Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dilaksanakan. Rancangan yang telah dibuat menjadi dasar dan pedoman bagi pengajar atau guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Trianto 2012: 51, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Pengertian ini senada dengan yang disampaikan oleh Winataputra dalam Sugiyanto 2010: 3, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan untuk merancang pembelajaran sehingga pembelajaran dapat tergambar jelas dari awal sampai akhir dan menjadi pedoman bagi pengajar.

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Landasan Teori Salah satu model pembelajaran inovatif yang digunakan dalam pembelajaran adalah pembelajaran berbasis masalah. Dalam Siregar dan Nara 2011: 119, belajar berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivisme, yaitu berorientasi pada proses belajar siswa student-centered learning. Keterkaitan konstruktivisme dengan pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat pembentukan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah Puspitasari 2013: 17. Lebih lanjut disampaikan oleh Siregar dan Nara 2011: 119, pembelajaran berbasis masalah berfokus pada penyajian suatu permasalahan nyata atau simulasi kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar. Sedangkan menurut Ngalimun 2012: 90-91, dalam pembelajaran berbasis masalah, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak hanya harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Menurut Sanjaya 2011: 216, masalah dalam pembelajaran berbasis masalah merupakan masalah yang bersifat terbuka. Maksudnya adalah jawaban dari masalah tersebut belum pasti dan siswa maupun guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sanjaya, hakikat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu, materi atau topik pelajaran tidak bersumber dari buku saja, tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu. 2. Pengertian Ada beberapa tokoh yang menyampaikan tentang pengertian model pembelajaran berbasis masalah, berikut pengertian model pembelajaran berbasis masalah menurut beberapa tokoh Menurut Ngalimun 2012: 89, pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Maksud dari belajar aktif adalah siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator pembelajaran. Menurut Suyono dalam Puspitasari 2013: 18, pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang diawali dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelumnya prior knowledge sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah. Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa melalui kegiatan memecahkan masalah sesuai dengan tahap-tahap metode ilmiah. 3. Karakteristik Menurut Tan dalam Amir 2009: 22, karakteristik dari pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut : a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; b. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata; c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk multiple perspective. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep atau lintas ilmu ke bidang yang lain; d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru; e. Sangat mengutamakan belajar mandiri self directed learning; f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan menjadi kunci penting; g. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan peer teaching, dan melakukan presentasi. Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa tiga unsur penting dalam proses pembelajaran berbasis masalah yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil. 4. Tujuan dan Manfaat Menurut Barrows, Tamblyn dan Engel dalam Siregar dan Nara 2011: 121, tujuan dari pembelajaran berbasis masalah adalah dapat meningkatkan kedispilinan dan kesuksesan dalam hal : a. Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan; b. Aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau yang akan datang; c. Pemikiran yang kreatif dan kritis; d. Adopsi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi; e. Apresiasi dari berbagai cara pandang; f. Kolaborasi tim yang sukses; g. Identifikasi dalam mempelajari kelemahan dan kekuatan; h. Kemajuan mengarahkan diri sendiri; i. Kemampuan komunikasi yang efektif; j. Uraian dasar-dasar atau argumentasi pengetahuan; k. Kemampuan dalam kepemimpinan; l. Pemanfaatan sumber-sumber yang bervaiasi dan relevan. Menurut Amir 2009: 27-29, manfaat dari pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut : a. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar; b. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; c. Mendorong untuk berpikir; d. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial; e. Membangun kecakapan belajar life-long learning skills; f. Memotivasi siswa. 5. Tahap Pembelajaran Dalam Rusmono 2012: 81, tahap pembelajaran berbasis masalah disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Pembelajaran Perilaku Guru Tahap 1 : Mengorganisasikan siswa kepada masalah Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendiskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri. Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu. Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi. Tahap 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka. Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan. Dalam Ngalimun 2012: 96-99, dijelaskan masing-masing tahap pembelajaran berbasis masalah seperti berikut ini : a. Tahap 1 : Mengorientasikan siswa kepada masalah Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selain itu dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. b. Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok dimana prinsip pengelompokkan dalam konteks ini seperti : kelompok harus heterogen, interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, dan adanya tutor sebaya. Dalam proses ini, guru memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok. c. Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dalam kelompok Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah. Dalam menyelesaikan masalah diperlukan beberapa teknik penyelidikan, yaitu : pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pada tahap pengumpulan data dan eksperimen, guru berperan mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melakukan eksperimen sampai siswa benar- benar memahami permasalahan. Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar siswa mampu membangun ide untuk menyelesaikan permasalahan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data, langkah selanjutnya adalah siswa memberikan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Pada tahap ini, guru mendorong siswa agar menyampaikan ide yang dimiliki dan menerima ide secara penuh. Namun, guru harus memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait ide yang disampaikan siswa agar siswa berpikir kritis mengenai kelayakan hipotesis dan solusi yang diberikan serta kualitas informasi yang dikumpulkan. d. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan artifak hasil karya dan memamerkannya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak hasil karya dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, melainkan bisa berwujud videotipe menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan, model perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya, program komputer, dan sajian multimedia. Pameran ini akan lebih baik jika melibatkan orang lain guru, orang lain, atau t eman yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik. e. Tahap 5 : Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran berbasis masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan intelektual yang digunakan. Dalam tahap ini guru meminta siswa untuk merekonstrusi ide-ide dan langkah-langkah yang telah dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung. 6. Keunggulan dan Kelemahan Menurut Sanjaya 2011: 221, pembelajaran berbasis masalah memiliki keunggulan dan kelemahan, yaitu : a. Keunggulan 1 Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 2 Membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 3 Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan. 4 Memperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. 5 Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 6 Mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata. 7 Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. b. Kelemahan 1 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya. 2 Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3 Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar tentang apa yang ingin dipelajari.

D. Pemecahan Masalah