6. Klimaks
Klimaks terjadi ketika tokoh Enong dan Ikal bertemu tanpa sengaja di kantor pos dan akhirnya merekapun berteman. Ikal menceritakan kisah pilu
percintaannya dengan A Ling. Begitu pula Enong, menceritakan ketertarikannya akan bahasa Inggris. Enong, Ikal dan Detektif M. Nur berencana akan pergi ke
Tanjong Pandang bersama-sama walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun pada akhirnya Ikal dan Detektif M. Nur balik ke kampung dan
mengurungkan niatnya untuk ke Jakarta. Mereka menyusun berbagai rencana untuk mengalahkan Zinar di perlombaan 17 Agustus, namun semuanya sis-sia
karna Zinar menaklukkan Ikal dengan mudahnya. 18
Dari warung kopi, Aku berpisah dengan Detektik M.Nur karena Aku mau ke kantor pos untuk mengirim surat-surat lamaran kerja ke
perusahaan-perusahaan di Jakarta. Bagaimanapun berat keadaanku, kucoba mengumpulkan semangat dan bersikap realistis. Aku mengirim
banyak surat lamaran. Sampai bosan rasanya Aku menulis kalimat Atas perhatian pertimbangan Bapak Ibu, saya ucapkan terimakasih dan To
whom it may concern. Harapanku, jika menerima panggilan nanti, Aku telah berada di Jakarta. Di kantor pos itulah, ketika sedang menempel-
nempelkan prangko, nasib mempertemukanku dengan Enong Andrea, 2010: 118.
19 Pertemuan dengan Enong berlanjut dengan obrolan panjang tentang
minatnya akan bahasa Inggris. Ia memperlihatkan padAku berbagai macam katalog yang didapatnya dari Tuan Pos. Aku terkesan akan
semangat dan jiwa humornya. Aku diserbu energi positif perempuan itu Andrea, 2010: 120.
20 Bus meluncur. Kami melihat orang-orang melambai sampai jauh. 4 jam
kemuIan kami sampai di Tanjong Pandan. Yang akan kami lAkukan pertama kali adalah mengantarkan Enong mendaftar ke kursus bahasa
Inggris Andrea, 2010: 135.
21 Kami berbalik. Tiba-tiba Aku merasa sangat senang. Detektif M. Nur pun
tampaknya begitu. Aneh, kami girang dalam kebodohan dan ide-ide konyol yang meluap-luap. Sambil tertawa cekikikan, kami menarik lagi
tas koper yang berat dan membopong ransel-ransel. Aneh lagi, sekarang rasanya ringan. Kami berlari pontang-panting mengejar truk ikan asin
yang akan kembali ke kampungku. Andrea, 2010: 145.
22 ―Karena Aku mau bertanding catur melawan Zinar.―
Ibu tercengang. ―Apa katamu?‖
―Aku mau bertanding catur melawan Zinar‖ Andrea, 2010: 147. 23
Para penonton kembali bertepuk tangan untuk Zinar. Tak ada, satupun tak ada, tepuk tangan untukku. Dan mengharapkan itu, seharusnya tak
pantas. Dari omongan penonton kudengar bahwa kematian rajAku adalah kematian tercepat dalam sejarah pertandingan catur 17 Agustus di
kampung ku sejak pertandingan itu dimulai berpuluh tahun silam. Memalukan Andrea, 2010: 165.
24 Aku telah digulung Zinar di papan catur. Aku telah dimakzulkan di meja
pingpong. Aku telah dicadangkan secara abadi di lapangan sepak bola Andrea, 2010: 189.
7. Leraian
Leraian adalah tahap alur yang menunjukkan bahwa tegangan akibat terjadinya tikaian telah menurun. Leraian terjadi ketika Ikal memutuskan untuk
pergi ke Jakarta mencari pekerjaan. Walaupun keputusannya ini gagal untu terealisasi karena A Ling tiba- tiba muncul dan menjelaskan apa yang terjadi. Hal
tersebut tampak pada kutipan berikut. 25
Dari bantaran sungai yang menyedihkan itu, kukayuh lagi sepeda ke rumah Mualim Syahbana untuk mengatakan bahwa Aku akan ikut
dengannya berlayar ke Jakarta minggu depan. Lalu, ku temui Pamanku untuk pamit Andrea, 2010: 227.
26 Akhirnya, akhir dari semua hal yang menyakitkan itu adalah keputusan
yang pahit yan harus kuambil, yaitu meninggalkan kampung dan mungkin taklan pernah kembali. Aku tak dapat tinggal disini. Aku tak
dapat melihat Zinar tanpa merasa cemburu. Aku tak dapat melihat A Ling tanpa merasa patah hati. Aku tak dapat melihat ibuku tanpa rasa
malu, dan Aku tak dapat melihat ayahku tanpa rasa bersalah Andrea, 2010: 236.
27 Aku melangkah menuju pintu, membukanya, dan Aku terperanjak tak
kepalang melihat seorang perempuan berdiri di tengah pekarangan: A Ling Andrea, 2010: 242.
28 Belum sempat Aku ambil ancang-ancang dua bilah alis padang tertarik
ke atas. Perempuan Ho Pho itu merepet dalam bahasa Khek campur Melayu. Katanya ia tak bisa menemuiku lantaran sibuk membantu
sahabat pamannya membuka toko dan menyiapkan perkawinananya. Disela-sela omelan dengan kecepatan gigi empat ku dengar beberapa kali
ia menyebut moi nyin, khet fun. Aku paham kebiasaan lama orang Ho