TB Paru tersebut. Kurangnya pengetahuan PMO disebabkan oleh kurangnya penyuluhan yang diberikan pada PMO.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat bahwa PMO mempunyai sikap positif terhadap pendampingan dan pengawasan penderita TB dalam menelan obat.
5.2 Mendorong Penderita Agar Berobat Teratur
Dalam penelitian ini, dorongan yang diberikan oleh PMO kepada penderita adalah supaya penderita berobat teratur. Dorongan yang diberikan dapat berupa
motivasi kepada penderita supaya penderita tetap semangat dan teratur dalam menjalani pengobatannya. Hal ni dikarenakan berobat TB membutuhkan waktu yang
cukup lama, yaitu sekitar 6 bulan. Jika tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak keluarga maka hal ini akan membuat penderita cenderung untuk bosan
melanjutkan pengobatnnya dan kemudian akhirnya terputus, sehigga mengakibatkan pengobatan harus diulang dari awal lagi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat salah seorang PMO yang menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu PMO dari penderita TB MDR. Seperti
yang diketahui bahwa penderita TB MDR harus menjalani penyuntikan hampir setiap hari dan pada kondisi ini si PMO mendorong penderita agar menjalani pengobatan
dengan teratur. Hal ini dapat dilihat dari PMO yang selalu menemani penderita untuk berobat ke Puskesmas.
Selain itu, juga terdapat PMO dari penderita yang sembuh. PMO tersebut selalu mendorong dan memotivasi penderita untuk berobat teratur. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan penderita tersebut telah pernah putus berobat dan dari kejadian tersebut dia bertekad untuk serius dalam menjalani pengobatannnya sampai sembuh. Hal ini
sesuai dengan penelitian Rizkiyani 2006 yang menyatakan bahwa keteraturan berobat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap proses kesembuhan TB Paru di
Jakarta Barat. Hasil penelitian di lapangan juga menunjukkan bahwa terdapat salah seorang
penderita TB yang tidak menjalani pengobatannya dengan teratur sehingga mengakibatkan penderita tersebut drop out. Ada banyak hal atau alasan yang
menyebabkan informan tidak patuh dalam menjalani pengobatan, diantaranya adalah tidak tahan terhadap efek samping yang diberikan oleh OAT pada saat minum obat,
merasa bosan karena terlalu lama minum obat, lupa minum obat karena bekerja dan tidak ada yang menggantikan informan untuk mengambil obat ke puskesmas, merasa
penyakitnya tambah parah dan informan langsung menghentikan pengobatan dan beralih mencari alternatif pengobatan lainnya di luar puskesmas, merasa sembuh dan
keluhan-keluhan yang dirasakan sudah hilang serta adanya komplikasi penyakit yang diderita oleh informan seperti penyakit diabetes mellitus.
Salah satu informan menyatakan, “Jarang, jarang, eee… ini la magh, dah gitu saya juga punya penyakit gula. Eee…
begini sebab saya masih merokok, eee… tapi dibilang dokter itu , kalau bapak masih merokok bapak gak guna makan obat ini. Itu oyong, oyong, oyong. Minum
bosan la, ini batuk ku kok gak baek-baek ini, tambah oyong, air seni bapak nanti berubah katanya merah, eee… bukan obat ini, eee… itu, gak merokok pun 4 hari tu
aku, berhenti merokok.”
Universitas Sumatera Utara
Informan tersebut menyatakan bahwa dia jarang berobat karena mempunyai sakit magh dan sakit gula atau diabetes melitus. Selain itu informan tersebut juga
masih merokok pada saat menjalani pengobatan, sementara petugas telah memberikan penjelasan mengenai larangan pada saat minum obat. Alasan lain
mengapa informan tersebut berhenti merokok dikarenakan kepalanya pusing setelah minum obat dan air seninya berwarna kemerahan sehingga ia memutuskan untuk
berhenti berobat. Selain karena efek samping OAT, penderita tersebut juga tidak memiiki istri ataupun anak yang tinggal satu rumah dengannya sehingga tidak ada
yang mengingatkan ataupun menggantikan penderita untuk mengambil obat ke puskesmas.
Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas, dapat terlihat bahwa motivasi dan dorongan dari PMO khususnya pihak keluarga sangat berperan penting dalam
kesembuhan TB Paru. Dengan kinerja PMO yang baik, diharapkan penderita akan lebih termotivasi untuk menjalani pengobatan dengan teratur sehingga ia bisa sembuh
dari penyakitnya.
5.3 Mengingatkan Penderita Untuk Periksa Ulang Dahak