 12,50
0,00 4,60
Baik 19,60
21,74 0,00
9,10 12,61
Cukup 39,20
36,95 37,50
18,18 32,96
Kurang 29,41
28,26 50,00
18,20 31,46
Sangat Kurang 5,88
13,04 0,00
54,55 18,36
Berdasarkan Tabel 4.1, maka: Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan
keterampilan proses sains di SMAN 6 Yogyakarta pada kualifikasi sangat baik sebesar 5,88 ; pada kualifikasi baik sebesar 19,60 ;
pada kualifikasi cukup sebesar 39,20 ; pada kualifikasi kurang sebesar 29,41 ; dan pada kualifikasi sangat kurang sebesar 5,88 .
Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan keterampilan proses sains di SMAN 9 Yogyakarta pada kualifikasi
sangat baik sebesar 0,00 ; pada kualifikasi baik sebesar 21,74 ; pada kualifikasi cukup sebesar 36,95 ; pada kualifikasi kurang
sebesar 28,26 ; dan pada kualifikasi sangat kurang sebesar 13,04 .
Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan keterampilan proses sains di SMA IMMANUEL Yogyakarta pada
kualifikasi sangat baik sebesar 12,50 ; pada kualifikasi baik sebesar 0,00 ; pada kualifikasi cukup sebesar 37,50 ; pada
kualifikasi kurang sebesar 50,00 ; dan pada kualifikasi sangat kurang sebesar 0,00 .
Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan keterampilan proses sains di SMA PIRI 1 Yogyakarta pada
kualifikasi sangat baik sebesar 0,00 ; pada kualifikasi baik sebesar 9,10 ; pada kualifikasi cukup sebesar 18,18 ; pada
kualifikasi kurang sebesar 18,20 ; dan pada kualifikasi sangat kurang sebesar 54,55 .
Distribusi persentase siswa jurusan IPA dalam penguasaan keterampilan proses sains pada empat SMA di Yogyakarta pada
kualifikasi sangat baik sebesar 4,60 ; pada kualifikasi baik sebesar 12,61 ; pada kualifikasi cukup sebesar 32,96 ; pada
kualifikasi kurang sebesar 31,46 ; dan pada kualifikasi sangat
kurang sebesar 18,36 .
Tabel 4.2. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA untuk masing-masing Sekolah;
No. Keterampilan Proses
Sains Terpadu SMAN 6
Yogyakarta SMAN 9
Yogyakarta SMA
IMMANUEL SMA
PIRI 1 Total
1. Merumuskan Hipotesis
73,33 67,83
82,50 56,36
70,00
2. Mengidentifikasi Variabel
22,06 31,52
12,50 35,23
25,33
3. Mendefinisikan Variabel
secara operasional 62,75
62,17 60,00
45,45 57,60
4. Merancang Eksperimen
65,69 64,13
50,00 54,55
58,60
5. Menyajikan Data
84,31 71,20
81,25 54,55
72,83
Keseluruhan Keterampilan Proses Sains Terpadu
61,63 59,37
57,25 49,23
Gambar 4.1. Tingkat penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA untuk masing-masing Sekolah.
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1, maka: Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Negeri 6 Yogyakarta
memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu yang cukup dengan persentase sebesar 61,63 .
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Negeri 9 Yogyakarta memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu yang
cukup dengan persentase sebesar 59,37 . Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Swasta IMMANUEL
Yogyakarta memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains terpadu yang cukup dengan persentase sebesar 57,25 .
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA di SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains
terpadu yang kurang dengan persentase sebesar 49, 23 . Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah di
Yogyakarta memiliki penguasaan keterampilan proses sains terpadu yang baik pada klasifikasi menyajkan data dan merumuskan hipotesa.
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah di Yogyakarta memiliki penguasaan keterampilan proses sains terpadu
yang cukup
pada klasifikasi
merancang eksperimen
dan mendefinisikan variabel secara operasional.
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah di Yogyakarta memiliki penguasaan keterampilan proses sains terpadu
yang sangat kurang pada klasifikasi mengidentifikasi variabel. 2.
Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA
Dari empat sekolah yang berbeda terkumpul 127 data untuk dikoreksi jawabannya. Setiap data dianalisis jawaban yang benar untuk setiap kelas
XI jurusan IPA berdasarkan sekolah, kemudian di analisis menggunakan salah satu uji statistika yaitu F-test atau uji Anova untuk kelompok
independen. Uji Anova digunakan karena ada empat kelompok berbeda berdasarkan sekolah yang diteliti dengan tes yang sama.
Hasil uji Anova dengan menggunakan program SPSS untuk mengetahui perbedaan rata-rata antar sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA
Descriptives
Skor N
Mean Std.
Deviation Std.
Error 95 Confidence Interval for
Mean Minimum
Maximum Lower Bound Upper Bound
SMAN 6 51
61.86 9.847
1.379 59.09
64.63 40
85 SMAN 9
46 59.46
10.394 1.532
56.37 62.54
40 75
SMA IMMANUEL 8
59.38 9.039
3.196 51.82
66.93 50
80 SMA PIRI 1
22 48.86
13.268 2.829
42.98 54.75
30 75
Total 127
58.58 11.494
1.020 56.56
60.60 30
85
Berdasarkan hasil uji Anova yang disajikan pada Tabel 4.3., tingkat penguasaan siswa jurusan IPA secara keseluruhan menghasilkan rata-rata
sebesar 58,58 . Sehingga kualifikasi siswa jurusan IPA secara keseluruhan memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains yang
cukup.
Tabel 4.4. Hasil Uji ANOVA Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA
ANOVA
Skor Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Between Groups 2666.964
3 888.988
7.823 .000
Within Groups 13977.918
123 113.642
Total 16644.882
126
Bila dirumuskan dua hipotesis terhadap apakah ada perbedaan penguasaan keterampilan proses pada keempat sekolah, hipotesis yang
dapat diajukan adalah sebagai berikut: H
: Tidak ada perbedaan rata-rata skor antara siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA
Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.
H
a
: Ada perbedaan rata-rata skor antara siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta
IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.
Untuk menguji hipotesis mana yang diterima atau ditolak maka pengambilan keputusan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Signifikansi 0,05 jadi H diterima varian sama.
Signifikansi ≤ 0,05 jadi H
ditolak varian berbeda. Dari hasil analisis menggunakan uji Anova Lihat pada Tabel 4.3
didapatkan bahwa signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
H
a
diterima. Hal ini berarti bahwa dalam hal penguasaan keterampilan proses sains ada perbedaan rata-rata skor antara siswa kelas XI jurusan
IPA antara SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.
D.
Pembahasan
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental berkaitan dengan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki, dikuasai, dan
diterapkan dalam suatu kegiatan ilmiah, sedangkan keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, memperoleh, atau mengembangkan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains terpadu sangat penting dimiliki oleh siswa dalam
melakukan suatu kegiatan ilmiah untuk memecahkan suatu masalah. Dari hasil analisis menggunakan uji Anova one way, menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan secara significant tingkat penguasaan keterampilan proses sains dari siswa jurusan IPA dari empat sekolah yang
dijadikan tempat penelitian. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses sains pada siswa jurusan IPA kelas XI di
SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.
Berdasarkan hasil pengamatan saat pengambilan data pada keempat sekolah tersebut didapati sistem pengajaran yang berbeda. Di SMA Negeri 6
Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, dan SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta ternyata sering melakukan kegiatan praktikum pada
pembelajaran IPA, sedangkan di SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta jarang melakukan kegiatan praktikum. Selain itu, fasilitas penunjang pembelajaran
seperti laboratorium pun berbeda untuk SMAN 6 Yogyakarta dan SMAN 9 Yogyakarta kondisi laboratorium baik serta ketersediaan alat dan bahan
cukup lengkap, untuk SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta kondisi laboratorium cukup baik serta ketersediaan alat dan bahan cukup lengkap,
dan untuk SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta kondisi laboratorium kurang baik dan ketersediaan alat kurang lengkap. Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut ada kemungkinan aspek-aspek ini berpengaruh pada penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA pada empat sekolah tersebut.
Ada kemungkinan perbedaan itu juga disebabkan oleh kualitas input siswa jurusan IPA di setiap sekolah yang berbeda saat dilakukan penjurusan. Hal
tersebut mungkin terjadi, misalnya semestinya siswa yang idealnya ke jurusan IPS, tetapi karena harus ada jurusan IPA, maka sebagian siswa
dimasukkan ke jurusan IPA atau siswa yang idealnya ke jurusan IPA, tetapi karena terdapat guru IPS, maka sebagian siswa dimasukkan ke jurusan IPS.
Untuk masing-masing klasifikasi dan kualifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains siswa jurusan IPA disajikan dalam Tabel 4.1. dan
Tabel 4.2. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat distribusi persentase
siswa jurusan IPA dalam penguasaaan keterampilan proses sains serta dapat dilihat kecenderungan keterampilan proses sains mana yang paling dikuasai
dan yang kurang dikuasai oleh siswa jurusan IPA. Secara keseluruhan distribusi persentase siswa jurusan IPA pada
empat SMA di Yogyakarta dalam penguasaan keterampilan proses sains pada kualifikasi sangat baik sebesar 4,60 ; pada kualifikasi baik sebesar
12,61 ; pada kualifikasi cukup sebesar 32,96; pada kualifikasi kurang sebesar 31,46 ; dan pada klasifikasi sangat kurang sebesar 18,36. Dari
hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hampir sebagian siswa jurusan IPA kurang memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang
baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan beberapa usaha yang dapat mengembangkan keterampilan proses yang baik seperti optimalisasi kegiatan
praktikum dalam pembelajaran sains dan pengembangan model praktikum melalui pendekatan discovery atau penemuan.
Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi menyajikan data memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan
klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lainnya. Nilai rata-rata
yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 72,83 . Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan
keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi menyajikan data paling dikuasai siswa dengan baik diantara klasifikasi keterampilan proses sains
terpadu yang lain, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang baik pada keterampilan proses menyajikan data.
Penguasaan siswa jurusan IPA paling baik pada klasifikasi ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan kegiatan praktikum dalam hal mengumpulkan
data dan menyajikan data dalam bentuk tabel maupun grafik. Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi
merumuskan hipotesa memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu 70,00 .
Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merumuskan hipotesa
telah dikuasai siswa dengan baik, sehingga secara keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang baik pada keterampilan proses merumuskan
hipotesa. Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi
merancang eksperimen dan mendefinisikan variabel secara operasional memiliki nilai rata-rata yang cukup. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa
jurusan IPA secara keseluruhan untuk merancang eksperimen yaitu 58,60 dan untuk mendefinisikan variabel secara operasional sebesar 57,60 .
Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi merancang penelitian dan
mendefinisikan variabel secara operasional masih dalam tingkat kualifikasi yang cukup.
Penguasaan keterampilan proses sains terpadu pada klasifikasi mengidentifikasi variabel memiliki nilai rata-rata terendah dibandingkan
dengan klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lainnya. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa jurusan IPA secara keseluruhan yaitu
25,33 . Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penguasaan
keterampilan proses
sains terpadu
pada klasifikasi
mengidentifikasi variabel paling tidak dikuasai siswa dengan baik diantara klasifikasi keterampilan proses sains terpadu yang lain, sehingga secara
keseluruhan siswa jurusan IPA memiliki penguasaan yang sangat kurang pada keterampilan proses mengidentifikasi variabel. Sebelumnya terkait
dengan calon guru dan guru telah dilakukan penelitian serupa oleh Ong Saw Lan 2005, Budi Lindrawati 2014, dan Wahyu Prabawati 2014, dari hasil
penelitiannya ditemukan bahwa untuk mengidentifikasi variabel calon guru dan guru yang ditelitinya memiliki penguasaan yang rendah. Variabel
merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan yang dapat berubah-ubah dan bermacam-macam jenisnya, sehingga pengenalan akan
variabel menjadi sangat penting di awal sebelum keterampilan yang lainnya. Rendahnya penguasaan akan keterampilan mengidentifikasi variabel ini
disebabkan oleh kurangnya pengenalan variabel oleh guru kepada siswa jurusan IPA saat melakukan kegiatan praktikum.
Keterampilan proses sains dilatihkan dan diterapkan secara khusus melalui kegiatan praktikum. keterampilan proses sains terpadu diperlukan
saat melakukan kegiatan penelitian atau praktikum untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga saat melakukan kegiatan penelitian maupun praktikum
siswa jurusa IPA dapat memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang harus di pelajari.
E. Implikasi