belajar mengajar merupakan kegiatan yang dirancang sedemikian rupa yang membutuhkan upaya siswa secara aktif untuk mencapai tujuan
tertentu. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam kegiatan kelas sebagai ekspresi penyertaan mental dan emosi siswa dalam proses
belajar mengajar. Sejalan dengan sifat partisipasi, keikutsertaan siswa murni atas keinginan siswa tersebut dan tidak ada unsur paksaan.
Sedangkan, proses belajar mengajar merupakan proses berupa suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa sebagai tindakan timbal
balik dalam situasi yang edukatif. Proses belajar mengajar membutuhkan upaya siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran
sehingga tujuan dapat tercapai. Aktif berarti berpartisipasi penuh dalam pembelajaran, tidak hanya fisik namun jiwa dan pikiran juga
fokus dalam belajar.
2. Manfaat partisipasi anak dalam kelas
Manfaat partisipasi menurut Suryosubroto 2002 yaitu : a. Banyak ide dan pendapat yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan yang besar dan tepat. Seperti dalam diskusi kelas, membutuhkan banyak ide dan pendapat peserta diskusi untuk
mencapai keputusan akhir yang tepat bagi peserta diskusi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Potensi diri dan kreativitas lebih berkembang. Partisipasi dalam kegiatan kelas dapat membantu siswa mengasah potensi diri dan
dapat juga melatih proses berpikir siswa. c. Peserta dapat lebih menerima perintah dan menimbulkan rasa
diperlukan dalam kelompok. Hal ini dapat terjadi sebab keputusan bersama merupakan hasil pemikiran kelompok yang merupakan
aspirasi anggota kelompok itu sendiri. d. Melatih rasa tanggung jawab dan membangun kesadaran atas
kepentingan bersama. Tanggung jawab dan kesadaran atas kepentingan bersama dapat tercipta sebagai akibat dari perasaan
ikut serta siswa dalam mencapai tujuan bersama dan kerja sama yang terjadi dalam suatu kegiatan.
3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi
Faktor yang mempengaruhi partisipasi menurut Walgito 2010, yaitu: a. Kepentingan individu
Kepentingan individu merupakan kebutuhan dan minat individu. Menurut Walgito 2010, manusia merupakan makhluk
sosial dan individu. Hal ini menjelaskan bahwa manusia memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri disamping
kebutuhan sosial. Kebutuhan individu tersebut dapat merupakan kebutuhan fisiologis, psikologis, mengembangkan potensi diri, atau
memperoleh keuntungan dari kegiatan kelompok. Sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seseorang akan berpatisipasi dalam suatu kelompok demi memenuhi kepentingan pribadi.
b. Solidaritas Solidaritas dalam kelompok berarti melakukan kerja
sama kolektif dalam mencapai tujuan kelompok. Solidaritas berkaitan dengan perasaan saling mencintai atau menyukai antar
anggota sehingga kompak dalam mencapai tujuan. c. Memiliki tujuan yang sama antar individu
Menurut Walgito 2010, tujuan yang sama antar individu menciptakan kohesi di dalam suatu kelompok yang terwujud dalam
partisipasi mereka saat mengikuti organisasi. d. Melakukan langkah bersama walaupun tujuannya berbeda
Dalam kelompok yang memiliki tujuan bersama, setiap individu memiliki tujuan masing-masing. Dalam hal ini, individu
menjadikan tujuan kelompok sebagai sarana pencapaian tujuan masing-masing tersebut. Hal ini yang mendasari, individu-individu
yang memiliki tujuan berbeda dapat melakukan langkah bersama dalam
kelompok demi
kepentingan masing-masing
Walgito,2010.
C. Masa Anak-anak
Perkembangan Kognitif menurut Piaget terbagi menjadi empat tahapan. Tahapan tersebut ialah Santrock,2002:
1. Sensorimotor Rentang usia 0 hingga 2 tahun. Bayi mendapat informasi tentang
dunia disekitarnya melalui pengalaman fisik. Hingga tahap ini bayi menggunakan insting dan refleks dalam proses perkembangannya.
Pada akhir tahapan ini pemahaman simbolik awal mulai terbentuk. 2. Praoprasional
Rentang usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak dapat menggunakan simbol. Anak mampu menggunakan kata-kata dan
gambar dalam mengungkapkan dirinya. Namun belum mampu menginternalisasi kedalam dunia mental hal-hal yang dilakukan secara
fisik. 3. Oprasional Konkrit
Rentang usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir logis dan sudah mampu menginternalisasi secara mental hal
yang dapat dilakukan secara fisik. Namun, belum mampu memecahkan permasalahan abstrak yang tidak dapat dilakukan secara
fisik. 4. Oprasional Formal
Rentang usia 11 hingga 15 tahun. Pada tahap ini, anak dapat berpikir abrak dan menjadi lebih logis. Permasalahan yang tidak dapat
dikerjakan secara fisik sudah dapat mereka selesaikan. Tahap ini membuat remaja dapat membayangkan situasi yang ideal pada segala
aspek dalam hidupnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian ini perkembangan kognitif anak yang menjadi subjek berada pada fase oprasional konkrit. Anak sudah mampu berpikir logis dan
mampu memecahkan permasalahan konkrit. Kemampuan yang dapat dilakukan anak pada tahap ini, antara lain:
1. Konservasi Kemampuan memahami kesamaan volume tanpa terpengaruh
perubahan bentuk. 2. Klasifikasi
Kemampuan anak tentang karakteristik objek. Kemampuan anak untuk mengklasifikasi benda dan memahami relasi antar benda.
Kemampuan klasifikasi terdiri dari: a. Keterhubungan antara kumpulan dan sub kumpulan
Kemampuan anak untuk membagi benda menjadi suatu kumpulan dan sub kumpulan. Anak juga mampu memahami relasi
antara anggota kumpulan. Ilustrasi yang dapat menggambarkan kemampuan ini ialah relasi pada pohon keluarga. Seorang anak
pada tahap operasional konkret dapat memahami bahwa seseorang dapat berperan sebagai ayah terhadap anaknya dan dapat menjadi
anak bagi orang tuanya. Pada prinsipnya, anak dapat memahami sistem klasifikasi secara vertikal, horizontal, atau diagonal.
b. Seriation Kemampuan anak untuk mengurutkan segala sesuatu sesuai
dengan dimensi kuantitatif. Misalnya: panjang, lebar, tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Transitivity Kemampuan memikirkan relasi gabungan secara logis.
Misal terdapat tiga benda berurutan sesuai panjangnya. Anak dapat memikirkan bahwa benda pertama lebih panjang daripada yang
ketiga dan yang kedua lebih pendek dari yang pertama. Perkembangan psikososial berdasarkan teori Eric Erickson. Pada teori
psikososial terdapat delapan fase. Fase yang sedang dijalani oleh anak usia
8 hingga 10 tahun ialah tahap ke-4 yaitu Industry vs inferiority tekun vs
rasa rendah diri. Terjadi pada usia 6 hingga pubertas. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap
keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya
dengan ketrampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan
merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-
pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak- kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri,
perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif. Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan
anak-anak.