Penelitian Terdahulu yang Relevan
juga sudah bisa menafsirkan baik dan buruk secara fisis dan hedonistis berdasarkan enak tidak enak atau suka dan tidak suka.
Level kedua adalah conventional level. Pada level ini anak tidak hanya mau berkompromi pada dirinya sendiri, namun berusaha mewujudkan secara
aktif, menunjukan ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban sosial. Level ini terdapat dua orientasi dasar yaitu
interpersonal concordance good boy-nice girl orientation dan law and order orientation. Dalam artian bahwa interpersonal concordance good boy-nice girl
orientation adalah tingkah laku yang baik apabila tingkah laku seseorang mampu membuat orang lain merasa senang atau menolong orang lain. Law and
order orientation lebih menekankan pada otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban sosial yang dijunjung tinggi.
Level terakhir dalam tahapan ini adalah post conventional level. Dalam tahapan ini seorang anak berusaha untuk mendapatkan perumusan nilai-nilai
moral karakter yang selanjutnya berusaha untuk merumuskan prinsip yang sah, sehingga dapat diterapkan tanpa ada persoalan prinsip otoritas individu atau
kelompok. Di dalam level ini terdapat dua orientasi yaitu social contract orientation dan the universal ethical principle orientation. Dengan artian bahwa
social contract orientation merupakan seorang individu yang mengartikan benar atau salahnya suatu tindakan atas hak dan norma individu yang sudah teruji di
masyarakat. The universal ethical principle orientation bisa dikatakan bahwa benar salahnya sesorang itu ditentukan oleh keputusan suara hati nurani individu
yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah berjalan dan ditaati oleh masyarakat lingkungan.
Seperti kita ketahui karakter berfungsi di lingkungan sosial masyarakat. Akan tetapi, masyarakat tak jarang menyampingkan bahkan mengindahkan hal
yang berkaitan dengan karakter. Alhasil di dalam masyarakat sebagian besar orang merasa acuh untuk melakukan hal bermoral yang akan berdampak pada
anak-anak sebagai penerus suatu bangsa. Masyarakat harus mengajarkan pentingnya pendidikan karakter untuk menghindari hal tersebut pengajaran perlu
dilakukan secara legitimasi di sekolah. Pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral dalam
manifestasinya merupakan sebuah kualitas karakter yang membuat nilai-nilai moral menjadi realitas yang hidup. Seseorang yang memiliki karakter yang baik
maka ia akan mampu menghargai kehidupannnya dengan bersifat tanggung jawab, jujur, saling menghormati, disiplin diri, dan berperilaku sebaik mungkin
kepada orang lain yang ada disekitarnya. Mengetahui diri sendiri juga merupakan sebuah jenis pengetahuan moral guna pengembangan karakter. Menjadi seseorang
yang bermoral tersebut memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan diri sendiri sehingga kita mampu mengevaluasi diri kita pula sendiri.
Menurut Setya Tri Nugraha 2012, pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tiga desain, yaitu; a desain berbasis pada relasi guru sebagai pendidik
dan siswa sebagai pembelajar, b desain berbasis kultur sekolah, yang berusaha membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan
bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam
diri siswa, dan c desain berbasis komunitas. Terdapat 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
1.
Religius atau sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur atau perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi atau sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain walaupun orang tersebut berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin atau tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan 5.
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.
Kreatif atau berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7.
Mandiri atau sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8.
Demokratis atau cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9.
Rasa ingin tahu atau sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.
Semangat kebangsaan atau cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.
Cinta tanah air atau cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.
Menghargai prestasi atau sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabatkomunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14.
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15.
Gemar membaca atau kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16.
Peduli lingkungan atau sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.