Mengawasi Penderita Setiap Kali Menelan Obat

5.1 Mengawasi Penderita Setiap Kali Menelan Obat

Dalam penelitian Widjanarko 2006, kegiatan pengawasan dapat terlihat dari pengetahuan dan sikap PMO dalam mendampingi minum obat. Kegiatan mengawasi penderita setiap kali minum obat merupakan tindakan yang sangat perlu dilakukan agar penderita mau meminum obatnya. Hal ini dikarenakan jenis obat TB yang berjumlah 4 tablet dan diminum sebelum sarapan setiap harinya sehingga terkadang penderita malas untuk meminum obat. Jika tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh PMO khususnya oleh pihak keluarga maka hal ini akan membuat penderita cenderung untuk tidak minum obat sehingga pengobatan akan terputus dan harus diulang dari awal lagi. Oleh sebab itu pengawasan pada setiap minum obat merupakan inti dari kesembuhan TB Paru. Dalam penelitian ini, tidak semua informan menyadari pentingnya keterlibatan semua pihak khususnya PMO dalam kesembuhan TB Paru. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya informan yang kurang mengetahui dan memahami perannya dalam kesembuhan TB. Salah satu hal penting yang memengaruhi kesembuhan TB adalah peran dari PMO. Diantara peran dari PMO tersebut yaitu fungsi pengawasan atau dalam hal ini mengawasi penderita setiap kali menenelan obat. Berdasarkan hasil wawancara pada penelitian ini, masih terdapat beberapa penderita yang tidak memiliki PMO. Hal ini tentunya memiliki dampak yang cukup signifikan bagi penderita yaitu kurangnya keinginan bagi penderita untuk minum obat diakibatkan kurangnya pengawasan dari PMO dalam mengawasi penderita setiap Universitas Sumatera Utara minum obat. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat penderita yang berhenti berobat drop out dikarenakan tidak ada yang mengawasi beliau dalam minum obat. Salah satu informan mengatakan, “Eeee… begini, saya masih merokok, eee… tapi dibilang dokter itu kalau bapak masih merokok bapak gak guna makan obat ini.” “Gak ada, apa yang kata apa, apa yang kata bilang orang puskesmas saya laksanakan la, saya minum, gak ada, saya sendiri, macem ini kan gak diawasi.” Jawaban ini menjelaskan bahwa informan tidak bisa berhenti merokok sehingga obat yang dia minum akan sia-sia. Selain itu, informan tersebut hanya tinggal seorang diri di rumahnya dan tidak ada yang mengawasinya dalam meminum obat. Hal ini mengakibatkan informan tidak meminum obatnya sampai habis dan mengakibatkan informan tersebut putus minum obat sehingga akhirnya drop out. Walaupun seluruh informan menyadari pentingnya keterlibatan seluruh pihak khususnya PMO dalam kesembuhan TB Paru, pada kenyataannnya masih ada penderita TB Paru yang drop out. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengawasan langsung yang dilakukan oleh PMO khususnya pihak keluarga kepada penderita pada saat setiap kali minum obat sehingga penderita mengalami putus berobat dan akhirnya drop out. Belum maksimalnya peran dari PMO serta kurangnya pemantauan dari pihak puskesmas tentunya sangat berpengaruh terhadap kesembuhan TB Paru itu sendiri. Padahal sangat dibutuhkan pemantauan dari puskesmas agar PMO benar- benar melaksanakan tugasnya dalam mengawasi penderita pada saat setiap kali minum obat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara pada penelitian ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk kesembuhan TB Paru bukan hanya sekedar mengawasi penderita untuk minum obat, melainkan juga mengingatkan penderita supaya tidak lupa minum obat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, PMO khusunya keluarga harus diberdayakan. Kurangnya partisipasi PMO diasumsikan karena kurangnya pemberdayaan dan penjelasan mengenai TB Paru kepada PMO. Kegiatan pengawasan yang dilakukan seharusnya bukan hanya hanya sekedar mengawasi dan mengingatkan untuk minum obat melainkan juga harus memotivasi penderita untuk segera sembuh. Salah satu informan mengatakan, “kalau misalnya pasiennya malas, itu la gunanya PMO itu ya untuk eee… bukan hanya mengawasi, mereka juga kan berperan untuk memotivasi orang jangan sempat putus gitu, dan jangan eee… fungsi pengawasan itu bukan hanya eee… secara tertulis tapi nyata gitu memang mereka itu, apa membantu untuk menyediakan obatnya jika pasiennya lupa atau malas, karena eee… menerangkan sedikit kalau memang efek samping itu ada misalnya mungkin itu hal yang biasa gitu, itu peran- peran PMO itu kan juga kuat dalam hal itu, gitu.” Informan lainnya mengatakan, “Ada la, kalau jangan sampek lupa minum obatnya, tetap merokok jugak dia.” Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kurangnya peran PMO khususnya dalam mengawasi dan mengingatkan penderita untuk minum obat menjadi faktor utama sulitnya pencapaian kesembuhan TB. Kesadaran PMO khususnya keluarga untuk berpatisipasi dalam megingatkan dan mengawasi minum obat timbul apabila keluarga telah mengetahui dampak buruk dan penularan dari Universitas Sumatera Utara TB Paru tersebut. Kurangnya pengetahuan PMO disebabkan oleh kurangnya penyuluhan yang diberikan pada PMO. Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat bahwa PMO mempunyai sikap positif terhadap pendampingan dan pengawasan penderita TB dalam menelan obat.

5.2 Mendorong Penderita Agar Berobat Teratur