Determinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1.
Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat pemberian atau bawaan, misalnya: jenis kelamin, tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, dan sebagainya. 2.
Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya, dan sebaginya.
Berdasarkan teori Skinner, dapat dikatakan bahwa kesembuhan penderita TB Paru merupakan bentuk nyata yang dalam hal ini kegiatan tersebut dapat dipengaruhi
oleh faktor dalam diri si penderita faktor internal maupun dari luar si penderita faktor eksternal. Faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan dan pengetahuan, dan kepatuhan berobat sedangkan faktor eksternalnya yaitu dukungan keluarga, pengawasan PMO, sikap petugas, dan ketersediaan obat
anti tuberculosis OAT.
2.6 Pengawas Minum Obat PMO
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan
seorang Pengawas Minum Obat PMO. PMO adalah seseorang yang ditunjuk dan
dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita TB dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawasan dilakukan untuk menjamin kepatuhan penderita
dalam meminum obat sesuai dengan dosis dan jadwal yang ditetapkan Depkes RI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Persyaratan PMO
Persyaratan seorang PMO Menurut Depkes RI 2009, adalah: 1.
Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita TB. 2.
Seorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun penderita TB, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita TB.
3. Bersedia membantu penderita TB dengan sukarela.
4. Bersedia dilatih atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita TB.
2.6.2 Tugas PMO
Tugas PMO menurut Depkes RI 2009 adalah: 1.
Mengawasi penderita TB agar minum obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
2. Memberi dorongan kepada penderita TB agar mau berobat teratur.
3. Mengingatkan penderita TB untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan. 4.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang mempunyai gejala-gejala yang mencurigakan untuk segera memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan.
2.6.3 Petugas PPMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya perawat, bidan desa, pekarya kesehatan, juru imunisasi, sanitarian, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru,
Universitas Sumatera Utara
anggota PKK, dan tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga Depkes RI, 2009.
2.7
Kesembuhan TB Paru
Kesembuhan penyakit TB yaitu suatu kondisi dimana individu telah menunjukan peningkatan kesehatan dan memiliki salah satu indikator kesembuhan
penyakit TB, diantaranya: menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak follow up ,
dilakukan tes BTA terhadap sputum dan hasilnya negatif pada akhir pengobatan serta minimal satu pemeriksaan
follow up sebelumnya negatif Kemenkes RI, 2010.
Target Angka kesembuhan nasional 85. Rumus:
Menurut pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis tahun 2010, faktor- faktor yang memengaruhi angka kesembuhan antara lain:
1. Keberadaan Pengawas Minum Obat PMO
2. Pelayanan kesehatan
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor yang berhubungan dengan kesembuhan TB teori green modifikasi Nizar, 2010:
1. Faktor yang mempermudah predisposising factor, yaitu faktor pencetus yang
mempermudah terjadinya kesembuhan terwujud dalam: a.
Hubungan Pengetahuan dengan Kesembuhan TB Jumlah penderita baru BTA positif yang sembuh X 100
Jumlah penderita baru BTA positif yang diobati
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan seseorang dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengetahuan diperoleh
dengan melihat, mendengar, atau mengalami suatu kejadian yang nyata pengalaman, juga dapat diperolah di bangku pendidikan baik formal maupun
non formal. Misalnya pengetahuan intelegensi seseorang yang digunakan dalam pemberian OAT pada penderita yang terkena TB Paru.
b. Sikap Penderita TB
Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam tindakan. Untuk terwujudnya sikap dalam perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung overt behavior atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung support dari pihak lain
Notoatmodjo, 2003. c.
Hubungan perilaku buang dahak dengan kesembuhan TB Tidak semua orang yang terhirup basil tuberculosis akan menjadi sakit,
walaupun tidak sengaja menghirup basil tuberculosis melalui dahak. Resiko orang terinfeksi TB paru untuk menderita TB paru pada ARTI Annual Risk
of Tuberculosis Infection sebesar 1. Hal ini berarti diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita TB paru setiap tahunnya dimana 50
penderita adalah BTA positif. 2.
Faktor yang memungkinkan enabling factor, yaitu faktor yang memungkinkan terjadinya perubahan status kesehatan dikarenakan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemakaian OAT
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat anti tuberkulosis.
b. Pelayanan kesehatan Puskesmas c. Keefektifan PMO
Persepsi penderita TB paru terhadap pelaksanaan tugas-tugas pengawas menelan obat selama penderita menjalani pengobatan dari awal sampai akhir
mengawasi penderita setiap kali menenelan obat, mendorong penderita agar berobat teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak, memberi
penyuluhan kepada penderita tentang penyakit TB paru. Peran PMO sangat berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat dan kesembuhan ini dibuktikan
dengan hasil chi square p= 0.00 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara PMO dengan kesembuhan.
3. Faktor penguat reinforcing factor, terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok,
diantaranya:
a.
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang di dalamnya tiap anggotanya saling mendukung.
Universitas Sumatera Utara
b.
Hubungan dukungan keluarga dengan kesembuhan TB
Keluarga harus dilibatkan dalam progam pendididikan dan penyuluhan pengobatan penderita TB paru agar mereka mampu mendukung salah satu
anggota keluarga mereka agar segera sembuh dari penyakitnya. Bimbingan dan dukungan keluarga secara terus-menerus diperlukan agar pasien patuh dalam
minum obat baik itu yang terapi itensif maupun terapi lanjutan sehingga
penderita dapat sembuh total.
4. Dari 3 faktor yaitu presdisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor menimbulkan kepatuhan minum obat
a. Kepatuhan minum obat Kepatuhan minum obat adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil
suatu tindakan atau upaya untuk secara teratur menjalani pengobatan. Penderita yang patuh minum obat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara
teratur dan lengkap tanpa terputus selama 6 bulan sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh minum obat bila frekuensi minum obat
tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Depkes RI, 2002.
b. Hubungan kepatuhan minum obat dengan kesembuhan pengobatan
Keteraturan minum obat diukur sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah di tetapkan yaitu: patuh bila dengan pengobatan lengkap sampai selesai dalam
jangka waktu pengobatan selama 6 bulan. Keteraturan pengobatan akan mempengaruhi penyembuhan OAT apabila diminum secara teratur sesuai
Universitas Sumatera Utara
jadwal terutama pada fase awal guna menghindari terjadinya kegagalan pengobatan serta terjadinya kekambuhan. Dikatakan tidak patuh apabila
penderita lalai dalam meminum obat selama fase pengobatan selama 6 bulan.
2.8 Fokus Penelitian