Kepuasan Kerja Landasan Teori

10 Beragam faktor internal seperti biaya kompensasi tidak langsung, kebutuhan untuk menyimak tekanan hukum dan sosial yang semakin menguat dan tuntutan akan perlunya karyawan yang terlatih secara memadai menyebabkan manajemen sumber daya manusia kian menjadi penting dan kompleks Berbagai persoalan semacam itu telah memunculkan praktik manajemen sumber daya manusia yang baru dan membawa dimensi baru pada pekerjaan fungsi sumber daya manusia di banyak perusahaan. Praktik sumber daya manusia yang sehat dapat memotivasi para anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan hebat. Praktik ini dapat memancing komitmen dari kalangan karyawan. Kemampuan untuk berkembang di dalam organisasi mengalami pertumbuhan dan peningkatan karir serta menerima balas jasa yang sepadan dengan kinerja

2.2.2. Kepuasan Kerja

Salah satu sasaran pentingnya dalam pengelolaan sumbr daya manusia dalam suatu perusahaan adalah terciptanya kepuasan kerja karyawan yang lebih lanjut akan meningkatkan prestasi kerja. Dengan kepuasan kerja tersebut pencapaian tujuan perusahaan akan lebih baik dan akurat. Keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi temu antara balas jasa karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan bersangkutan Martoyo, 1998. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh 11 karyawan pada umumnya tercermin dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi ataupun ditugaskan kepadanya di lingkungan kerjanya. Menurut Robbins 2001:24 kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang; selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa kepuasan menyangkut sikap, maka Anoraga dan Suyati 1995:135 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi dalam lingkungan kerja. Sedangkan menurut Locke yang dikutip oleh Luthans 1995:136 menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan a plesure or positive emotional state resulting from apraisal one’s job or experience atau rasa gembira atau puas yang timbul dari hasil pengalaman kerja atau penghargaan yang diperoleh dari bekerja. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Mangkunegara 2001:117 yang juga mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, 12 ataupun mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, dan pendidikan. Karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan akan merasa tidak puas jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong. Maka menurut Riggio 1995:219 ada dua pendekatan terhadap konsep kepuasan kerja. Yang pertama Global approch, yang memperhatikan keseluruhan kepuasan kerja. Dan yang kedua Facet approch, yang memperhatikan kepuasan kerja hanya dari peraan tertentu yang membentuknya. Seperti kepuasan terhadap gaji, tipe pekerjaan itu sendiri dan sebagianya. Sehingga dari beberapa definisi yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan gembira atau positif yang dimiliki oleh pegawai terhadap pekerjaan itu sendiri, ganjaran yang diterima ataupun perasaan yang berhubungan dengan dirinya. Karena itu maka kepuasan kerja menyangkut perasaan yang bukan berarti tidak perlu diperhatikan sebab kepuasan kerja akan tercermin pada hasil pekerjaan. Oleh sebab itu organisasi harus menaruh perhatian lebih pada kepuasan kerja. Menurut Luthans 1995:136 ada lima karakteristik pekerjaan yang dapat membuat seorang pegawai puas, yaitu: 1. The work itself. Apabila suatu pekerjaan menawarkan kepada pegawai tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. 13 2. Pay. Jika pekerjaan menawarkan imbalan yang sesuai antara pekerjaan yang dilakukan dengan jumlah yang diharapkan. 3. Promotion oppurtunities. Adanya kesempatan untuk mendapatkan jenjang karir yang pasti 4. Supervision. Apabila supervisor maupun memberikan bimbingan dan dukungan kepada pegawai. 5. Coworkers. Yaitu adanya rekan kerja yang mendukung dan dapat bekerja sama. 2.2.2.1.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Pada masa lalu para ahli menganggap bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh keselarasan antara sifat-sifat pekerjaan dan kebutuhan- kebutuhan orang tersebut. Tetapi penelitian yang belakangan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menentukan kepuasan lebih rumit dari itu Strauss dan Stayes, 1986:24-25. Sehingga kepuasan kerja seseorang tergantung pada: a. Pengharapan Jika saya mengharapkan pekerjaan saya menantang dan ternyata tidak, saya tidak akan puas. Dan begitu juga sebaliknya. b. Penilaian diri Jika saya menganggap diri saya sebagai orang yang secara umum puas atau orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, saya tidak akan bersededia mengakui bahwa pekerjaan dapat mengesalkan saya. 14 c. Norma-norma sosial Kalau orang lain, terutama orang yang saya hormati, menganggap pekerjaan saya baik dan penting, atau saya seharusnya puas atas pekerjaan tersebut, lebih besar kemungkinan saya puas. d. Perbandingan-perbandingan sosial Jika semua kawan saya mempunyai pekerjaan yang lebih menarik dari pekerjaan saya, saya akan merasa lebih tidak puas daripada jika kami semua senasib. e. Hubungan inputoutput: Kepuasan terhadap pekerjaan saya tergantung pada bagaimana penilaian saya mengenai hubungan antara apa yang saya ke daalm pekerjaan input dan apa yang saya peroleh output. f. Keikatan Jika setelah memikirkan masak-masak, saya memilih pekerjaan dari sejumlah pekerjaan, saya terikat suatu keikatan bebas dengannya. Sehingga saya merasa segan untuk mengakui pekerjaan saya tidak menguntungkan. g. Dasar pemikiran Jika manajemen mengumumkan program peningkatan kerjanya, saya mungkin menganggap itu penting dan binggung jika program tidak sesuai dengan janjinya. 15 2.2.2.2.Instrumen Kepuasan Kerja Sedangkan menurut Robbins 1996 dalam Sukarno dan Prasetyohadi 2004:196-197, instrumen atau indikator kepuasan kerja karyawan meliputi : 1. Pekerjaan yang menantang mentally challenging work Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan pekerjaan mereka. Karakteristik seperti ini membuat kerja secara mental menantang. 2. Gaji equitable rewards Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang tidak membingungkan dan sesuai dengan harapan. 3. Kondisi kerja yang mendukung supportive working condition Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk keamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. 4. Rekan kerja yang mendukung supportive colleagues Rekan kerja yang ramah dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan dalam bekerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingginya kepuasan kerja akan menimbulkan kesehatan mental dan fisik yang baik, memudahkan karyawan untuk belajar tentang pekerjaan yang baru, dapat 16 menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, rendahnya tingkat kecelakaan dan rendahnya catatan yang berkenaan dengan keluhan-keluhan tentang organisasi. Namun demikian, tidak semua keinginan karyawan dapat terpenuhi. Beberapa hal sebagai akibat tidak terpenuhinya kepuasan kerja Robbins, 1996 : 1. Pergantian karyawan 2. Absensi 3. Meningkatnya kerusakan

2.2.3. Komitmen Organisasi