Keliling dan Luas Lingkaran Kerangka Berpikir

Tabel 2.2 Kualifikasi Hasil Rata-rata tiap Tahap Pemecahan Masalah Persentase Kriteria t 75 Tinggi 50 75 Sedang 25 50 Rendah 25 Sangat Rendah

E. Keliling dan Luas Lingkaran

1. Pengertian Lingkaran Lingkaran adalah himpunan semua titik di sebuah bidang datar yang memiliki jarak yang sama dari suatu titik tetap pada bidang tersebut Wicaksono 2014: 18. Jarak tersebut adalah panjang sebuah jari-jari dan disimbolkan dengan huruf r dan titik tetap yang dimaksud adalah pusat lingkaran. Nama lingkaran biasanya sesuai dengan nama titik pusatnya. 2. Pengertian Keliling dan Luas a. Keliling Lingkaran Keliling lingkaran merupakan panjang lintasan dari suatu titik pada lingkaran dalam satu putaran hingga kembali ke titik semula Savittri 2016: 46 . b. Luas Lingkaran Luas daerah lingkaran merupakan luas daerah yang dibatasi oleh lingkaran. 3. Menghitung Keliling dan Luas Lingkaran a. Keliling lingkaran dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : dengan, K = keliling lingkaran 3,14 atau d = panjang diameter lingkaran Oleh karena panjang diameter adalah dua kali panjang jari-jari maka K = . d = 2. r sehingga K = 2 r b. Luas daerah lingkaran dapat dinyatakan sebagai berikut : dengan, L = Luas lingkaran 3,14 atau r = panjang jari-jari lingkaran Oleh karena panjang diameter adalah dua kali panjang jari-jari maka

F. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh suatu perubahan sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Perubahan yang dimaksud bukan hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga perubahan perilaku yang mencakup perubahan dalam kebiasaan habit, sikap afektif, dan keterampilan psikomotorik. Penting bagi siswa untuk mengetahui proses belajar yang terjadi dalam dirinya. Untuk menjelaskan proses belajar yang terjadi dapat dilihat dengan menggunakan teori belajar. Sebab, tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Ada 4 teori belajar yang berkembang dan berpengaruh terhadap pembelajaran sampai saat ini, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Kegiatan belajar melalui pendidikan formal dilaksanakan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan yang secara sengaja dibuat oleh guru untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah memerlukan rancangan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Rancangan ini yang disebut model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan untuk merancang pembelajaran sehingga pembelajaran dapat tergambar jelas dari awal sampai akhir dan menjadi pedoman bagi pengajar. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dilaksanakan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa melalui kegiatan memecahkan masalah sesuai dengan tahap-tahap metode ilmiah. Ada tiga unsur dalam karakteristik pembelajaran berbasis masalah, yaitu: adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil. Masalah dalam pembelajaran berbasis masalah merupakan masalah yang bersifat terbuka. Maksudnya adalah jawaban dari masalah tersebut belum pasti dan siswa maupun guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Masalah dapat disajikan dalam bentuk soal non rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka- teki. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada masalah yang disajikan dalam bentuk soal non rutin yang berupa soal cerita dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah, salah satu kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan operasi prosedural sesuai tindakan, tahap demi tahap secara sistematis sebagai usaha untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang memegang peranan penting dalam belajar matematika. Selain sebagai tuntutan pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah menjadi sarana mempelajari matematika, serta kemampuan ini bermanfaat bagi siswa untuk membiasakan siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuniarti 2016 dengan judul penelitian “Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIB SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pokok Bahasan Luas Permukaan serta Volume Kubus dan Balok Tahun Ajaran 20152016” memperoleh hasil bahwa model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar dari 49,10 menjadi 72,38. Yuniarti mengungkapkan bahwa kelemahan dalam melaksanakan penelitian yaitu : 1 pelaksanaan pembelajaran terbatas sehingga peneliti kurang bisa memberikan penguatan di akhir pembelajaran, 2 waktu dalam pembelajaran yang terbatas menyebabkan siswa kurang memahami materi pembelajaran, 3 model pembelajaran Problem Based Learning membutuhkan banyak waktu untuk melakukan diskusi dan presentasi, 4 siswa kurang serius dalam mengikuti pembelajaran dan dalam mengerjakan soal tes hasil belajar I. Sehingga jika penelitian ini dilaksanakan dengan banyak waktu serta dapat mengkondisikan siswa dengan baik, peneliti dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa, mengetahui penerapan pembelajaran berbasis masalah pada materi keliling dan luas lingkaran, dan mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. 36

BAB III METODE PENELITIAN