Motivasi belajar Fisika dan minat pada bidang Fisika siswa jurusan IPA beberapa SMA di Yogyakarta.
Pery Surya Atmaja. 2016. MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN MINAT PADA BIDANG FISIKA SISWA JURUSAN IPA BEBERAPA SMA DI YOGYAKARTA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA. (2) Untuk mengetahui bidang fisika yang paling diminati siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 pada empat SMA di Yogyakarta. SMA tersebut adalah SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL Yogyakarta. Jumlah Sampel dari penelitian ini adalah 136 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket Motivasi belajar fisika dan Minat bidang fisika siswa SMA jurusan IPA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Motivasi siswa terhadap belajar fisika berada dalam katagori baik. Terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar fisika secara signifikan dari siswa jurasan IPA di empat sekolah yang diteliti. Ada kemungkinan sistem pembelajaran guru yang berbeda menjadi penyebab perbedaan motivasi siswa dalam belajar fisika. (2) dorongan kebutuhan dalam belajar fisika serta hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika berada pada katagori baik. (4) minat dan perhatian siswa dalam belajar fisika serta harapan dan cita-cita masa depan yang berkaitan dengan fisika dalam katagori cukup. (5) Minat bidang fisika yang paling diminati adalah bidang astronomi. Siswa memiliki kecenderungan untuk menyukai bidang fisika yang langsung berhubungan dengan fenomena alam.
(2)
Pery Surya Atmaja. 2016. THE MOTIVATION OF AND INTEREST IN STUDYING PHYSICS AMONGST SCIENCE CLASS STUDENTS IN SOME HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA. Undergraduate Thesis. Physics Education Program of Study, Mathematics and Natural Sciences Education Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is intended to (1) know the motivation of studying physics amongst science class students, and (2) know the fields of physics those students are most interested in.
This research was conducted in March to April 2015 at four high schools in Yogyakarta. Those schools are SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, and SMA IMMANUEL Yogyakarta. The sample of this research are 136 grade XI science class students. The instrument used for this research is a questionnaire about the motivation of and interest in studying physics amongst science class students.
The result of this research shows that (1) the motivation of studying physics amongst science student class is in good category. There is a significant difference in the motivation amongst students from four schools where the research was conducted. There is a possibility that different learning system implemented by the teachers caused this difference; (2) the drive of need in studying physics and the desire and eagerness to succeed in studying physics are in good category; (3) the interests and attention of the students in studying physics and the expectation and future ambition related to physics are in good category; (5) astronomy is the field of physics the students are most interested in. The students have tendency to like the field of physics that deals directly with natural phenomena.
(3)
MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN MINAT PADA BIDANG
FISIKA SISWA JURUSAN IPA BEBERAPA SMA DI
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Pery Surya Atmaja
NIM : 111424031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN MINAT PADA BIDANG
FISIKA SISWA JURUSAN IPA BEBERAPA SMA DI
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: Pery Surya Atmaja
NIM : 111424031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya Bersama Kesulitan Itu Ada Kemudahan.”
(Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Orangtuaku:
Heru Kiswanto
Binti Maskurun
Adikku:
Dwi Putra Atmaja
Muhammad Ragil Tri Atmaja Muhammad Naufal Catur Atmaja
(8)
(9)
(10)
vii ABSTRAK
Pery Surya Atmaja. 2016. MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN MINAT PADA BIDANG FISIKA SISWA JURUSAN IPA BEBERAPA SMA DI YOGYAKARTA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA. (2) Untuk mengetahui bidang fisika yang paling diminati siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 pada empat SMA di Yogyakarta. SMA tersebut adalah SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL Yogyakarta. Jumlah Sampel dari penelitian ini adalah 136 siswa kelas XI jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket Motivasi belajar fisika dan Minat bidang fisika siswa SMA jurusan IPA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Motivasi siswa terhadap belajar fisika berada dalam katagori baik. Terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar fisika secara signifikan dari siswa jurasan IPA di empat sekolah yang diteliti. Ada kemungkinan sistem pembelajaran guru yang berbeda menjadi penyebab perbedaan motivasi siswa dalam belajar fisika. (2) dorongan kebutuhan dalam belajar fisika serta hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika berada pada katagori baik. (4) minat dan perhatian siswa dalam belajar fisika serta harapan dan cita-cita masa depan yang berkaitan dengan fisika dalam katagori cukup. (5) Minat bidang fisika yang paling diminati adalah bidang astronomi. Siswa memiliki kecenderungan untuk menyukai bidang fisika yang langsung berhubungan dengan fenomena alam.
(11)
viii
ABSTRACT
Pery Surya Atmaja. 2016. THE MOTIVATION OF AND INTEREST IN STUDYING PHYSICS AMONGST SCIENCE CLASS STUDENTS IN SOME HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA. Undergraduate Thesis. Physics Education Program of Study, Mathematics and Natural Sciences Education Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is intended to (1) know the motivation of studying physics amongst science class students, and (2) know the fields of physics those students are most interested in.
This research was conducted in March to April 2015 at four high schools in Yogyakarta. Those schools are SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, and SMA IMMANUEL Yogyakarta. The sample of this research are 136 grade XI science class students. The instrument used for this research is a questionnaire about the motivation of and interest in studying physics amongst science class students.
The result of this research shows that (1) the motivation of studying physics amongst science student class is in good category. There is a significant difference in the motivation amongst students from four schools where the research was conducted. There is a possibility that different learning system implemented by the teachers caused this difference; (2) the drive of need in studying physics and the desire and eagerness to succeed in studying physics are in good category; (3) the interests and attention of the students in studying physics and the expectation and future ambition related to physics are in good category; (5) astronomy is the field of physics the students are most interested in. The students have tendency to like the field of physics that deals directly with natural phenomena.
Keywords: science class students, the student’s motivation to study, interest in physics.
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Motivasi Belajar Fisika Dan Minat Bidang
Fisika Siswa Jurusan IPA Beberapa SMA Di Yogyakarta”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP USD sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Segenap dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Progrm Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan pengetahauan selama ini serta layanan administrasi dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
4. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 SMA Negeri 9 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
(13)
x
5. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMA IMMANUEL Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
6. Kepala Sekolah, guru dan karyawan serta siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMA PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
7. Bapak, ibu, adik-adikku yang banyak memberikan motivasi, dukungan baik doa maupun materi.
8. Kelompok skripsi, Eri, Dion dan Niken yang bersama-sama saling membantu dan berbagi ilmu selama menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma yang telah berjuang dalam kebersamaan guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
(14)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Perbedaan Individual ... 6
(15)
xii
1. Motivasi Belajar ... 8
2. Fungsi Motivasi Belajar ... 10
3. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 10
4. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 12
C. Minat ... 13
D. Penjurusan IPA ... 14
E. Siswa Jurusan IPA ... 15
F. Fisika SMA ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17
A. Jenis Penelitian ... 17
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
1. Tempat Penelitian ... 17
2. Waktu Penelitian ... 18
C. Subjek Penelitian ... 18
D. Variabel Penelitian ... 19
E. Desain Penelitian ... 19
1. Kegiatan Penelitian ... 19
2. Pengumpulan Data ... 19
F. Instrumen Penelitian ... 20
G.Metode Pengumpulan Data... 22
H. Metode Analisis Data ... 23
BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 25
(16)
xiii
B. Analisis Data ... 26
1. Motivasi Siswa Jurusan IPA Dalam Belajar Fisika ... 26
2. Keterampilan Proses Sains Siswa Jurusan IPA ... 30
C. Pembahasan ... 32
D. Implikasi ... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 40
(17)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi item pertanyaan motivasi siswa jurusan IPA terhadap belajar
fisika ... 21
Tabel 3.2 Klasifikasi item pertanyaan minat siswa jurusan IPA terhadap bidang fisika ... 21
Tabel 3.3 Klasifikasi tingkat motivasi siswa dan minat bidang fisika siswa ... 24
Tabel 4.1 Motivasi siswa terhadap belajar fisika ... 26
Tabel 4.2 Motivasi siswa dalam belajar fisika ... 28
Tabel 4.3 Hasil uji anova motivasi siswa dalam pelajaran fisika ... 29
Tabel 4.4 Bidang fisika yang diminati siswa SMA jurusan IPA ... 30
Tabel 4.5 Perbedaan motivasi fisika berdasarkan peringkat skor item pernyataan tertinggi untuk masing-masing sekolah ... 33
Tabel 4.6 Perbedaan motivasi fisika berdasarkan peringkat skor item pernyataan terendah untuk masing-masing sekolah ... 34
Tabel 4.7 Skor lima item pertanyaan minat bidang fisika tertinggi ... 36
(18)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik motivasi belajar fisika pada siswa jurusan IPA ... 27
(19)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 A Angket Motivasi dan Minat Siswa Dalam Belajar Fisika ... 43
Lampiran 2 A Daftar Presensi Siswa SMAN 6 Yogyakarta ... 45
Lampiran 2 B Daftar Presensi Siswa SMAN 9 Yogyakarta ... 47
Lampiran 2 C Daftar Presensi Siswa SMA PIRI 1 Yogyakarta ... 49
Lampiran 2 D Daftar Presensi Siswa SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta ... 50
Lampiran 3 A Contoh Hasil Jawaban Angket Siswa SMAN 6 Yogyakarta... 51
Lampiran 3 B Contoh Hasil Jawaban Angket Siswa SMAN 9 Yogyakarta ... 56
Lampiran 3 C Contoh Hasil Jawaban Angket Siswa SMA PIRI 1 Yogyakarta ... 59
Lampiran 3 D Contoh Hasil Jawaban Angket Siswa SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta ... 62
Lampiran 4 A Skor Motivasi siswa tentang Minat dan Perhatian Siswa Terhadap Pelajaran Fisika ... 65
Lampiran 4 B Skor Motivasi siswa tentang Hasrat dan Keinginan Berhasil dalam Belajar Fisika ... 67
Lampiran 4 C Skor Motivasi siswa tentang Dorongan Kebutuhan Dalam Belajar Fisika ... 70
Lampiran 4 D Skor Motivasi siswa tentang Harapan dan Cita-cita Masa Depan yang Berhubungan dengan Fisika ... 73
Lampiran 4 E Skor Minat Siswa Dalam Bidang Astronomi ... 75
Lampiran 4 F Skor Minat Siswa Dalam Bidang Optika ... 77
(20)
xvii
Lampiran 4 H Skor Minat Siswa Dalam Bidang Termofisika ... 81
Lampiran 4 I Skor Minat Siswa Dalam Bidang Listrik dan Magnet ... 83
Lampiran 4 J Skor Minat Siswa Dalam Bidang Mekanika ... 85
Lampiran 5 A Surat Permohonan Izin Penelitian ... 87
Lampiran 5 B Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 90
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi umat manusia. Untuk dapat beradaptasi akan perkembangan zaman yang dapat dikatakan maju saat ini, bahwa manusia harus mempunyai pondasi kuat yang menyokong perkembangan zaman ini salah satunya yaitu melalui ilmu yang dipelajarinya dengan kata lain yaitu pendidikannya. Dewasa ini pendidikan sekolah semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam aspek perkembangan kognitif, konatif dan afektif, yang semuanya menyangkut tuntutan masa sekarang ini sebagai masa pembangunan (Winkel, 2004: 28).
Pendidikan dipisahkan menjadi dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan pada lembaga tertentu yang biasa disebut sebagai sekolah. Pendidikan formal dibagi atas beberapa tingkatan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menegah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan formal di Indonesia menggunakan sistem berbasis kurikulum. Satuan pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) mengikuti kurikulum pendidikan yang mempunyai tujuan tersendiri, yang dijabarkan atas tujuan di bidang kognitif, psikomotorik dan dinamik efektif (Winkel, 2004: 40). Pada kurikulum ini, SMA dapat dibagi lagi menjadi III
(22)
jurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan jurusan Bahasa. Pembagian penjurusan di SMA umumnya dimulai pada siswa kelas XI.
Berdasarkan sistem kurikulum SMA yaitu siswa harus digolongkan dalam beberapa jurusan membuat siswa harus mengambil keputusan bahwa siswa harus berada pada jurusan IPA, IPS, atau Bahasa. Pemilihan jurusan yang tepat akan sangat menunjang bagi kehidupan mendatang siswa, akan tetapi bila pemilihan jurusan yang salah akan dapat menyulitkan siswa dalam kehidupan mendatangnya termasuk karir masa depan siswa.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) merumuskan bahwa sekolah dikatakan baik apabila memiliki delapan kriteria:
(1) siswa yang masuk terseleksi dengan ketat dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan prestasi akademik, psikotes, dan tes fisik, (2) sarana dan prasarana pendidikan terpenuhi dan kondusif bagi proses pembelajaran, (3) iklim dan suasana mendukung untuk kegiatan belajar, (4) guru dan tenaga kependidikan memiliki profesionalisme yang tinggi dan tingkat kesejahteraan yang memadai, (5) melakukan improvisasi kurikulum sehingga memenuhi kebutuhan siswa pada umumnya memiliki motivasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya, (6) jam belajar siswa umumnya lebih lama karena tuntutan kurikulum dan kebutuhan belajar siswa, (7) proses pembelajaran lebih berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa maupun wali siswa, dan (8) sekolah unggul dapat bermanfaat bagi lingkungannya (Depdikbud, 1994).
Salah satu poin penting dalam menentukan sekolah tersebut baik atau tidak menurut Depdikbud yaitu pada poin pertama yakni “(1) siswa yang masuk terseleksi dengan ketat dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan prestasi akademik, psikotes, dan tes fisik”. Poin ini bukan hanya berlaku saat calon siswa SMA masuk ke dalam SMA melainkan juga pada saat siswa SMA yang akan di
(23)
juruskan pada kelas XI. Sekolah yang baik salah satunya dapat dilihat dari cara sekolah memperhatikan siswa saat memilih program penjurusan melalui minat dan motivasi siswa terhadap jurusan yang diambil termasuk komponen yang ada dalam jurusan yang dipilih.
Menurut Widiyanto (1986) minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap yang terdapat di dalam diri individu, untuk merasa tertarik atau tidak tertarik padaa sesuatu.
Menurut Haruningtyas (2011) jika siswa tidak berminat dan tidak berkompeten atau tidak berkemampuan dalam belajar fisika maka semakin sedikit siswa pada saat penjurusan akan memilih jurusan IPA atau sedikit siswa yang memenuhi syarat untuk dapat masuk ke jurusan IPA, karena pelajaran fisika merupakan satu dari empat mata pelajaran (fisika, matematika, kimia, biologi) yang disyaratkan untuk dapat masuk jurusan IPA.
Dengan kata lain, minat siswa dalam belajar fisika dapat mempengaruhi atau menjadi pertimbangan bagi siswa dalam memilih jurusan IPA, karena mata pelajaran fisika merupakan bagian dari unsur mata pelajaran pada jurusan IPA.
Minat dan motivasi saling memiliki keterkaitan. Dimana, siswa yang berminat akan suatu hal seharusnya akan termotivasi dan selalu berkembang dalam mempelajari bidang yang diminati tersebut. Motivasi merupakan daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Paranto, 1981: 3). Sehingga, perlu diadakannya penelitian bagaimana motivasi belajar fisika serta minat bidang fisika siswa SMA
(24)
yang telah telah mengalami penjurusan IPA, dimana pelajaran fisika merupakan bagian dari jurusan IPA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka, didapati beberapa rumusan masalah yang diteliti oleh peneliti, adalah:
1) Bagaimana motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta?
2) Apakah ada perbedaan motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta?
3) Bidang fisika apa yang paling diminati siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1) Motivasi belajar fisika siswa jurusan IPAkelas XI pada empat SMA di Yogyakarta.
2) Perbedaan motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta.
3) Bidang fisika yang paling diminati siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta.
(25)
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa manfaat sebagai berikut: Bagi Sekolah
Memberikan informasi tentang minat dan motivasi siswa dalam belajar fisika, yang mana fisika adalah salah satu bagian dari pelajaran IPA dan berdasarkan informasi ini diharapkan sekolah dapat lebih memfasilitasi kebutuhan belajar siswa jurusan IPA.
Bagi Guru mata pelajaran fisika
Memberikan informasi tentang motivasi belajar fisika dan bidang fisika yang diminati siswa pada pembelajaran fisika. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan guru dapat memberikan tindakan pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar agar ilmu yang terserap siswa jadi lebih maksimal.
Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai syarat kelulusan bagi peneliti. Penelitian ini bagi peneliti sekaligus calon guru dapat sebagai bahan refrensi agar kelak menjadi guru yang lebih baik.
(26)
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbedaan Individual
Manusia adalah makhluk sosial, akan tetapi juga sebagai makhluk individual. Antara individu satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan perbedaan yang menjadikan manusia menjadi suatu individu yang khas. Perbedaan individu sangat ragam dan sering disebut keragaman individu.
Menurut Ruslan (1986) keragaman individu dapat ditemukan salahsatunya pada kecakapan individu. Kecakapan individu dibagi menjadi kecakapan nyata dan potensial. (1) kecakapan nyata merupakan suatu kecakapan yang dapat dilihat angsung hasilnya, dan dapat dilihat melalui hasil prestasi belajar dalam bentuk nilai-nilai hasil ulangan dan rapor. (2) kecakapan potensial merupakan kecakapan yang terpendam antara lain adalah bakat, kecakapan ini dapat dilihat dan di ukur melalui alat non tes, seperti melalui wawancara, pengamatan, atau melihat prestasinya.
Manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks. Manusia tidak pernah puas akan satu hal saja dan tidak pernah merasakan kepuasan yang sempurna, dengan kata lain keinginan pada manusia tidak akan ada habisnya.
Menurut Widiyanto (1986) kalau kita tertarik akan suatu kesimpulan, disini akan tampak adanya perbedaan individu, entah itu perbedaan dalam kesimpulan, kepribadian, atau aspek-aspek lain yang ikut membentuk (merupakan bagian dari) kepribadian manusia. Misal, perbedaan dalam motivasi dan minat.
(27)
B. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal dan tidak hanya berperan pada pembelajaran saja melainkan dapat dalam bidang-bidang kehidupan lainnya seperti dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan sains. Menurut Paranto (1981: 3) motivasi merupakan daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya .
Menurut Winkel (2004: 171) dalam literatur profesional tentang motivasi dapat ditemukan empat pandangan dasar:
a) Pandangan behavioris menerapkan beberapa pengertian diantaranya kontiguitas, peneguhan atau penguatan, dan hukuman yang berhubungan tentang motivasi. Orang akan bermotivasi untuk melakukan hal tertentu untuk mendapatkan peneguhan atau penguatan serta untuk mengindari suatu hukuman. Misalnya, siswa akan bermotivasi dalam belajarnya dan akan semakin giat dalam belajarnya karena sebelumnya mendapatkan pujian dari guru dan orang tua atas nilai yang diperoleh sedangkan siswa tersebut tidak akan termotivasi atau bahkan tidak ingin belajar karena siswa tersebut tidak mendapatkan pujian oleh guru dan orang tua atas nilai yang telah diperolehnya. Motivasi ini dapat dikatakan dipengaruhi oleh faktor-faktor luar orang tersebut dan tidak dipengaruhi oleh keadaan mental orang tersebut.
b) Pandangan humanistis menekankan pada suatu kebebasan dari orang tersebut termasuk dalam pengaturan, penentuan, pengoptimalan, serta dorongan guna memperkaya diri. Daya penggerak menimbulkan kegiatan dan aktivitas
(28)
bersumber pada unsur-unsur internal dan mental ini, misalnya seorang seniman lukis berdaya upaya selama bertahun-tahun untuk mengekspresikan penghayatan tentang makna kehidupan manusia dalam lukisannya dengan cara yang semakin sempurna.
c) Pandangan kognitivis berkebalikan dari pandangan behavioris yang menekankan faktor eksternal seperti peneguhan ataupun penguatan, pandangan ini lebih menonjolkan peranan internal orang tersebut seperti keyakinan, tujuan penafsiran, harapan, minat, kemampuan; dan lain sebagainya. Misalnya, seorang siswa SMA tidak harus baru mulai membaca suatu buku setelah diberi tugas oleh guru, akan tetapi dia dapat mempelajarinya dengan inisiatif sendiri, karena beranggapan bahwa mata pelajaran tertentu patut di perdalam dan dia mampu untuk itu.
d) Pandangan belajar sosial (social learning) yang memperhitungkan baik dari pengaruh efek maupun peranan dari interpretasi individual dan merupakan integrasi dari pandangan behavioris dan kognitivis. Pandangan berkonsep pada “pengharapan dan penghargaan” (expentancy-value). Ini berarti bahwa
motivasi pada seseorang merupakan suatu produk dari pengharapan untuk memperoleh suatu efek bagi dirinya sendiri.
1. Motivasi belajar
Dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, prinsip dan hukum paling penting adalah seseorang akan berhasil dalam belajar, bila pada dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut
(29)
dengan motivasi belajar. Menurut Sardiman (2011: 40) motivasi belajar meliputi dua hal : (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yanag baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.
Menurut Winkel (2004: 169) motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. Hal tersebut dapat berarti juga bahwa hasil belajar dapat dicapai bila memiliki motivasi belajar yang baik.
Hakikat motivasi belajar adalah seluruh faktor diri siswa termasuk dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar ; (3)adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23).
(30)
2. Fungsi motivasi dalam belajar
Telah di uraikan diatas bahwa tujuan belajar dapat dicapai bila dalam prosesnya dilandasi oleh motivasi belajar yang baik. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Sardiman (2011: 85) bahwa motivasi sangat bertalian dengan suatu tujuan, sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatanyang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan motivasi sebagai daya penggerak bagi seseorang untuk memperoleh suatu tujuan yang di inginkan.
3. Jenis-jenis motivasi belajar
Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yakni motivasi ekstrinsik dan intrinsik (Winkel, 2004):
a) Motivasi ekstrinsik merupakan suatu aktivitas belajar yang berdasarkan kebutuhan dan dorongan dan tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
(31)
belajar itu sendiri (Winkel, 2004: 194). Motivasi ekstrinsik bukanlah motivasi yang dipandang berdasar faktor luar siswa misalnya orang lain. Motivasi belajar selalu berpusat dari kebutuhan yang dihayati khusus bagi orang itu sendiri. Maka, dengan kata lain bahwa motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya tidak hanya dapat melalui aktivitas belajar melainkan dapat dilakukan dengan cara lain. Misalnya, siswa belajar dengan tekun karena hanya ingin mendapatkan pujian dari orang tua dan gurunya.
Winkel (2004: 195) merumuskan beberapa hal yang tergolong dalam bentuk motivasi belajar ekstrinsik, antara lain;
(1)belajar demi memenuhi tujuan; (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan; (4) belajar demi meningkatkan gengsi sosial; (5) belajar demi memporeleh pujian dari orang yang penting, misalya guru dan orang tua; (6) belajar demi tuntunan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administratif.
b) Motivasi intrinsik berbeda dengan motivasi ekstrinsik yang yang berpusat pada hasil atau efek dari kebutuhan yang diinginkan dengan menggunakan aktivitas belajar sebagai salah satu opsi untuk mendapatkan efek tersebut dengan kata lain bukan mutlak dari aktivitas belajar, motivasi ini lebih berpusat pada aktivitas belajar yang dilakukan siswa tersebut yaitu kebutuhan dan dorongan yang mutlak berasal dari aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Misalnya, siswa melakukan aktivitas belajar karena siswa tersebut ingin mengetahui akar permasalahan tersebut atau ingin menjadi ahli dalam bidang tersebut (Winkel, 2004).
(32)
4. Ciri-ciri motivasi belajar
Siswa yang memiliki ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi dapat dilihat dari tindakan siswa tersebut. Menurut Sardiman (2011: 83) motivasi yang terdiri pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikiut:
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
d) Lebih senang bekerja mandiri.
e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Jika seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.
(33)
C. Minat
Menurut Widiyanto (1986: 3) Minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap di dalam diri individu, untuk merasa tertarik atau tidak tertarik terhadap sesuatu. Sedangkan, menurut Sefrina (2013: 28) minat adalah ketertarikan akan suatu objek yang berasal dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan seseorang akan suatu hal yang memiliki sifat kecenderungan menetap dan berasal pada diri sendiri dengan kata lain tanpa paksaan orang lain.
Persoalan motivasi tergantung pada unsur pengalaman dan interest (Sardiman, 2011: 40). Sebagai contoh misalnya seorang siswa SMA yang kebetulan memiliki spesialis bidang sejarah, kemudian diajak temannya untuk menghadiri ceramah fisika, jelas siswa ini tidak akan interest dan bahkan tidak dapat pengalaman yang berarti. Ini sebagai ilustrasi bahwa siswa tadi jelas tidak dilandasi oleh suatu motivasi dan (bahkan) mungkin siswa tersebut jera untuk mengikuti ceramah serupa. Sehingga dalam mengikuti ceramah tadi tidak akan terjadi proses belajar yang baik pada dirinya.
Telah diketahui bahwa minat dan motivasi merupakan suatu hal yang bertalian. Seseorang yang termotivasi pada suatu bidang pasti memiliki minat tinggi pada bidang tersebut. Menurut Safri (2003) dalam Sriana (2013: 4) seseorang dapat dikatakan berminat bila (1) memiliki perasaan senang saat berproses dalam bidang tersebut; (2) adanya ketertarikan siswa pada bidang tersebut; (3) adanya
(34)
perhatian pada bidang tersebut; (4) adanya keterlibatan siswa dalam belajar bidang
tersebut.
D. Penjurusan IPA
Penjurusan merupakan proses penempatan seseorang pada bidang tertentu dan sesuai dengan kriteria yang sudah di tetapkan. Penjurusan diadakan atas dasar bahwa pada hakekatnya para siswa merupakan individu-individu yang mandiri dengan keanekaragamannya (Ruslan, 1986: 14). Lebih lanjut Ruslan (1986: 14) menyatakan bahwa para siswa di juruskan untuk:
1) Mengelompokkan para siswa yang mempunyai kecakapan, kemampuan, bakat, dan minat yang relatif sama.
2) Membantu mempersiapkan para siswa dalam melanjutkan studi dan memilih dunia kerjanya.
3) Membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik dalam kelanjutan studi dan kerjanya.
4) Membantu memperkokoh keberhasilan, dan kecocokan atas prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang (kelanjutan studi dalam dunia kerja).
Penentuan penjurusan dilakukan untuk kepentingan siswa, menurut Ruslan (1986: 37) bahwa keputusan suatu penjurusan baiknya didasari oleh beberapa hal dantara lain;
1) Atas kepentingan masa depan siswa bersangkutan.
2) Oleh pertimbangan kecakapan nyata (prestasi belajar) dan kecakapan potensional (bakat, dan minat), keinginan orang tua dan siswa.
3) Bukan untuk kepentingan guru/sekolah dan orang tua yang bersangkutan. 4) Tidak untuk mengadakan percobaan, sebab hasil pendidikan tidak dapat
diulangi kembali. Meski terdapat istilalh reeduction efek pendidikan yang
salah akan tetapi tetap terbawa.
5) Bahwa keputusan terakhir adalah benar-benar final setelah melalui berbagai pertimbangan.
6) Bila terjadi kelambatan penjurusan bagi seorang siswa; dikarenakan hal-hal tertentu tidak melebihi 3 bulan setelah yang lainnya di juruskan.
(35)
Hasil keputusan penjurusan baiknya dilakukan dengan berbagai pertimbangan dari berbagai pihak baik dari segi sekolah, siswa, orang tua, serta karir siswa kedepan. Sehingga, siswa yang telah masuk dalam jurusan IPA harus memiliki bakat, minat, serta motivasi yang tinggi terhadap IPA agar menjadi siswa jurusan IPA.
E. Siswa Jurusan IPA
Siswa jurusan IPA merupakan peserta didik yang mempelajari bidang ilmu pengetahuan secara lebih khusus yaitu pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan telah memilih jurusan di bidang ilmu pengetahuan Alam (IPA).
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam sekitar malalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah (mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, melakukan eksperimen untuk menguji hipotesa atau prediksi) (Eri, 2015: 14).
Untuk menjadi siswa jurusan IPA siswa juga harus dapat bersikap terhadap sains atau IPA. Menurut Kamisah, dkk (2007) beberapa sikap yang harus dimiliki siswa sains adalah kesenangan dalam sains, siswa akan merasakan kesenangan saat mengikuti proses pembelajaran terhadap mata pelajaran sains. Kesenangan belajar sains dapat digambarkan dari kesenangan mempelajari sains dalam kelas, melakukan kegiatan di laboratorium tanpa ada unsur paksaan,
(36)
bercerita tentang sains, menonton program sains, berminat dan merasa senang terhadap mata pelajaran sains.
Dengan demikian, siswa yang yang telah memilih jurusan IPA selain memiliki kecakapan atau keterampilan dalam berproses IPA juga dapat bersikap terhadap sains yaitu berminat pada bidang sains termotivasi terhadap belajar sains.
F. Fisika SMA
Fisika merupakan ilmu yang menjelaskan tentang gejala alam. Menurut Syukri, Dkk (2011) ”fisika merupakan salah-satu cabang ilmu sains yang mengkaji hal-hal dasar di alam ini seperti bunyi, daya, gerak, cahaya dan atom. Fisika tidak hanya menjelaskan kejadian alam dengan bagaimana tetapi juga berapa besar dan bisa dikatakan pemahaman sains bermula dari memahami fisika”.
Fisika adalah ilmu yang ilmiah, sehingga proses-proses ilmiah dibutuhkan dalam mempelajari fisika. Proses ilmiah membutuhkan suatu kreativitas, misalnya dalam merumuskan masalah dan hipotesis, serta mengembagkan perencanaan dan melaksanakan tindakan (Wayan, 2014: 72). Kreativitas akan muncul pada diri seseorang bila seseorang tersebut memiliki minat dan motivasi yang besar dan berikutnya dapat menjadikan manusia kreatif seperti ilmuan, penemu hukum-hukum fisika.
. Secara umum pembelajaran fisika di SMA terbagi atas beberapa cabang ilmu yaitu mekanika, gelombang mekanika, optika, termofisika, listrik dan magnet, dan astronomi.
(37)
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah metode survei. Metode survei (Kasmadi, 2013: 63) mengumpulkan data dengan cara mengadakan survei ke lapangan untuk kasus-kasus yang jumlah populasinya relatif besar. Pada penelitian ini menggunakan metode survei guna memperoleh informasi keadaan suatu responden. Metode survei ini juga dapat digunakan sebagai pengadaan evaluasi suatu sistem dimana sistem yang dibahas pada penelitian ini adalah penjurusan IPA. Penelitian survei mengambil sempel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 2012: 3).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi formatif. Evaluasi formatif biasanya melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program tersebut (Singarimbun, 2012: 5).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di empat sekolah berbeda yaitu; a. SMA N 6, Jalan C. Simanjuntak 2 Yogyakarta,
(38)
c. SMA PIRI 1 YOGYAKARTA, Jalan Kemuning No. 14 Baciro Yogyakarta, dan
d. SMA IMMANUEL KALASAN, Gampar, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini termasuk bertemu ke berbagai pihak guna mengurus perizinan, penyampaian tujuan, pemilihan waktu yang pas, dan penyebaran kuesioner/angket yaitu dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai April 2015.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi kelas XI jurusan IPA sebanyak 136 responden dari enam kelas jurusan IPA yang berbeda dari empat SMA yang berbeda, diantaranya:
SMA N 6 Yogyakarta dengan 25 siswa kelas XI IPA 5 dan 27 siswa kelas XI IPA 6.
SMA N 9 Yogyakarta dengan 26 siswa kelas XI IPA 2 dan 28 siswa kelas XI IPA 4.
SMA IMMANUEL Yogyakarta dengan 8 siswa kelas XI IPA. SMA PIRI 1 Yogyakarta dengan 22 siswa kelas XI IPA.
Pemilihan kelas pada SMA N 6 dan SMA N 9 tidak dipilih oleh peneliti berdasarkan kriteria tertentu, melainkan berdasarkan pertimbangan waktu peneliti dan sekolah serta kesediaan responden untuk dilakukannya penelitian.
(39)
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabelnya adalah motivasi dan minat bidang fisika siswa jurusan IPA.
E. Desain Penelitian 1. Kegiatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu instrumen berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan berupa kumpulan pertanyaan lalu disebar kepada responden. Hal ini digunakan untuk mengetahui motaivasi siswa terhadap belajar fisika dan minat siswa pada bidang fisika setelah setelah dijuruskan pada jurusan IPA.
Guna mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan harapan, peneliti melakukan beberapa kegiatan ketika pengambilan data yaitu dengan membantu menjelaskan maksud dari setiap pertanyaan yang sulit dimengerti oleh siswa dan untuk menambah semangat responden dalam mengisi angket peneliti membagikan jajan sebagai bentuk apresiasi peneliti akan kesediaan responden untuk diteliti.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan satu kuesioner yang terdiri dari dua instrumen yaitu motivasi belajar fisika dan minat pada bidang fisika. Data tentang motivasi belajar fisika dan minat pada bidang fisika diperoleh dari hasil jawaban siswa.
(40)
F. Instrumen Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) instrumen adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpul-kan data sebagai bahan pengolahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument motivasi dan minat. Instrumen motivasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang motivasi siswa SMA jurusan IPA terhadap mata pelajaran fisika. Sedangkan instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa SMA jurusan IPA terhadap bidang fisika.
Instrumen yang digunakan digunakan berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada BAB II. Untuk motivasi siswa dalam belajar fisika berdasarkan 4 indikator yaitu; (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran fisika; (2) hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika; (3) dorongan kebutuhan dalam belajar fisika; (4) harapan dan cita-cita masa depan yang berhubungan dengan fisika. Instrumen motivasi belajar yang digunakan pernah digunakan pada penelitian terkait sebelumnya oleh Sulistyarini (2008). Sedangkan untuk minat terhadap bidang fisika berdasarkan kisi-kisi yaitu; (1) memiliki perasaan senang saat berproses; (2) adanya ketertarikan; (3) adanya perhatian; (4) adanya keterlibatan
siswa. Berdasarkan kisi-kisi minat tersebut, pertanyaan diklasifikasikan lagi
berdasakan bidang fisika yaitu; (1) minat terhadap bidang mekanika; (2) minat terhadap bidang gelombang mekanika; (3) minat terhadap bidang optika; (4) minat terhadap bidang termofisika; (5) minat terhadap bidang listrik dan magnet; dan (6) minat terhadap bidang astronomi.
(41)
Secara keseluruhan kuesioner ini memiliki total 58 butir pertanyaan dengan 25 butir pertanyaan untuk kuesioner motivasi siswa, dan 33 butir pertanyaan untuk kuesioner minat bidang fisika. Berikut ini merupakan klalsifikasi pertanyaan yang diberikan:
Tabel 3.1. Klasifikasi item pertanyaan motivasi siswa jurusan IPA terhadap fisika
Tabel 3.2. Klasifikasi item pertanyaan minat siswa jurusan IPA terhadap bidang fisika
No Indikator Item soal Jumlah item
1 Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran fisika 1, 4, 9, 25 4
2 Hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika 3, 6, 7, 12, 13,
15, 17, 23 8
3 Dorongan kebutuhan dalam belajar fisika 2, 5, 8, 10, 18,
19, 20, 21, 22 9
4 Harapan dan cita-cita masa depan yang berhubungan
dengan fisika 11, 14, 16, 24 4
Total 25
No Indikator Item soal Jumlah item
1 Minat terhadap bidang mekanika 26, 27, 36, 37, 38, 45 6
2 Minat terhadap bidang gelombang mekanika 30, 31, 39, 42, 47 5
3 Minat terhadap bidang optika 32, 33, 40, 41, 56, 57 6
4 Minat terhadapbidang termofisika 44, 48, 49, 53, 54 5
5 Minat terhadap bidang listrik dan magnet 28, 29, 46, 50, 58 5
6 Minat terhadap bidang astronomi 34, 35, 43, 51, 52, 55 6
(42)
G. Metode Pengumpulan Data
Perolehan data pada penelitian ini berdasarkan hasil jawaban yang diberikan siswa atas pertanyaan dari kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Jawaban kuesioner oleh siswa di klasifikasikan menurut indikator yang telah ditetapkan untuk setiap item pertanyaan, yaitu untuk klasifikasi kuesioner motivasi siswa adalah (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran fisika; (2) hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika; (3) dorongan kebutuhan dalam belajar fisika; (4) harapan dan cita-cita masa depan yang berhubungan dengan fisika. Untuk klasifikasi kuesioner minat terhadap bidang fisika yaitu (1) minat terhadap bidang mekanika; (2) minat terhadap bidang gelombang mekanika; (3) minat terhadap bidang optika; (4) minat terhadap bidang termofisika; (5) minat terhadap bidang listrik dan magnet; dan (6) minat terhadap bidang astronomi.
Kumpulan data yang telah diperoleh peneliti masih dalam bentuk jawaban
checklist ( √ ) diganti dengan nilai skor sesuai dengan skala pengukuran yang dipakai peneliti yaitu skala pengukuran Likert, yaitu skor untuk pilihan sangat setuju (SS) bernilai 4, setuju (S) bernilai 3, tidak setuju (TS) bernilai 2, dan sangat tidak setuju (STS) bernilai 1. Rekapitulasi data disesuaikan dengan indikator untuk mendapatkan skor total yang diperoleh dalam setiap indikator. Jumlah skor ideal (skor tertinggi) adalah skor tertinggi (4) di kalikan jumlah responden. Jumlah skor rendah adalah skor terendah (1) di kalikan jumlah responden.
(43)
H. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan cara/teknik yang digunakan peneliti dalam mengolah data yang telah diperoleh untuk dapat memberikan jawaban terhadap tujuan yang telah dibuat.
Data kuesioner yang telah diberi skor lalu diklasifikasikan sesuai dengan indikator motivasi dan minat di interpretasikan sesuai dengan kriteria dengan interval sebagai berikut:
Tabel 3.3. Klasifikasi tingkat motivasi siswa dan minat bidang fisika siswa
No Interval Keterangan
1 > 80 % Sangat baik
2 66 % - 79 % Baik
3 56 % - 65 % Cukup
4 46 % - 55 % Kurang
5 < 45 % Sangat kurang
Sumber: Anas Sudijono
Untuk melihat adakah perbedaan motivasi siswa SMA jurusan IPA dalam belajar fisika, peneliti melakukan analisis dengan uji One Way Anova menggunakan salah satu program statistik (SPSS). SPSS kependekan dari Statistical Product and Service Solution, yaitu program komputer yang digunakan untuk analisis data statistik, seperti analisis korelasi, regresi linier, One Way Anova, dll (Priyatno, 2012: 3). Program SPSS yang dipakai peneliti adalah IBM
SPSS Statistics 20.
Teknik analisis yang digunakan dengan membandingkan lima pertanyaan skor tertinggi dan lima pertanyaan skor terendah. Hal tersebut dilakukan untuk dapat melihat adanya keragaman skor pertanyaan yang menjadi penyebab jika
(44)
adanya perbedaan motivasi belajar secara significant antar sekolah berdasarkan uji anova. Teknik dengan mengelompokkan skor tertinggi dan terendah dapat untuk melihat saran sebagai peningkatan motivasi belajar siswa.
(45)
25
BAB IV
DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Sekolah
1. SMA Negeri 6 Yogyakarta
SMA Negeri 6 Yogyakarta dijuluki sebagai “The Research School of Jogja”
merupakan sekolah yang telah terakreditasi A. SMA N 6 Yogyakarta ini mempunyai 24 kelas yang terbagi atas 8 kelas untuk kelas X (6 kelas IPA & 2 kelas IPS), 8 kelas untuk kelas XI (6 kelas IPA & 2 kelas IPS), dan 8 kelas untuk kelas XII (6 kelas IPA & 2 kelas IPS). Sekolah ini menempati peringkat 6 dari 11 SMA Negeri di kota Yogyakarta pada tahun ajar 2014/2015 .Sekolah ini berlokasikan di Jalan Cornelis Simanjuntak 2, Yogyakarta.
2. SMA Negeri 9 Yogyakarta
SMA Negeri 9 Yogyakarta dijuluki sebagai “The Art and Culture School”
merupakan sekolah yang telah terakreditasi A. SMA N 9 Yogyakarta ini mempunyai 20 kelas yang terbagi atas 6 kelas untuk kelas X (5 kelas IPA & 1 kelas IPS), 7 kelas untuk kelas XI (5 kelas IPA & 2 kelas IPS), dan 7 kelas untuk kelas XII (5 kelas IPA & 2 kelas IPS). Sekolah ini menempati peringkat 7 dari 11 SMA Negeri di kota Yogyakarta. Sekolah ini berlokasikan di Jalan Sagan 1, Yogyakarta.
3. SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta
SMA PIRI 1 Yogyakarta merupakan salah satu jenis sekolah Swasta Islam yang terletak di Jalan Kemuning 14 Baciro, Yogyakarta. SMA PIRI 1 telah terakreditasi A. Program atau jurusan di SMA PIRI 1 terbagi atas jurusan IPA dan
(46)
IPS. Jumlah kelas yang dimiliki adalah 6 kelas yang terbagi atas 2 kelas untuk kelas X (1 kelas A dan 1 kelas B), 2 kelas untuk kelas XI (1 kelas IPA dan 1 kelas IPS), dan 2 kelas untuk kelas XII (1 kelas IPA dan 1 kelas IPS)
4. SMA Swasta IMMANUEL Kalasan Yogyakarta
SMA Swasta IMMANUEL Kalasan Yogyakarta merupakan sekolah swasta kristen yang telah terakreditasi „B‟. SMA ini memiliki jumlah kelas sebanyak 5 kelas yang terbagi atas 1 kelas untuk kelas X, 2 kelas untuk kelas XI (1 kelas IPA & 1 kelas IPS), dan 2 kelas untuk kelas XII (1 kelas IPA & 1 kelas IPS). Sekolah ini berlokasikan di Jalan Solo Km. 15, Gampar Tamanmartani, Kalasan, Yogyakarta.
B. Analisis Data
Sesuai dengan teknik analisa yang telah di uraikan pada Bab III, data yang telah terkumpul direkapitulasikan sesuai dengan indikator yang sesuai. Interpretasi data di jabarkan kedalam beberapa tabel berikut:
1. Motivasi Siswa Jurusan IPA Dalam Belajar Fisika
Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka motivasi siswa dalam belajar fisika dapat dipaparkan sebagi berikut:
Tabel 4.1. Motivasi siswa terhadap belajar fisika
No Indikator Motivasi Persentase (%) SMA N 9 SMA N 6 SMA IMMANUEL SMA PIRI 1 Total 1 Minat dan perhatian siswa
terhadap pelajaran fisika 64,12 54,21 50 66,76
59,74 2 Hasrat dan keinginan
berhasil dalam belajar fisika 71,18 65,80 68,36 74,72
69,53 3 Dorongan kebutuhan dalam
belajar 78,34 76,60 76,74 81,31
77,65 4 Harapan dan cita-cita masa
depan yang berhubungan dengan fisika
(47)
No Indikator Motivasi Persentase (%) SMA N 9 SMA N 6 SMA IMMANUEL SMA PIRI 1 Total
Total 71,02 66,00 65,50 74,55 69,35
Gambar 4.1. Grafik motivasi belajar fisika pada siswa jurusan IPA
Berdasarkan hasil yang dihasilkan dalam tabel 4.1 dan gambar 4.1 lalu di klasifikasikan berdasarkan tabel 3.3, maka diketahui:
Secara keseluruhan motivasi siswa SMA jurusan IPA dalam belajar fisika
tergolong baik (69,35 %).
Siswa SMA PIRI 1 Yogyakarta kelas XI IPA dalam jurusan IPA memiliki motivasi belajar fisika yang baik (74,55 %).
Siswa SMA N 9 Yogyakarta kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 dalam jurusan IPA memiliki motivasi belajar fisika yang baik (71,02 %).
Siswa SMA N 6 Yogyakarta kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 dalam jurusan IPA memiliki motivasi belajar fisika yang baik (66 %)
Siswa SMA IMMANUEL Yogyakarta XI IPA dalam jurusan IPA memiliki motivasi belajar fisika yang cukup (65,5 %).
Sementara itu secara lebih rinci, analisis terhadap unsur-unsur motivasi yang ditelusuri dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
(48)
Secara keseluruhan dorongan kebutuhan dalam belajar fisika pada empat sekolah tergolong baik (77,65 %).
Secara keseluruhan hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika pada empat sekolah tergolong baik (69,53 %).
Secara keseluruhan minat dan perhatian siswa dalam pelajaran fisika pada empat sekolah tergolong cukup (59,74 %).
Secara keseluruhan harapan dan cita-cita masa depan yang berhubungan dengan fisika tergolong cukup (58,31 %).
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi siswa pada ke empat sekolah dilakukan uji beda melalui analisis One Way ANOVA. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi siswa jurusan IPA dalam belajar fisika di SMA N 6 Yogyakarta, SMA N 9 Yogyakarta, SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA Swasta IMMANUEL Kalasan Yogyakarta. Hasil analisis uji beda ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Motivasi siswa dalam pelajaran fisika Descriptives
Skor motivasi
N Mean Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Min Max
Lower Bound
Upper Bound
SMA N 6 Yogyakarta 52 66.00 6.677 .926 64.14 67.86 52 80
SMA N 9 Yogyakarta 54 71.02 6.030 .821 69.37 72.66 57 86
SMA IMMANUEL
Kalasan Yogyakarta 8 65.50 9.024 3.190 57.96 73.04 58 86
SMA PIRI 1
(49)
Total 136 69.35 7.422 .636 68.09 70.60 52 89
Tabel 4.3. Hasil Uji Anova Motivasi Siswa dalam pelajaran fisika ANOVA
Skor motivasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1446.321 3 482.107 10.623 .000
Within Groups 5990.436 132 45.382
Total 7436.757 135
Untuk pengambilan keputusan berdasar signifikansi ditentukan dua hipotesis, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha):
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata skor motivasi fisika siswa dalam penjurusan IPA pada SMA N 6 Yogyakarta, SMA N 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL kalasan Yogyakarta.
Ha : ada perbedaan rata-rata skor motivasi fisika siswa dalam penjurusan IPA pada SMA N 6 Yogyakarta, SMA N 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL kalasan Yogyakarta.
Dari tabel 4.3 diketahui signifikansi sebesar 0,000. Signifikansi (0,000) < 0,05 sehingga H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor motivasi fisika siswa dalam penjurusan IPA pada SMA N 6 Yogyakarta,
(50)
SMA N 9 Yogyakarta, SMA PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA IMMANUEL kalasan Yogyakarta.
2. Minat Bidang Fisika yang Diminati Siswa Jurusan IPA
Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka minat bidang fisika yang diminati siswa dapat dipaparkan sebagi berikut:
Tabel 4.4. Bidang fisika yang diminati siswa SMA jurusan IPA
No Minat Bidang Fisika Persentase (%)
SMA N 9 SMA N 6 SMA IMMAN UEL
SMA PIRI 1
Total
1 Mekanika 70,45 % 59,21 % 58,85 % 72,35 % 65,65 % 2 Gelombang Mekanika 72,50 % 66,44 % 69,37 % 72,95 % 70,07 %
3 Optika 71,76 % 66,11 % 72,40 % 78,79 % 70,77 %
4 Termofisika 69,26 % 62,79 % 63,12 % 72,73 % 66,98 % 5 Listrik dan Magnet 69,07 % 62,98 % 61,88 % 69,55 % 66,39 % 6 Astronomi 72,68 % 69,95 % 65,63 % 70,45 % 70,86 %
Gambar 4.2. Grafik minat bidang fisika pada siswa jurusan IPA
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada tabel 4.4 dan gambar 4.2, dapat di paparkan minat siswa terhadap bidang fisika sebagai berikut:
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah meminati bidang astronomi sebesar 70,86 %.
(51)
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah meminati bidang optika sebesar 70,77 %.
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah meminati bidang gelombang mekanika sebesar 70,07 %.
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah meminati bidang termofisika sebesar 66,98 %.
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah meminati bidanag listrik dan magnet sebesar 66,39 %.
Secara keseluruhan siswa jurusan IPA pada empat sekolah meminati bidang
mekanika sebesar 65,65 %.
Deskripsi minat bidang fisika untuk tiap sekolah dapat dipaparkan sebagai berikut:
Siswa jurusan IPA di SMA N 9 Yogyakarta paling berminat untuk mendalami
bidang astronomi dengan persentase 72,68%.
Siswa jurusan IPA di SMA N 6 Yogyakarta paling berminat untuk mendalami
bidang astronomi dengan persentase 69,95%.
Siswa jurusan IPA di SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta paling berminat untuk mendalami bidang optika dengan persentase 72,4%.
Siswa jurusan IPA di SMA PIRI 1 Yogyakarta paling berminat untuk mendalami bidang optika dengan persentase 78,79%.
(52)
keberhasilan siswa dalam belajar dapat terjadi jika siswa memiliki dorongan untuk belajar, dengan kata lain siswa harus memiliki motivasi belajar yang baik untuk dapat mencapai suatu tujuan belajar. Dalam penelitian ini, didapati bahwa secara keseluruhan motivasi siswa jurusan IPA di empat SMA yang diteliti berada dalam katagori baik dengan persentase sebesar 69,39 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa jurusan IPA termotivasi dalam belajar fisika.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji one way Anova, menunjukkan bahwa motivasi belajar fisika pada siswa jurusan IPA terdapat perbedaan secara
significant. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan motivasi belajar fisika yang
besar pada siswa jurusan IPA di empat SMA yang diteliti, yaitu kelas XI jurusan IPA di SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta IMMANUEL Yogyakarta, dan SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta.
Evaluasi terhadap perolehan skor pada setiap item pernyataan dalam kuesioner selanjutnya digunakan untuk melihat adanya keragaman posisi skor tertinggi dan terendah pada empat sekolah dengan membandingkan lima skor tertinggi dan terendah untuk setiap sekolah. Pada tabel 4.5 dan 4.6 ditunjukkan bahwa adanya perbedaan peringkat skor untuk beberapa item pernyataan.
(53)
Tabel 4.5. Perbedaan motivasi fisika berdasarkan peringkat skor item pernyataan tertinggi untuk masing-masing sekolah.
No Item SMA N 6
Yogyakarta
SMA N 9 Yogyakarta
SMA S IMMANUEL
Kalasan Yogyakarta
SMA S PIRI 1 Yogyakarta
Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
1 Siswa memiliki
keinginan untuk memperoleh nilai fisika yang
tinggi
1 93,7 1 95,8 1 96,9 1 98,9
2 Siswa belajar
fisika karena merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional dan siswa ingin
memperoleh nilai tinggi dalam
ujian
2 88,9 2 88,1 5 84,4 2 93,2
3 Siswa
menanyakan kepada teman yang lebih pandai dalam pelajaran fisika tentang hal-hal yang tidak diketahui
3 84,0
2
5 82,8 4 84,4 6 85,2
4 Siswa akan
terpacu semangat belajarnya jika
memperoleh nilai fisika yang
tinggi
4 83,2 4 83,9 3 87,5 4 87,5
5 Siswa
melakukan kegiatan belajar fisika karena sadar bahwa belajar adalah kebutuhan sebagai seorang siswa
(54)
Tabel 4.6. Perbedaan motivasi fisika berdasarkan peringkat skor item pernyataan terendah untuk masing-masing sekolah.
No Item SMA N 6
Yogyakarta
SMA N 9 Yogyakarta
SMA S IMMANUEL
Kalasan Yogyakarta
SMA S PIRI 1 Yogyakarta Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
1 Siswa ingin
menjadi guru fisika
1 34,6 1 37,6 2 40,6 1 51,1
2 Siswa ingin
menjadi fisikawan
2 45,7 2 52,4 3 46,9 4 63,6
3 Siswa selalu
menyelesaikan tugas dan PR fisika
terlebih dahulu dibandingkan dengan pelajaran
lainnya
3 50,5 3 52,8 7 53,1 5 64,8
4 Fisika adalah
pelajaran yang mudah untuk di
pelajari
4 50,7 6 59,4 1 46,9 2 53,4
5 Siswa rajin
mengerjakan soal latihan fisika
5 53,5 5 58,9 6 53,1 8 65,8
Perbedaan peringkat skor menunjukkan adanya perbedaan prioritas motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA untuk masing-masing sekolah. Jumlah n (banyak siswa) pada penghitungan statistik untuk setiap masing-masing sekolah juga dapat dimungkinkan menjadi salah-satu faktor perbedaan skor untuk setiap item sehingga mempengaruhi pada penghitungan Uji Anova one way dan terdapat perbedaan motivasi belajar fisika secara significant. Untuk setiap SMA dapat dimungkinkan memiliki perlakuan sistem pembelajaran khas yang diperlakukan kepada siswa yang memiliki perilaku yang khas pula dengan kata lain yaitu menyesuaikan motif belajar fisika dari siswa bersangkutan.
(55)
Dari hasil analisis, didapati beberapa hal menarik yaitu pada siswa jurusan IPA di SMA N 6 Yogyakarta yang telah dikenal sebagai “The Research School of Jogja”. Siswa di sekolah memiliki, motivasi belajar fisika yang tergolong pada katagori baik, akan tetapi dalam dalam tingkat motivasi belajarnya lebih rendah dari sekolah lain yang (bahkan) sekolahnya kurang diminati masyarakat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pengaruh guru fisika dalam pemberian nilai fisika. Hal tersebut diteguhkan saat pengambilan data, peneliti menanyakan kepada siswa dalam satu kelas bahwa siswa selalu di berikan nilai ujian materi dengan nilai rendah, sedangkan dalam segi hasrat dan keinginan belajar fisika adalah tinggi. Berdasarkan data kesioner juga bahwa pada salah-satu pertanyaan menyatakan bahwa siswa akan terpacu semangat belajarnya jika memperoleh nilai fisika yang tinggi, sehingga hal ini menjadikan salah-satu faktor prioritas bagi siswa untuk memacu motivasi belajar.
Pembelajaran fisika dalam jurusan IPA tersusun atas beberapa bidang ajar diantaranya mekanika, gelombang mekanika, optika, termofisika, dan astronomi. Secara keseluruhan siswa jurusan IPA mempunyai minat paling besar untuk mempelajari: (1) bidang fisika astronomi dengan prosentase sebesar 70,86 %; (2) minat bidang fisika optika dengan prosentase sebesar 70,77 %; (3) minat bidang fisika gelombang mekanika dengan prosentase sebesar 70,07 %; (4) minat bidang fisika termofisika 66,98 %; (5) minat bidang fisika listrik dan magnet dengan prosentase sebesar 66,39 %; (6) dan mempunyai minat paling rendah untuk mempelajari bidang fisika mekanika dengan prosentase sebesar 65,65 %.
(56)
Berdasarkan data kuesioner, terdapat hal menarik saat di lakukan evaluasi tiap item pertanyaan tertinggi dan terendah pada minat bidang fisika, seperti yang dipaparkan pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.
Tabel 4.7. Skor lima item pertanyaan minat bidang fisika tertinggi
No Pertanyaan Skor
1 Saya berkeinginan meihat bintang menggunakan teropong bintang 78,276 2 Saya ingin mengetahui penyebab terjadinya pelangi 74,404 3 Saya tertarik untuk mempelajari proses melayangnya kereta api di
Jepang
71,658 4 Saya senang menonton film tentang perbintangan dan antariksa 69,245 5 Saya tertarik dengan bunyi yang dihasilkan pada petikan senar gitar 68,932
Tabel 4.8. Skor lima item pertanyaan minat bidang fisika terendah
No Pertanyaan Skor
1 Saya ingin bekerja di PLN 48,068
2 Saya ingin menjadi seorang astronout 49,956
3 Saya gemar mengoleksi miniatur benda-benda langit 54,087 4 Saya sangat menyukai materi tentang gerak 55,815 5 Saya senang mempelajari tentang materi tentang kecepatan dan
percepatan suatu benda
56,705
Berdasarkan hasil tabel 4.7 menyatakan bahwa siswa memiliki kecenderungan yang besar untuk selalu ingin tahu akan fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Sedangkan pada tabel 4.8 menyatakan bahwa siswa memiliki kecenderungan memiliki minat yang rendah untuk berkarir dalam bidang fisika. Berdasarkan hasil dari tabel 4.7 dan 4.8 ditemukan hal menarik, bahwa siswa memiliki minat paling besar terhadap bidang fisika astronomi, tetapi pada data kuesioner peneliti mendapati bahwa siswa kurang berminat untuk menjadi seorang astronout. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat siswa jurusan IPA untuk mempelajari
(57)
bidang-bidang fisika tidak menjadikan siswa tersebut memiliki keinginan untuk bekerja atau menjalani karir dalam bidang eksakta.
D. Implikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA dan bidang fisika yang diminati siswa jurusan IPA. Berdasarkan hasil analisis data, terjadi ketidak seimbangan motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA untuk SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA Swasta IMMANUEL Kalasan Yogyakarta. Misalnya, siswa memiliki hasrat dan keinginan berhasil yang besar dalam belajar fisika dan memiliki dorongan kebutuhan belajar yang besar, akan tetapi minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran fisika tidaklah besar begitu pula dengan tingkat harapan dan cita-cita masa depan yang berhubungan dengan fisika. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa jurusan IPA perlu diajak untuk lebih menyukai pelajaran fisika dan salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan guru adalah dengan mengaitkan pembelajaran fisika dengan lingkungan.
Berdasarkan uji analisis Anova menggunakan program SPSS, didapati bahwa terdapat perbedaan motivasi fisika yang significant. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa jurusan IPA untuk SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Swasta PIRI 1 Yogyakarta, dan SMA Swasta IMMANUEL Kalasan Yogyakarta memiliki perbedaan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
(58)
karena perlakuan guru yang berbeda, sehingga siswa jurusan IPA memiliki motivasi belajar fisika yang berbeda-beda.
Berdasarkan data pada tabel 4.6 secara keseluruhan didapati bahwa motivasi siswa jurusan IPA memiliki kecenderungan tidak menjadikan mata pelajaran fisika sebagai prioritas. Contohnya, pada salah-satu item menunjukkan bahwa siswa tidak mengerjakan PR fisika terlebih dahulu di bandingkan pelajaran lainnya. Untuk mengatasi hal ini melalui variasi metode pembelajaran, siswa dapat termotivasi dalam belajar fisika sehingga dimungkinkan pelajaran fisika menjadi hal yang perlu diprioritaskan.
Secara keseluruhan didapati bahwa minat siswa jurusan IPA memiliki kecenderungan yang besar dalam mempelajari bidang fisika yang berkaitan dengan fenomena alam. Sehingga, dapat dimungkinkan dalam pembelajaran fisika dengan mengaitkan kejadian fenomena alam akan meningkatkan minat siswa jurusan IPA untuk lebih mempelajari bidang fisika lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniawati (2011) dalam penelitannya bahwa dengan menghubungkan pembelajaran fisika secara langsung pada fenomena alam yang terkait akan membuat siswa menjadi lebih senang dalam belajar fisika.
(59)
39 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian tentang motivasi dan minat siswa jurusan IPA bertujuan untuk mengetahi motivasi serta minat bidang fisika dalam belajar fisika pada siswa jurusan IPA.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, di dapati kesimpulan sebagai berikut:
1) Motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta:
Siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta memiliki rata-rata tingkat motivasi yang tergolong cukup (69,35 %). Siswa jurusan IPA di SMA Swasta PIRI 1 memiliki tingkat motivasi fisika 74,55%; siswa jurusan IPA di SMA N 9 memiliki tingkat motivasi fisika 71,02 %; siswa jurusan IPA di SMA N 6 memiliki tingkat motivasi fisika 66 %; siswa jurusan IPA di SMA Swasta IMMANUEL Kalasan memiliki tingkat motivasi fisika 65,5%;
Siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta memiliki tingkat
motivasi yang tergolong baik pada hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar fisika serta dorongan kebutuhan dalam belajar fisika.
Siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta memiliki tingkat motivasi yang tergolong cukup pada minat dan perhatian siswa dalam
(60)
pelajaran fisika serta harapan dan cita-cita masa depan yang berhubungan dengan fisika.
2) Terdapat perbedaan significant pada motivasi belajar fisika siswa jurusan IPA kelas XI pada empat SMA di Yogyakarta. Perbedaan motivasi karena adanya perbedaan kedekatan antara guru dan siswa untuk setiap sekolah.
3) Siswa jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta sebagian besar paling berminat pada bidang astronomi.
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, yaitu:
Bagi sekolah, perlu selektif dalam menjuruskan siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Jika siswa sudah berada di jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, maka siswa tersebut akan lebih mudah berproses di dalam pembelajaran.
Bagi guru, untuk lebih memvariasikan metode pembelajaran dan mengaitkan materi pembelajaran dengan fenomena alam agar siswa lebih tertarik dan berminat dengan pembelajaran fisika.
(61)
41
DAFTAR PUSTAKA
Widiyanto, T.P. 1986. Studi Tentang Minat Mahasiswa IKIP Sanata Dharma Terhadap Kegiatan-kegiatan Non Akademik Di IKIP Sanata Dharma. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Sefrina, A. 2013, Deteksi Minat Bakat Anak, MEDIA PRESINDO, Yogyakarta.
Suryabata, S. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Merdapi, D. 2007, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: MITRA CENDEKIA Press.
Kasmadi dan Sunariah, N.S. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulistyarini, M.D. 2008. “Pengaruh Motivasi Belajar, Kepercayaan Diri, dan Keaktifan Siswa di dalam Proses Belajar MengajarTerhadap Hasil Belajar Siswa dalam Ranah Kognitif Serta Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Pada Sub Pokok Bahasan Gaya Antar Partikel Zat”. Skripsi Tidak Dipubikasikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Gani, R.A. 1986. Bimbingan Penjurusan. Bandung: Angkasa.
(62)
Kurniawati, D.H. “Sikap Dan Minat Siswa Kelas X Terhadap Pembelajaran Fisika Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di SMA YPPK AGUSTINUS Sorong
Papua Barat Dari Sudut Pandang Siswa”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Wasti, Sriana. 2013. “Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Tata Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang”. Universitas Negeri Padang.
Padang. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/viewFile/1032/869. Diakses pada Minggu, 10 Januari 2016 jam 19:11.
Syuhkri, Dkk. 2012. “Model Pendekatan Pakar Fisika Dalam Menyelesaikan Masalah
Fisika Kontekstual:Sebuah Studi Kasus”. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1995/2111. Diakses pada Minggu, 10 Januari 2016 jam 20:15.
Osman K, Dkk. 2007. “Sikap Terhadap Sains dan Sikap di Kalangan Pelajar Sains”.
http://www.ukm.my/jurfpend/journal/vol%2032%202007/JPendidikan32/Jpend3 2[03].pdf. Diakses pada Senin, 11 Januari 2016 jam 04:20.
Santyasa, W. 2014. Asesmen Evaluasi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(63)
Lampiran 1A. Angket Motivasi dan Minat Siswa Dalam Belajar Fisika
No Pernyataan SS S TS STS
1 Fisika adalah pelajaran yang menarik dan menyenangkan 2 Saya ingin memperoleh nilai Fisika yang tinggi
3 Saya meluangkan waktu sekurang-kurangnya satu jam setiap minggu untuk belajar Fisika di rumah
4 Fisika adalah pelajaran yang mudah untuk dipelajari 5 Saya melakukan kegiatan belajar Fisika karena sadar bahwa
belajar adalah kebutuhan saya sebagai seorang siswa 6 Saya membuat ringkasan materi pelajaran Fisika untuk
dipelajari menjelang ulangan
7 Saya rajin mengerjakan soal-soal latihan Fisika
8 Saya belajar Fisika agar menguasai materi pelajaran Fisika 9 Saya selalu menyelesaikan tugas dan PR pelajaran Fisika
terlebih dahulu dibandingkan pelajaran yang lainnya
10 Saya belajar Fisika karena Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional dan saya ingin mendapat nilai tinggi dalam ujian
11 Saya suka belajar Fisika karena saya ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang membutuhkan penguasaan Fisika 12 Saya menyelesaikan tugas-tugas pelajaran Fisika tepat waktu 13 saya berusaha untuk selalu tekun dalam pelajaran Fisika 14 Saya ingin menjadi seorang guru Fisika
15 Saya menanyakan kepada teman yang lebih pandai dalam pelajaran Fisika tentang hal-hal yang tidak saya ketahui 16 Saya ingin menjadi ilmuwan dalam bidang Fisika
17 Saya mempelajari kembali bahan pelajaran Fisika yang telah saya pelajari di sekolah, setelah tiba di rumah
18 Saya bertanya kepada guru bila belum memahami materi fisika 19 Bila nilai ulangan Fisika saya buruk dan tidak sesuai harapan,
saya menambah waktu belajar agar dapat memperbaikinya 20 Saya mudah menyerah jika menemukan kesulitan saat
mengerjakan tugas maupun menyelesaikan soal dalam Fisika 21 Jika saya memperoleh nilai Fisika yang tinggi, maka akan
memacu semangat belajar saya
22 Saya belajar Fisika saat menghadapi ujian saja
23 Saya berusaha meraih nilai Fisika sebaik-baiknya dalam setiap tugas dan ulangan
24 Saya tekun belajar Fisika supaya dapat mencapai cita-cita yang diinginkan
25 Saya menyukai pelajaran fisika dalam bentuk teori ataupun rumus
26 Saya sangat menyukai materi tentang gerak
27 Saya senang mempelajari materi tentang kecepatan dan percepatan suatu benda
28 Saya senang merangkai rangkaian listrik
29 Saya senang melakukan praktikum menggunakan magnet 30 Saya tertarik dan ingin mempelajari peristiwa terjadinya gaung
(64)
No Pernyataan SS S TS STS 31 Saya tertarik dengan bunyi yang dihasilkan pada petikan senar
gitar
32 Saya ingin mempelajari proses terjadinya fatamorgana 33 Saya tertarik untuk mempelajari proses terjadinya bayangan
pada sebuah lensa
34 Saya menyukai pelajaran tentang perbintangan
35 Saya senang menonton film tentang perbintangan dan antariksa 36 Saya senang menganalisa kecepatan, jarak, dan waktu ketika
berkendara
37 Saya tertarik untuk mempelajari cara kerja pada wahana roller coaster
38 Saya senang mengikuti praktikum tentang gerak lurus 39 Saya tertarik untuk mempelajari penggabungan suatu
gelombang pada permukaan air
40 Saya ingin mengetahui penyebab terjadinya pelangi
41 Saya ingin mempelajari proses terjadinya bayangan pada sebuah cermin
42 Saya tertarik untuk mempelajari proses pendistribusian acara pada televise
43 Saya sangat senang membaca majalah/artikel yang membahas tentang perbintangan
44 Saya tertarik untuk mempelajari proses perpindahan kalor pada suatu benda
45 Saya senang mengikuti praktikum ayunan bandul matematis 46 Saya gemar memperbaiki alat elektronik yang rusak
47 Saya tertarik untuk mempelajari sistem kerja pesawat telepon 48 Saya tertarik untuk mempelajari peristiwa pemuaian pada rel
kereta api
49 Saya tertarik untuk mempelajari suhu dan kalor
50 Saya tertarik untuk mempelajari proses melayangnya kereta api di Jepang
51 Saya gemar mengoleksi miniatur benda-benda langit 52 Saya ingin menjadi seorang Astronout
53 Saya tertarik untuk mempelelajari peristiwa benda hitam yang mudah menyerap panas
54 Saya tertarik untuk mengetahui cara kerja termometer 55 Saya berkeinginan melihat bintang menggunakan teropong
bintang
56 Saya tertarik untuk mempelajari kegunaan dari cermin cembung dan cekung
57 Saya tertarik untuk mempelajari kegunaan dari lensa cembung dan cekung
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
Lampiran 2 D. Daftar Presensi Siswa SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
Lampiran 3 D. Contoh Hasil Jawaban Angket Siswa SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta
(83)
(84)
(85)
Lampiran 4A. Skor Motivasi siswa tentang Minat dan Perhatian Siswa Terhadap Pelajaran Fisika
SMA N 6 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 1 125 60.10
2 4 105 50.48
3 9 105 50.48
4 25 116 55.77
Rata-rata 54.21
SMA N 9 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 1 159 73.61
2 4 128 59.26
3 9 114 52.78
4 25 153 70.83
(86)
SMA PIRI 1 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 1 69 78.41
2 4 47 53.41
3 9 57 64.77
4 25 62 70.45
Rata-rata 66.76
SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 1 19 59.37
2 4 13 40.62
3 9 17 53.12
4 25 15 46.87
(87)
Lampiran 4B. Skor Motivasi siswa tentang Hasrat dan Keinginan Berhasil Dalam Belajar Fisika
SMA N 6 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 3 137 65.86
2 6 132 63.46
3 7 111 53.36
4 12 117 56.25
5 13 147 70.67
6 15 175 84.13
7 17 116 55.77
8 23 160 76.92
Rata-rata 65.80
SMA N 9 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 3 142 65.74
2 6 161 74.54
3 7 127 58.79
4 12 139 64.35
5 13 168 77.788
(88)
No Item soal Jumlah skor prosentase
7 17 129 59.72
8 23 185 85.65
Rata-rata 71.18
SMA PIRI 1 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 3 65 73.86
2 6 72 81.82
3 7 58 65.91
4 12 57 64.77
5 13 66 75.00
6 15 75 85.23
7 17 58 65.91
8 23 75 85.23
Rata-rata 74.72
SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta No Item soal Jumlah skor prosentase
1 3 19 59.37
2 6 19 59.37
(89)
No Item soal Jumlah skor prosentase
4 12 24 75.00
5 13 24 75.00
6 15 27 84.37
7 17 16 50.00
8 23 29 90.62
(90)
Lampiran 4C. Skor Motivasi siswa tentang Dorongan Kebutuhan Dalam Belajar Fisika
SMA N 6 Yogyakarta
No Item soal Jumlah
skor prosentase
1 2 195 93.75
2 5 165 79.32
3 8 164 78.84
4 10 185 88.94
5 18 136 65.38
6 19 138 66.34
7 20 128 61.54
8 21 173 83.17
9 22 150 72.12
Rata-rata 76.60
SMA N 9 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 2 207 95.83
2 5 173 80.09
3 8 169 78.24
(91)
No Item soal Jumlah skor prosentase
5 18 176 81.48
6 19 159 73.61
7 20 126 58.33
8 21 181 83.79
9 22 142 65.74
Rata-rata 78.34
SMA PIRI 1 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 2 87 98.86
2 5 75 85.23
3 8 68 77.27
4 10 82 93.18
5 18 78 88.64
6 19 66 75.00
7 20 54 61.36
8 21 77 87.50
9 22 57 64.77
(92)
SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta No Item soal Jumlah skor prosentase
1 2 31 96.87
2 5 25 78.12
3 8 24 75.00
4 10 27 84.37
5 18 25 78.12
6 19 20 62.50
7 20 20 62.50
8 21 28 87.50
9 22 21 65.62
(93)
Lampiran 4D. Skor Motivasi siswa tentang Harapan dan Cita-cita Masa Depan yang Berhubungan dengan Fisika
SMA N 6 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 11 145 69.71
2 14 72 34.61
3 16 95 45.67
4 24 129 62.02
Rata-rata 53.00
SMA N 9 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 11 154 71.29
2 14 81 37.50
3 16 113 52.31
4 24 170 78.70
(94)
SMA PIRI 1 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 11 64 72.73
2 14 45 51.14
3 16 56 63.64
4 24 70 79.54
Rata-rata 66.76
SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta No Item soal Jumlah skor prosentase
1 11 17 53.12
2 14 13 40.62
3 16 15 46.87
4 24 19 59.37
(95)
Lampiran 4E. Skor Minat Siswa Dalam Bidang Astronomi
SMA N 6 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 34 155 74.52
2 35 166 79.81
3 43 155 74.52
4 51 117 56.25
5 52 104 50.00
6 55 176 84.62
Rata-rata 69.95
SMA N 9 Yogyakarta
No Item soal Jumlah skor prosentase
1 34 177 81.94
2 35 175 81.02
3 43 167 77.31
4 51 129 59.72
5 52 111 51.39
6 55 183 84.72
(96)
SMA PIRI 1 Yogyakarta
No Item soal Jumlah
skor prosentase
1 34 69 78.41
2 35 66 75.00
3 43 64 72.73
4 51 50 56.82
5 52 46 52.27
6 55 77 87.50
Rata-rata 70.45
SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta
No Item soal Jumlah
skor prosentase
1 34 24 75.00
2 35 22 68.75
3 43 22 68.75
4 51 16 50.00
5 52 16 50.00
6 55 26 81.25
(1)
(2)
(3)
Lampiran 6. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
(4)
(5)
(6)