Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Filza Rifqi Aufa Aslam

Tempat/Tanggal lahir : Rantau Prapat / 20 Oktober 1994

Agama : Islam

Alamat : Jln. Sei Padang No 111C, Kecamatan Medan Selayang Riwayat Pendidikan :

1. TK 002 Duri, Riau (1998-2000)

2. Sekolah Dasar Negeri 2 Duri, Riau (2000-2006)

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Duri, Riau (2006-2009) 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Duri, Riau (2009-2010) 5. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung (2010-2012) 6. Fakultas Kedokteran USU (2012-sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat PHBI FK USU 2. Anggota Divisi Dana dan Usaha PHBI FK USU

3. Anggota Divisi Hubungan Masyarakat SCORA PEMA FK USU 4. Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat SCORA PEMA FK USU 2014


(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Filza Rifqi Aufa Aslam akan melakukan penelitian yang berjudul "Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun".

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengobatan pada penderita TB Paru di Kecamatan Medan Maimun dan untuk mengetahui pengaruh peranan PMO terhadap keberhasilan pengobatan penderita TB Paru.

TB paru masih menjadi masalah yang besar di daerah kita, penyakit ini sangat menular dan kita butuh untuk menanggulanginya. Oleh karena itu kita harus melakukan pengobatan untuk pasien TB paru dengan benar dan teratur, sebab keteraturan dalam menelan obat berpengaruh besar dalam proses penyembuhan TB. Seorang PMO berperan penting dalam menjaga keteraturan minum obat dan kesembuhan dalam pengobatan pasien TB Pak/Bu.

Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nanti saya akan memberikan kuesioner kepada Bapak/ Ibu. Tolong diisi dengan jujur dan benar ya Bapak/Ibu, sesuai yang Bapak/Ibu lakukan sebagai PMO. Jika Bapak/ Ibu masih terdapat pertanyaan, bisa langsung menghubungi saya

Nama : Filza Rifqi Aufa Aslam

Alamat : Jalan Sei Padang no 111C, Kecamatan Medan Selayang Telepon/HP : 082277132010

Peneliti


(3)

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami penjelasan serta tujuan dari penelitian ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian berjudul " Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun" yang dilakukan oleh Filza Rifqi Aufa Aslam mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2015

Responden, ( )


(4)

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 4

KUESIONER

PeranPengawasMenelanObat (PMO) TerhadapKeberhasilanPengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun

IDENTITAS RESPONDEN 1. Namaresponden :

2. Alamatresponden : 3. Jeniskelamin :

a. Laki-laki b. Perempuan 4. Umurresponden :

a. < 18 tahun b. 18-35 tahun c. 36-50 tahun d. > 50 tahun 5. Pendidikanterakhir :

a. Tidaktamatsekolahatautidaktamat SD b. SD

c. SLTP d. SLTA

e. Perguruantinggi 6. Pekerjaanresponden :

a. Tidakbekerja b. Buruh

c. Pelajar/Mahasiswa d. Wiraswasta


(5)

Universitas Sumatera Utara 1. Menurutandaapaitu PMO (PengawasMinumObat)?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Jawabantepat, skor 3 o Jawabankurangtepat, skor 2 o Tidaktahu, skor 1

2. MenurutandaapatujuanpenggunaanPMO(PengawasMinumObat)?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Jawabantepat( Menyebutkan>3 tujuan ) skor 3 o Jawabankurangtepat (Menyebutkan< 3 tujuan) skor 2 o Tidaktahu (Tidakmenyebutkantujuan) skor 1

3. Siapasaja yang bisamenjadi PMO (PengawasMinumObat)?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Jawabantepat (Menyebutkan>3) skor 3 o Jawabankurangtepat (Menyebutkan<3) skor 2 o Tidaktahu (Tidakmenyebutkan) skor 1


(6)

Universitas Sumatera Utara 4. Menurutandaberapa lama seorangakanmenjadi PMO (PengawasMinumObat)?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Jawabantepat, skor 3 o Jawabankurangtepat, skor 2 o Tidaktahu, skor 1

5. ApasajaperandantugasseorangPMO(PengawasMinumObat)?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Jawabantepat ( Menyebutkan> 3),skor 3 o Jawabankurangtepat (Menyebutkan<3),skor 2 o Tidaktahu (Tidakmenyebutkanperandntugas ),skor 1

6. Berapa kali andamengawasidalam proses meminumobatpasien TB? berapa kali dalamseminggu?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Sering (Setiaphariatau>5) skor 3 o Jarang (<4 kali dalamseminggu) skor 2 o TidakPernahskor 1


(7)

Universitas Sumatera Utara 7. Sebagai PMO (PengawasMinumObat)

apakahandaberperandalampemeriksaandahak? Kapansajapemeriksaandahakdilakukan?

... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanresponden

o Jawabantepat ( Respondenmengetahuipemeriksaanulangdahakada 4

waktu),skor 3

o Jawabankurangtepat(

Respondenhanyamenyebutkansalahsatuwaktupemeriksaandahak)skor 2

o Tidaktahu, (pasientidakmenyebutkanwaktupemeriksaandahak) skor 1

8. Apakahandapernahmemberikanpenyuluhankepadapasientuberkulosis? apasaja yang andalakukan?

... ... ...

Kemudianpenelitimengelompokanjawabanreponden

o Jawabantepat (Menyebutkan>3),skor 3 o Jawabankurangtepat (Menyebutkan<3),skor 2 o Tidaktahu (Tidakmenyebutkan),skor 1

9. Apa yang andalakukanjikapasien TB yang

dalampengawasanandatakutterhadapefeksampingobat yang terjadi?


(8)

Universitas Sumatera Utara ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanreponden

o Jawabantepat ( Menyebutkan> 2),skor 3 o Jawabankurangtepat (Menyebutkan<2),skor 2

o Tidaktahu (Tidakmenyebutkan),skor 1

10.Apa yang andalakukanjikaobatpenderita TB yang sedangandaawasiakanhabis? ... ... ... Kemudianpenelitimengelompokanjawabanreponden

o Jawabantepat,skor 3 o Jawabankurangtepat,skor 2 o Tidaktahu ,skor 1

Isilahpernyataandibawahinidenganmemberitandachek list (√) padakotak. B,TB,TYsesuaipilihanjawabananda, jikaandainginmenggantijawaban, silahkanmencoretjawabankemudianmenuliskankembalitandachek list(√) padajawaban yang barudenganpernyataan yang sama.

Keterangan:

DIperbolehkan : B

Tidakdiperbolehkan : TB Tidaktahu/Tidakyakin : TY

No Pernyataan B TB TY


(9)

Universitas Sumatera Utara 2 Tidakmemberidorongankepadapasien

3 Tidakmenjelaskanefeksampingobatkepadapenderita 4 Ada pasiengejala TB, sayabiarkansajatanpamelapor 5 Penderitaputusobatkarenasaya yang tidakaktif 6 Mengucilkanpenderitadaripergaulan

7 Menyuruhpasienuntukmenutupseluruhjendela 8 Diamsajajikaterdapatsuspekpadakeluargapenderita 9 Jikaobathabis, pura-puratidaktahu

10 Menggabungkantempatmakanpenderitadengankeluargannya yang tidakterkena TB

Pilihdanberitandasilang(X) padajawaban yang menurutandatepat

1. Apa yang dimaksuddenganTuberkulosisParu?

a. Penyakitkutukan yang menyerangmanusia yang berdosa b. Penyakitmenular yang disebabkanolehkumantuberkulosisparu c. Penyakit yang disebabkanolehracun

d. Penyakindikarenakanseranganjamur 2. BagaimanasifatkumanTuberkulosisparu?

a. Sukahidupditempat yang kering

b. Cahayamatahariadalahtempathidup yang pas kuman TB c. Kuman TB bisahidupbeberapa jam di tempatgelapdanlembap d. Tidakadasifatkhusustentangkuman TB


(10)

Universitas Sumatera Utara a. Melaluipercikandahak yang mengandungkuman TB

b. Melaluihanduk yang di pakaibersama c. Melaluisentuhankepadapenderita d. MelaluiSerangga

4. ApakahgejaladariTuberkulosisParu?

a. Batukberdahakterusmenerusselama 2 minggu b. Nafsumakantinggi

c. Beratbadannaik

d. Nyeridisetiappersendian

5. Bagaimanabilapenderita TB yang andaawasimengeluhkencingnyabewarnamerah? a. Dibiarkansaja

b. Langsungdibawakepuskesmas c. Panik, karenaituadalahdarah

d. Tetaptenang,menjelaskanbahwaituadalahefeksampingobat

6. Jikapenderita TB mengeluhtidaknafsumakan, mual, sakitperutsebagai PMO apa yang andalakukan?

a. Jelaskan agar obatdiminummalamharisebelumtidur b. Hentikanminumobat

c. Langsungbawakepuskesmas

d. Panikdanlangsungmelaporkepetugaskesehatanterdekat 7. Sampaikapanpenderita TB parudinyatakansembuh?

a. Gejalapenyakithilang b. Beratbadannaik

c. Sampaidinyatakansembuholehdokter d. Nafsumakannaik

8. Apa yang andalakukanterhadappasien TB yang tidakteraturminumobat? a. Diingatkansetiapjadwalminumobatnya

b. Dibiarkansaja


(11)

Universitas Sumatera Utara d. Cuek, bukansaya yang sakit

9. Apa yang andaberikansebagai PMO Padapenderita TB yang dalampengobatantahapawal?

a. 1 papanobat (blister) sekaligus 1 kali seminggu b. 1 papanobat (blister) sekaligus 3 kali seminggu c. 1 papanobat (blister) sekaligus 2 kali seminggu d. 1 papanobat (blister) sekaligussetiaphari

10.Jikapasien TB dalamkeadaan minder, apa yang andalakukansebagai PMO? a. Memberidorongandanmotivasi

b. Biarkansajakarenapenyakitkutukan

c. Mengiatkanmasyarakatuntuktidakmendekati d. Tidakperduli


(12)

(13)

(14)

LAMPIRAN 8

Tabel Validasi dan Reliabilitas Kuesioner Pertanyaan 1

Tabel Validasi dan Reliabilitas Kuesioner Pertanyaan 2

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptot

3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 28

3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 27

3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 27

3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29

3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 28

3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 26

2 1 2 2 2 3 2 2 1 3 20

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

3 1 3 2 2 2 2 1 3 2 21

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

2 1 1 1 2 3 2 3 3 1 19

3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 27

1 2 3 3 2 1 2 1 1 2 18

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 ptot

1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 23

2 2 3 2 2 3 1 1 3 3 22

1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 14

3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29

2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 26

1 1 2 2 2 1 2 1 1 3 16

2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 16

3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 27

2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 24

3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 28

3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 21

1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 15

3 2 3 2 2 3 3 2 1 3 24

1 3 3 1 1 1 2 2 2 3 19

1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 12


(15)

2 1 1 1 2 1 1 3 3 1 16

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

Tabel Validasi dan Reliabilitas Kuesioner Pertanyaan 3

Tabel Hasil Penelitian

Nama Umur Jenis

Kelamin

Pertanyaan1 Pertanyaan2 Pertanyaan3 Hasil PMO

AR 38 perempuan 96.70 100.00 100.00 Sembuh

SUN 50 perempuan 86.70 100.00 90.00 Sembuh

EM 48 perempuan 76.00 100.00 100.00 Sembuh

SYAF 44 laki 76.00 76.00 90.00 Sembuh

RAM 60 perempuan 60.00 67.00 85.00 Tidaksembuh

DEL 58 perempuan 90.00 100.00 100.00 Sembuh

YUL 45 perempuan 83.00 100.00 100.00 Sembuh

KAM 63 perempuan 73.30 93.30 95.00 Sembuh

NUR 48 perempuan 86.60 100.00 95.00 Sembuh

RIK 30 perempuan 50.00 56.70 85.00 Tidaksembuh

RIT 38 perempuan 67.00 100.00 90.00 Sembuh

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 ptot

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19

2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 18

2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19

2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 17

2 1 2 2 1 0 2 2 1 2 14

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 17

2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 18

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19

0 0 0 0 1 1 2 1 1 2 9

2 2 2 2 1 0 0 0 1 0 10


(16)

NURB 50 perempuan 86.00 100.00 65.00 Sembuh

IH 47 laki 93.00 100.00 95.00 Sembuh

ROS 59 perempuan 76.00 53.00 95.00 Sembuh

REN 40 perempuan 83.00 100.00 90.00 Sembuh

JUM 28 perempuan 86.00 100.00 95.00 Sembuh

NA 52 perempuan 70.00 100.00 80.00 Sembuh

MAR 43 perempuan 67.00 100.00 85.00 Sembuh

LEL 51 perempuan 80.00 100.00 95.00 Sembuh

MUR 46 perempuan 86.60 100.00 85.00 Sembuh

YAN 51 perempuan 73.00 93.30 90.00 Sembuh

YAT 55 perempuan 60.00 53.00 80.00 Tidaksembuh

AND 42 perempuan 66.70 100.00 90.00 Sembuh

Hasil Reliabilitas pertanyaan 1 Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 16 100.0

Excludeda 0 .0


(17)

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.888 10

Hasil Reliabilitas Pertanyaan 2 Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 16 100.0

Excludeda 0 .0

Total 16 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.856 10

Hasil Reliabilitas Pertanyaan 3

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 16 100.0

Excludeda 0 .0

Total 16 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(18)

Hasil Uji Penelitian

HasilPMO * 1 Crosstabulation

1 Total

peranburuk peranbaik

HasilPMO

Sembuh

Count 0 20 20

Expected Count 1.7 18.3 20.0

% within HasilPMO 0.0% 100.0% 100.0%

% within 1 0.0% 90.9% 83.3%

Tidaksembuh

Count 2 2 4

Expected Count .3 3.7 4.0

% within HasilPMO 50.0% 50.0% 100.0%

% within 1 100.0% 9.1% 16.7%

Total

Count 2 22 24

Expected Count 2.0 22.0 24.0

% within HasilPMO 8.3% 91.7% 100.0%

% within 1 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.909a 1 .001

Continuity Correctionb 5.345 1 .021

Likelihood Ratio 8.223 1 .004

Fisher's Exact Test .022 .022

N of Valid Cases 24

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33. b. Computed only for a 2x2 table


(19)

Kategori Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

18-35 3 12.5 12.5 12.5

36-50 13 54.2 54.2 66.7

>50 8 33.3 33.3 100.0

Total 24 100.0 100.0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

laki 3 12.5 12.5 12.5

perempuan 21 87.5 87.5 100.0

Total 24 100.0 100.0

1 * jeniskelamin Crosstabulation Count

jeniskelamin Total

laki perempuan

1 peranburuk 0 2 2

peranbaik 3 19 22

Total 3 21 24

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .312a 1 .577

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .559 1 .454

Fisher's Exact Test 1.000 .761

N of Valid Cases 24

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25. b. Computed only for a 2x2 table


(20)

1 * Kategori Umur Crosstabulation Count

Kategori Umur Total

18-35 36-50 >50

1 peranburuk 1 0 1 2

peranbaik 2 13 7 22

Total 3 13 8 24

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.818a 2 .148

Likelihood Ratio 3.921 2 .141

Linear-by-Linear Association .219 1 .640

N of Valid Cases 24

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

1 * Pendidikan 24 100.0% 0 0.0% 24 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.455a 3 .001

Likelihood Ratio 10.996 3 .012

Linear-by-Linear Association 12.857 1 .000

N of Valid Cases 24

a. 7 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .08.


(21)

1 * Pekerjaan Crosstabulation Count

Pekerjaan Total

tidakbekerja pelajar wiraswasta

1 peranburuk 2 0 0 2

peranbaik 9 1 12 22

Total 11 1 12 24

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.579a 2 .275

Likelihood Ratio 3.337 2 .189

Linear-by-Linear Association 2.427 1 .119

N of Valid Cases 24

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .08.


(22)

Hasil Validasi Pertanyaan 1 Correlations Menurut anda apa itu PMO? Menurut anda apa tujuan penggunaan PMO? Siapa saja yang bisa menjadi PMO? Berapa lama seorang bisa menjadi PMO? Tugas seorang PMO? Berapa kali anda mengawasi dalam proses menelan obat TB? Sebagai PMO apakah anda berperan dalam pemeriksaan dahak? Apakah anda pernah memberi penyuluhan kepada pasien Apa yang anda lakukan jika pasien TB yang anda awasi takut terhadap efek samping obat? Apa yang anda lakukan jika obat habis Ptot Menurut anda apa itu PMO?

Pearson Correlation

1 .438 .436 .683** .520* .560* .609* .483 .456 .275 .776**

Sig. (2-tailed)

.089 .091 .004 .039 .024 .012 .058 .076 .303 .000

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Menurut anda apa tujuan penggunaan PMO? Pearson Correlation

.438 1 .610* .178 .182 .448 .372 .516* .600* .534* .688**

Sig. (2-tailed)

.089 .012 .510 .501 .082 .156 .041 .014 .033 .003

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Siapa saja yang bisa menjadi

Pearson Correlation


(23)

PMO? Sig. (2-tailed)

.091 .012 .490 .638 .106 .396 .727 .173 .044 .025

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Berapa lama seorang bisa menjadi PMO?

Pearson Correlation

.683** .178 .186 1 .499* .574* .505* .634** .623** .336 .737**

Sig. (2-tailed)

.004 .510 .490 .049 .020 .046 .008 .010 .203 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Tugas seorang PMO?

Pearson Correlation

.520* .182 .128 .499* 1 .593* .373 .442 .285 .223 .585*

Sig. (2-tailed)

.039 .501 .638 .049 .016 .155 .086 .285 .406 .017

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Berapa kali anda mengawasi dalam proses menelan obat TB? Pearson Correlation

.560* .448 .419 .574* .593* 1 .502* .533* .526* .462 .801**

Sig. (2-tailed)

.024 .082 .106 .020 .016 .048 .033 .036 .072 .000

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Sebagai PMO apakah anda berperan dalam pemeriksaan dahak? Pearson Correlation

.609* .372 .228 .505* .373 .502* 1 .681** .286 .502* .728**

Sig. (2-tailed)

.012 .156 .396 .046 .155 .048 .004 .283 .047 .001


(24)

Apakah anda pernah memberi penyuluhan kepada pasien Pearson Correlation

.483 .516* .095 .634** .442 .533* .681** 1 .529* .378 .750**

Sig. (2-tailed)

.058 .041 .727 .008 .086 .033 .004 .035 .149 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Apa yang anda lakukan jika pasien TB yang anda awasi takut terhadap efek samping obat?

Pearson Correlation

.456 .600* .359 .623** .285 .526* .286 .529* 1 .602* .745**

Sig. (2-tailed)

.076 .014 .173 .010 .285 .036 .283 .035 .014 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Apa yang anda lakukan jika obat habis

Pearson Correlation

.275 .534* .510* .336 .223 .462 .502* .378 .602* 1 .687**

Sig. (2-tailed)

.303 .033 .044 .203 .406 .072 .047 .149 .014 .003

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Ptot

Pearson Correlation

.776** .688** .557* .737** .585* .801** .728** .750** .745** .687**

1

Sig. (2-tailed)

.000 .003 .025 .001 .017 .000 .001 .001 .001 .003

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16


(25)

(26)

Hasil Validasi Pertanyaan 2 Correlations Membiarkan pasien buang dahak sembarangan tidak memberi dorongan kepada pasien Tidak menjelaskn efek samping obat kepada penderita Ada pasien gejala TB, saya biarkan saja penderita putus obat karena saya yang tidak aktiv Mengcuilkan penderita dari pergaulan menyuruh pasien untuk menutup seluruh jendela diam saja jika terdapat suspek pada penderita jika obat habis pura pura tidak tahu Menggabungkan tempat makan penderita TB dengan keluargannya yg tidak terkena Ptot Membiarkan pasien buang dahak sembarangan Pearson Correlation

1 .444 .383 .428 .536* .698** .531* .541* .770** .322 .820**

Sig. (2-tailed)

.085 .144 .098 .032 .003 .034 .031 .000 .224 .000

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

tidak memberi dorongan kepada pasien

Pearson Correlation

.444 1 .360 .590* .329 .380 .419 .380 .274 .461 .728**

Sig. (2-tailed)

.085 .171 .016 .213 .147 .106 .147 .305 .073 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Tidak menjelaskn efek samping obat kepada penderita

Pearson Correlation

.383 .360 1 .894** .555* .211 .393 -.138 .030 .291 .603*

Sig. (2-tailed)

.144 .171 .000 .026 .433 .133 .610 .912 .275 .013


(27)

Ada pasien gejala TB, saya biarkan saja

Pearson Correlation

.428 .590* .894** 1 .621* .366 .565* .106 .034 .444 .769**

Sig. (2-tailed)

.098 .016 .000 .010 .163 .023 .697 .902 .085 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

penderita putus obat karena saya yang tidak aktiv

Pearson Correlation

.536* .329 .555* .621* 1 .458 .707** .458 .378 .167 .746**

Sig. (2-tailed)

.032 .213 .026 .010 .074 .002 .074 .149 .537 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Mengcuilkan penderita dari pergaulan

Pearson Correlation

.698** .380 .211 .366 .458 1 .583* .597* .381 .397 .740**

Sig. (2-tailed)

.003 .147 .433 .163 .074 .018 .015 .145 .128 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

menyuruh pasien untuk menutup seluruh jendela

Pearson Correlation

.531* .419 .393 .565* .707** .583* 1 .324 .267 .236 .735**

Sig. (2-tailed)

.034 .106 .133 .023 .002 .018 .221 .317 .380 .001

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

diam saja jika terdapat suspek pada penderita

Pearson Correlation

.541* .380 -.138 .106 .458 .597* .324 1 .658** .031 .565*

Sig. (2-tailed)


(28)

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

jika obat habis pura pura tidak tahu

Pearson Correlation

.770** .274 .030 .034 .378 .381 .267 .658** 1 -.126 .514*

Sig. (2-tailed)

.000 .305 .912 .902 .149 .145 .317 .006 .642 .042

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Menggabungkan tempat makan penderita TB dengan

keluargannya yg tidak terkena

Pearson Correlation

.322 .461 .291 .444 .167 .397 .236 .031 -.126 1 .507*

Sig. (2-tailed)

.224 .073 .275 .085 .537 .128 .380 .911 .642 .045

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Ptot

Pearson Correlation

.820** .728** .603* .769** .746** .740** .735** .565* .514* .507* 1

Sig. (2-tailed)

.000 .001 .013 .001 .001 .001 .001 .023 .042 .045

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(29)

Hasil Validasi Pertanyaan 3 Correlations apa yang dimaksud dengan tuberkulosis paru? bagaimana sifat kuman tuberkulosis paru? Bagaimana cara penularan kuman TB paru? Apakah gejala dari Tuberkulosis Paru? Bagaimanakah bisa penderita TB yang anda awasi kening nya berwarna merah? Jika penderita tb mengeluhkan tidak nafsu makan, mual sakit perut sebagai pmo apa yang anda lakukan? Sampai kapan penderita TB paru dinyatakan sembuh? Apa yang anda lakukan terhadap pasien TB yang tidak teratur minum obat? Apa yang anda berikan sebagai PMO pada penderita TB dalam pengobatan tahap awal? jika pasien TB dalam keadaan minder, apa yang anda lakukan sebagai PMO? Ptot apa yang dimaksud dengan tuberkulosis paru? Pearson Correlation

1 .700** 1.000** 1.000** .383 .206 -.092 .398 .228 -.092 .645**

Sig. (2-tailed)

.003 .000 .000 .143 .444 .735 .126 .396 .735 .007

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

bagaimana sifat kuman tuberkulosis paru? Pearson Correlation

.700** 1 .700** .700** .478 .204 -.223 .173 .552* -.223 .599*

Sig. (2-tailed)

.003 .003 .003 .061 .450 .407 .521 .027 .407 .014


(30)

Bagaimana cara penularan kuman TB paru? Pearson Correlation

1.000** .700** 1 1.000** .383 .206 -.092 .398 .228 -.092 .645**

Sig. (2-tailed)

.000 .003 .000 .143 .444 .735 .126 .396 .735 .007

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Apakah gejala dari Tuberkulosis Paru? Pearson Correlation

1.000** .700** 1.000** 1 .383 .206 -.092 .398 .228 -.092 .645**

Sig. (2-tailed)

.000 .003 .000 .143 .444 .735 .126 .396 .735 .007

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Bagaimanakah bisa penderita TB yang anda awasi kening nya berwarna merah?

Pearson Correlation

.383 .478 .383 .383 1 .538* .528* .528* .595* .528* .800**

Sig. (2-tailed)

.143 .061 .143 .143 .031 .035 .035 .015 .035 .000

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Jika penderita tb mengeluhkan tidak nafsu Pearson Correlation

.206 .204 .206 .206 .538* 1 .453 .621* .190 .453 .705**

Sig. (2-tailed)


(31)

makan, mual sakit perut sebagai pmo apa yang anda lakukan?

N

16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Sampai kapan penderita TB paru dinyatakan sembuh? Pearson Correlation

-.092 -.223 -.092 -.092 .528* .453 1 .775** .314 1.000** .536*

Sig. (2-tailed)

.735 .407 .735 .735 .035 .078 .000 .236 .000 .033

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Apa yang anda lakukan terhadap pasien TB yang tidak teratur minum obat? Pearson Correlation

.398 .173 .398 .398 .528* .621* .775** 1 .314 .775** .819**

Sig. (2-tailed)

.126 .521 .126 .126 .035 .010 .000 .236 .000 .000

N

16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Apa yang anda berikan sebagai PMO pada penderita TB dalam pengobatan tahap awal? Pearson Correlation

.228 .552* .228 .228 .595* .190 .314 .314 1 .314 .616*

Sig. (2-tailed)

.396 .027 .396 .396 .015 .481 .236 .236 .236 .011

N


(32)

jika pasien TB dalam keadaan minder, apa yang anda lakukan sebagai PMO?

Pearson Correlation

-.092 -.223 -.092 -.092 .528* .453 1.000** .775** .314 1 .536*

Sig. (2-tailed)

.735 .407 .735 .735 .035 .078 .000 .000 .236 .033

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Ptot

Pearson Correlation

.645** .599*

.

645** .645** .800** .705** .536* .819** .616* .536*

1

Sig. (2-tailed)

.007 .014 .007 .007 .000 .002 .033 .000 .011 .033

N 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(33)

50

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pharmateucical Care untuk Penyakit Tuberkulosis : Jakarta. Available from:http://binfar.kemkes.go.id /v2/wpcontent/uploads/2014/02/PC_TB.pdf.[Accesed 3 April 2015]

Djojodibroto, R.D., 2012. Respirologi (Respiratory Medicine).Jakarta:EGC. hlm 151 Departement Kesehatan RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Available from:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indon esia/profil-kesehatan-indonesia-2007.pdf.[Accesed 8 April 2015]

Erlinda.R.,Wantiyah.,Dewi I E., 2013. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) dalam Program Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dengan Hasil Apusan BTA Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember. Available from: http://repository.unej.ac.id/bitstrea m/han dle/123456789/60670/Rindy%20Erli nda.pdf?sequence=1. [Accesed 30 Mei 2015]

Hapsari,R,J.,2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Strategi DOTS di RSUD dr Moewardi surakarta. Available from:http://core.ac.uk/download/files/478/12349701.pdf [Accesed 19 Desember 2015]

Jaringan Kesehatan Masyarakat, 2014.Informasi Dasar Bagi Pengawas Menelan Obat TB(PMO TB).Medan:Jaringan Kesehatan Masyarakat. hlm 5-8

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Stop TB Terobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Available from: http://www.searo.who.int/indonesia/topics/tb/stranas_tb 2010-2014.pdf.[Accesed 3 April 2015]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Pedoman Penanggulangan


(34)

51

_kepmenkes/KMK%20No.%20364%20ttg%20Pedoman%20Penanggulangan %20 Tuberkolosis%20%28TB%29.pdf.[Accesed 31 Mei 2015]

Kumar V., Cotran R.S., Robbins, S.L., 2007. Buku Ajar Patologi.7th ed, Vol. 2. Jakarta : EGC. hlm 54 & 55

K.M.Z.Firdaus., 2012.Pengaruh Peranan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. Available from : http://eprints.ums.ac.id/21949/2/BAB_I.pdf . [Accesed 8 April 2015]

Pratiwi, Q. , 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis di Wilayah Puskesmas Nguter Kabupaten

Sukoharjo. Available from: http://eprints.ums.ac.id/22098/17/NASKA H_ PUBLIKASI.pdf. [Accesed 1 Desember 2015]

Puri, A. N., 2010.Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi DOTS. Available from: http://eprints.uns.ac.id/8366/1/132130608201011501.pdf. [Accesed 25 April 2015]

Purwanta, 2005. Ciri-Ciri Pengawas Minum Obat yang Diharapkan Penderita Tuberkulosis Paru di Daerah Urban dan Rural di Yogyakarta. Available from:http://www.jurnal.ugm.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/2929/2648 .[Accesed 1 Mei 2015]

PDPI, 2006. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. Available from: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html. [Accesed 1 Mei 2015]

Rohmana O.,et al., 2014. Faktor-Faktor pada PMO yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di kota Cirebon. Available from: http://lppm.unsil.ac.id/files/2014/10/04.-Omay-Romana.pdf. [Accesed 5 Mei 2015]


(35)

52

Surjantini,S.H., 2013. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2012.Medan. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN SI_2012/02_Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf.[Accesed 1 Mei 2015] Sudoyo A.W., Setiyohadi, B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm 2230 & 2231

Wahyuningsih, E., 2014. Pola Klinik Tuberkulosis Paru di RSUP DR.Kariadi Semarang Periode Juli 2012-Agustus 2013. Available from: http://eprints.undip.ac.id/44615/1/0.pdf. [Accesed 25 April 2015]

World Health Organization, 2010. Global Tuberculosis Control 2010. Available from:http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/F530290AD027939 9C12 577D8003E9D65-Full_Report.pdf. [Accesed 5 Mei 2015]


(36)

30

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran PMO terhadap tingkat keberhasilan pengobatan pasien TB. Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Varibel Independent Variabel dependent

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2.Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Pengukuran Variabel

Dependen Keberhasilan pengobatan

Pengobatan dikatakan berhasil bila Hasil

pemeriksaan dahak 3 kali

Dengan mengelompo kan pasien menjadi 1. Sembuh/

Catatan Medis JKM

1. Sembuh 2. Tidak sembuh

Nominal

Keberhasilan Pengobatan Peran PMO


(37)

31 pemeriksaan menunjukan BTA negatif Pengobatan berhasil 2. Gagal Berobat Variabel Independen

Peran PMO Tugas yang harus dijalankan sebagai seorang PMO dalam mengawasi penderita tuberkulosis agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatannya

Wawancara Kuesioner dengan pertanyaa n yang diajukan sebanyak 30, 10 pertanyaa n dengan 3 pilihan jawaban, Jawaban tepat skor 3,jawaban kurang tepat skor 2, tidak tahu skor 1, 10 pertanyaa n 10 pertanyaan pertama: PMO baik skor >66,7% PMO buruk skor <66,7% 10 pertanyaan kedua: PMO baik skor >66,7% PMO buruk skor <66,7% Ordinal


(38)

32

berikutny a dengan 3 pilihan jawaban TB nilai 3, B nilai 2, TY nilai 1, 10 pertanyaa n terakhir jawaban tepat nilai 2,

jawaban salah nilai 1, tidak diisi nilai 0

10

pertanyaan terakhir: Peran PMO baik skor >66,7% Peran PMO buruk skor <66,7%

Tabel 3.1. Definisi operasional

3.3. Hipotesis

Ada Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun.


(39)

33

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dalam hal ini, yang akan dikaji bagaimana peran PMO terhadap kesembuhan pasien TB di Kecamatan Medan Maimun.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal bulan Maret tahun 2015, dengan perkiraan waktu pengumpulan data selama 3 bulan mulai dari bulan Agustus sampai Oktober tahun 2015

4.2.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Maimun. Lokasi ini dipilih berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tempat ini memiliki populasi TB yang cukup besar berdasarkan data JKM (Jaringan Kesehatan/Kesejahteraan Masyarakat).

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah seluruh PMO, Sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh PMO di Kecamatan Medan Maimun.


(40)

34

4.3.2. Sampel

Peneliti menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampel dimana semua PMO di Kecamatan Medan Maimun berdasarkan data JKM dijadikan sampel. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, jumlah PMO di Kecamatan Medan Maimun ada sebanyak 24 orang. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inkusi

1. Seluruh PMO yang sudah mendapatkan pelatihan dari JKM( Jaringan Kesehatan/Kesejahteraan Masyarakat)

2. PMO yang bersedia untuk diwawancara dan mengisi kuesioner

b. Kriteria Eksklusi

1. Tidak mengisi kuesioner secara lengkap

2. Pasien yang belum melakukan pengobatan selama 6 bulan 4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara. Wawancara ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya.

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan agar pertanyaan dalam kuesioner ini bisa menggambarkan tujuan dari penelitian dan dapat konsisten apabila dijawab dalam waktu yang berbeda


(41)

35

Uji coba kuesioner dilakukan pada 24 orang responden. Rancangan kuesioner dilakukan untuk melihat peran PMO terhadap kesembuhan TB paru di Kecamatan Medan Maimun. Pertanyaan dibagi menjadi 3 jenis pertanyaan dengan total jumlah 30 pertanyaan.

Tabel 4.1 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Kelompok 1 1 0,776 Valid 0,888 Reliabel

2 0,688 Valid Reliabel

3 0,557 Valid Reliabel

4 0,737 Valid Reliabel

5 0,585 Valid Reliabel

6 0,801 Valid Reliabel

7 0,728 Valid Reliabel

8 0,750 Valid Reliabel

9 0,745 Valid Reliabel

10 0,687 Valid Reliabel

Kelompok 2 1 0,820 Valid 0,856 Reliabel

2 0,728 Valid Reliabel

3 0,603 Valid Reliabel

4 0,769 Valid Reliabel

5 0,746 Valid Reliabel

6 0,740 Valid Reliabel

7 0,735 Valid Reliabel

8 0,565 Valid Reliabel


(42)

36

10 0,507 Valid Reliabel

Kelompok 3 1 0,645 Valid 0,852 Reliabel

2 0,599 Valid Reliabel

3 0,645 Valid Reliabel

4 0,645 Valid Reliabel

5 0,800 Valid Reliabel

6 0,705 Valid Reliabel

7 0,536 Valid Reliabel

8 0,819 Valid Reliabel

9 0,616 Valid Reliabel

10 0,536 Valid Reliabel

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu:

1. Editing

Pemeriksaan kelengkapan data, apabila data belum lengkap atau masih ada kesalahan maka wawancarai ulang responden.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatannya diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entri

Data yang telah dibersihkan tadi kemudian dimasukkan kedalam program komputer.


(43)

37

4. Cleaning data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinnya kesalahan dalam pemasukkan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis. 6. Analisis Data

4.5.2. Analisis Data

Data diperoleh melalui hasil wawancara dan jawaban responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner kemudian dianalisa dengan uji statistika berbasis komputer. Uji statistik yang digunakan adalah uji non parametrik jenis chi square, apabila data tidak memenuhi syarat maka dipakai uji mutlak Fisher.

4.6.Alur Penelitian

Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Keberhasilan

Pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun

Membuat proposal penelitian ( bab 1,2,3 dan

4)

Mengurus surat izin penelitian


(44)

38

Gambar 4.1. Kerangka Alur Penelitian Validasi kuesioner ke

kecamatan Medan helvetia

Validasi dengan menggunakan program

komputer untuk diuji validitas dan reliabilitas

Setelah hasil kuesioner valid,maka dilakukan penelitian dengan sample sebanyak 24 responden di Kecamatan Medan Maimun

Memasukkan kembali hasil penelitian ke program komputer untuk diuji dan melihat hasil penelitian. Hasil penelitian ini didapatkan nilai p value <0,05 (p=0,022). Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Berdasarkan analisis tersebut maka disimpulkan terdapat pengaruh peran PMO terhadap


(45)

39

Gambar 4.2. Rancangan Alur Penelitian PMO di Kecamatan Medan Maimun

Sample penelitian :

PMO dikecamatan Medan Maimun yang memenuhi kriteria Eksklusi dan

Inklusi

Kinerja PMO baik

Kinerja PMO buruk

1.Sembuh


(46)

40

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Maimun, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Maimun adalah salah satu dari 21 Kecamatan di kota Medan, dengan batas wilayah:

a. Batas Barat : Medan Polonia b. Batas Timur : Medan Kota c. Batas Selatan : Medan Johor d. Batas Utara : Medan Petisah

Kecamatan Medan Maimun dengan luas wilayah 3,342 KM2 dan dengan penduduk berjumlah : 39.581 jiwa (2012). Kecamatan Medan Maimun mempunyai beberapa kelurahan (1)Kelurahan/Desa Aur, (2) Kelurahan/Desa Hamdan, (3) Kelurahan/Desa Jati, (4) Kelurahan/Desa Kampung Baru, (4) Kelurahan/Desa Sei Mati, (5) Kelurahan/Desa Suka Raja.

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Subjek

Tabel 5.1. Distribusi karakteristik subjek di Kecamatan Medan Maimun

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

3 21

12,5 87,5 Usia

18-35 36-50 >50

3 13

8

12,5 54,2 33,3


(47)

41

Total 24 100

Seluruh subjek dalam penelitian ini merupakan masyarakat Kecamatan Medan Maimun yang berjumlah 24 orang yang telah menandatangani lembar persetujuan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang (87,5%).

Berdasarkan usia yang paling banyak adalah 36-50 tahun yaitu sebanyak 13 orang (54,2%).

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.2. Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Jenis kelamin terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Peran PMO Jenis Kelamin Total p

Laki-Laki Perempuan

Peran buruk 0 2 2

0,761

Peran baik 3 19 22

Total 3 21 24

Berdasarkan tabel distribusi diatas laki-laki yang mempunyai peran buruk ada 0 orang, sedangkan perempuan yang mempunyai peran buruk ada sebnyak 2 orang. Laki-laki yang mempunyai peran baik ada sebanyak 3 orang dan perempuan yang mempunyai peran baik ada sebanyak 22 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun (p=0,761)


(48)

42

Tabel 5.3. Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Umur terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Peran PMO Kategori umur Total P

18-35 36-50 >50

Peran buruk 1 0 1 2

0,148

Peran baik 2 13 7 22

Total 3 13 8 24

Berdasarkan tabel distribusi diatas PMO yang mempunyai peran buruk umur 18-35 tahun ada sebanyak 1 orang, umur 36-50 tahun ada sebanyak 0 orang dan umur >50 tahun ada sebanyak 1 orang. Untuk peran PMO baik umur 18-35 tahun ada sebanyak 2 orang, umur 36-50 tahun ada sebanyak 13 orang dan umur >50 tahun ada sebanyak 7 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh umur terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun (p=0,148)

Tabel 5.4. Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Pendidikan terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Peran PMO

Pendidikan Terakhir

Total p

SD SMP SMA Perguruan

Tinggi

Peran buruk 1 1 0 0 2

0,001

Peran baik 0 1 19 2 22

Total 1 2 19 2 24

Berdasarkan tabel distribusi diatas PMO yang mempunyai peran buruk tingkat pendidikan SD ada sebanyak 1 orang dan yang mempunyai tingkat pendidikan SMP


(49)

43

ada sebanyak 1 orang. Untuk tingkat pendidikan terakhir SMA dan Perguruan tinggi pada responden yang mempunyai peran buruk tidak ada. Responden yang mempunyai peran baik pendidikan terakhir SD sebanyak 0 orang, yang mempunyai tingkat pendidikan SMP sebanyak 1 orang, yang mempunyai tingkat pendidikan SMA ada sebanyak 19 orang dan yang mempunyai tingkat pendidikan Perguruan tinggi ada sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun (p=0,001)

Tabel 5.5. Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Pekerjaan terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Peran PMO

Pekerjaan

Total P

Tidak bekerja

Pelajar Wiraswasta

Peran buruk 2 0 0 2

0,275

Peran baik 9 1 12 22

Total 11 1 12 24

Berdasarkan distribusi tabel diatas didapatkan peran PMO buruk dan tidak bekerja ada sebanyak 2 orang, sedangkan pada peran PMO baik tidak bekerja ada sebanyak 9 orang, Pelajar ada sebanyak 1 orang dan wiraswasta ada sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh Pekerjaan terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun (p=0,275)


(50)

44

Tabel 5.6. Tabel tingkat keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun

Kesembuhan TB paru Frekuensi Persentase (%)

Sembuh 20 83,3

Tidak sembuh 4 16,6

Total 24 100

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwasannya pasien TB paru yang sembuh ada sebanyak 20 orang (83,3%) sedangkan pasien yang tidak sembuh ada sebanyak 4 orang (16,6%).

Tabel 5.7. Tabel Peranan PMO terhadap kesembuhan TB paru di Kecamatan Medan Maimun

Peranan PMO Frekuensi Persentase (%)

Baik 22 91,6

Buruk 2 8,3

Total 24 100

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa peranan PMO baik ada sebanyak 22 orang (91,6%) dan Peranan PMO buruk ada sebanyak 2 orang (8,3%)

Tabel 5.8. Hasil statistik peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun

Hasil PMO Peran buruk Peran baik Total p

Sembuh 0 (0,0%) 20 (100%) 20 (100%)

Tidak sembuh 2 (50,0%) 2 (50,0%) 4 (100%) 0,022

Total 2 (8,3%) 22 (91,7%) 24 (100%)


(51)

45

Berdasarkan tabel diatas, didapati hasil sembuh dengan peran buruk yaitu 0 orang (0,0%), hasil sembuh dengan peran baik yaitu 20 orang (100%), sedangkan hasil tidak sembuh dengan peran buruk yaitu 2 orang (50,0%), dan hasil tidak sembuh dengan peran baik yaitu 2 orang (50,0%). Jadi total sembuh yaitu 20 orang (100%), tidak sembuh yaitu 4 orang (100%), sedangkan total peran buruk yaitu 2 orang (8,3%), dan peran baik yaitu 22 orang (91,7%).

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini hasil analisa peran PMO terhadap keberhasilan pengobatan TB paru menunjukkan hasil uji Fisher yang signifikan dengan p value <0,05 (p=0,022). Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Berdasarkan analisis tersebut maka disimpulkan terdapat pengaruh peran PMO terhadap kebehasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien Tb Paru yang sembuh dengan peran PMO baik sebanyak 20 orang. Data ini menunjukkan bahwa PMO yang mempunyai tugas antara lain; mengawasi penderita agar minum obat setiap hari, mengingatkan untuk pengambilan obat bagi penderita di pelayanan kesehatan, dan mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak telah memiliki peran yang cukup baik. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, pengetahuan, aktivitas PMO, dan usia. Tingkat pengetahuan PMO yang tinggi akan meningkatkan kesadaran PMO. Hal ini menunjang sikap PMO dalam membantu pengobatan TB paru. Selain itu, aktivitas PMO juga berperan. Aktivitas harian yang padat seperti bekerja seharian, mempengaruhi jadwal PMO dalam mengingatkan pasien untuk minum obat. Hal terakhir, semakin tua usia PMO maka semakin buruk peran PMO tersebut, hal ini dikarenakan orang yang berusia lanjut cenderung memiliki masalah fisik dan psikologis.

Pasien TB paru yang tidak sembuh dengan peran PMO baik dalam penelitian ini sebanyak 2 orang. Hal ini disebabkan adannya faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi ketidakberhasilan PMO. Ketidakpatuhan pasien terhadap PMO


(52)

46

berperan besar terhadap hasil ini. Ketidakpatuhan ini bisa disebabkan oleh timbulnya rasa bosan pasien terhadap pengobatan.

Peran PMO sangat penting dalam kesembuhan TB dapat dibuktikan dengan tidak didapatkan pasien yang sembuh dengan peran PMO yang buruk. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat 2 orang pasien TB yang tidak sembuh dengan peran buruk. Hasil ini menunjang hipotesa bahwa Pengawas Minum Obat(PMO) berpengaruh besar dalam keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun.

Berdasarkan tabel 5.2. didapatkan bahwa PMO dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya daripada PMO dengan jenis kelamin laki-laki. Jumlah PMO dengan peran baik terbanyak ialah dengan jenis kelamin perempuan (19 orang). Hal ini dikarenakan mayoritas responden yang ada di Kecamatan Medan Maimun ialah perempuan. Selain itu perempuan lebih teliti dan peduli terhadap kesembuhan pasien TB. Namun hal ini tidak terbukti pada penelitian ini dengan nilai p =0,761, yang berarti tidak terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun. Responden peneliti yang jumlah 24 orang berpengaruh dalam hasil nilai p. Penelitian saya sejalan dengan Rapsari,2010 yang mayoritas responden pada penelitiannya memiliki PMO berjenis kelamin wanita. Rapsari menyebutkan wanita lebih mampu menjalankan tugas sebagai seorang PMO daripada Pria.

Berdasarkan tabel 5.3. didapatkan bahwa jumlah PMO dengan umur 36-50 tahun memiliki mayoritas tertinggi yaitu 13 orang. Kemudian PMO umur muda 18-35 tahun ialah minoritas sebanyak 3 responden. Dari tabel 5.3. dapat disimpulkan bahwasannya PMO yang berusia tua lebih banyak dikarenakan lebih disegani dan dipatuhi sama penderita TB paru. Selain itu pasien lebih respon terhadap PMO usia tua. Tetapi hal ini tidak terbukti pada penelitian ini dengan nilai p =0,148, yang berarti tidak terdapat pengaruh umur terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun


(53)

47

Berdasarkan tabel 5.4.Responden di kecamatan medan maimun pendidikan terakhir yang terbanyak ialah lulusan SMA (19 orang). PMO dengan peran baik rata-rata pendidikan terakhirnya SMA (19 orang) , Perguruan tinggi (2 orang). Peran PMO buruk pendidikan terakhir yaitu SD (1 orang) dan SMP (1 orang). Pendidikan yang semakin baik akan mempengaruhi peran PMO itu sendiri. Karena untuk menjadi PMO membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang baik. Hal ini terbukti dengan nilai p =0,001, yang berarti terdapat pengaruh pendidikan terakhir terhadap peran PMO di Kecamatan Medan Maimun. Hal sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pendidikan PMO sangat berpengaruh terhadap baik buruknya penyuluhan dan cara memotivasi penderita, makin baik cara memotivasi dan memberikan materi penyuluhan akan makin baik pula hasil yang didapat yaitu kepatuhan penderita (Becher, 1997 dalam Rapsari 2010)

Berdasarkan tabel 5.5 Pekerjaan yang terbanyak ialah wiraswasta (12 orang) dan tidak bekerja (9 orang). PMO yang tidak terlalu sibuk dan tidak terikat dengan pekerjaan diharapkan memiliki peran yang baik. Ini terbukti PMO yang bekerja tidak terlalu sibuk dan tidak terikat dengan pekerjaan seperti berwiraswasta memiliki peran yang baik, tetapi dari tabel 5.6. ada PMO yang tidak bekerja tetapi masih memiliki peran buruk. Hal ini dikarenakan ada kesibukan-kesibukan lain yang membuat peran PMO ini buruk. Tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap kesembuhan pasien TB paru di Kecamatan Medan Maimun dengan nilai p=0,275.

Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang didapatkan pada penelitian Kholifatul (2012) yaitu, keberhasilan pengobatan TB Paru menunjukkan sebagian besar responden berhasil dalam pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 24 responden (75%). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik peran PMO maka semakin tinggi keberhasilan pengobatan TB Paru. Pada penelitian Kholifatul (2012) terdapat 6 responden yang tidak mendapatkan peran PMO dengan baik tapi berhasil dalam pengobatan TB paru dan 1 responden dengan peran PMO baik namun tidak mengalami keberhasilan dalam pengobatan TB paru sedangkan pada penelitian ini terdapat 0 responden yang tidak mendapatkan peran PMO dengan baik tapi berhasil


(54)

48

dalam pengobatan TB paru dan 2 responden dengan peran PMO baik namun tidak mengalami keberhasilan dalam pengobatan TB paru. Hal ini dikarenakan pada penelitian Kholifatul (2012) lebih banyak responden yaitu 32 responden sedangkan penelitian ini 24 responden.

Seperti halnya dengan penelitian Nomi yang menggunakan 50 responden, didapatkan kelompok sembuh dengan kelompok kinerja PMO baik sebanyak 29 orang dan kinerja PMO buruk ada 6 orang, pada kelompok gagal dengan kinerja PMO baik 8 orang dan kinerja PMO buruk 7 orang. Pada penelitian nomi terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara kinerja PMO dengan kesembuhan TB paru, pasien TB paru yang diawasi dengan baik dengan PMO memiliki kemungkinan untuk sembuh memiliki kemungkinan untuk sembuh empat kali lebih besar daripada yang tidak diawasi oleh PMO.

Kesembuhan penderita TB dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarannya keberadaan pengawas menelan obat. jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan terkadang menjadi suatu penghalang untuk berobat seperti jauhnya jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan, didukung dengan sarana transportasi yang sulit (Pratiwi,2012).


(55)

49

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapati bahwa Pengawas Menelan Obat (PMO) berpengaruh besar dalam keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Fisher yang signifikan dengan p value <0,05 ( p=0,022).

2. Peranan PMO pada penderita TB Paru di Kecamatan Medan Maimun sudah baik (91.7 %)

3. Tingkat keberhasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun adalah sebesar 83.3 %

6.2. Saran

1. Perlu diberikan Motivasi dan Pelatihan kepada PMO agar peran PMO terhadap kesembuhan pasien TB paru dikecamatan Medan Maimun semakin baik.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang peran PMO dari sudut pandang penderita TB, untuk mengetahui bagaimana kinerja dan peran PMO terhadap kesembuhan TB dikecamatan Medan Maimun

3. Penderita TB harus diberikan pengetahuan tentang penyakit yang diderita agar penderita lebih menghargai PMO

4. Perlu dilakukan penelitian dengan sample yang lebih banyak dengan tekhnik yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat


(56)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberulosis complex (PDPI, 2006).

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. TB paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Wahyuningsih, 2014).

Tuberkulosis paru ( TB paru) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adannya penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum (IPD Edisi V, 2009).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobaterium Tuberculosis. Penyakit ini biasannya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan ditubuh (Buku Ajar Patologi Edisi 7,2012).

2.1.2 Etiologi

Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis berbentuk batang lurus tidak berspora dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4


(57)

7

mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal (PDPI, 2002).

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama be berapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan,baju, dan perlengkapan tidur. Setelah kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular(Depkes RI,2005).

Mikobakteri adalah organisme berbentuk batang langsing yang tahan asam(yaitu mengandung banyak lemak kompleks dan mudah mengikat pewarna Ziehl-Neelsen dan kemudian sulit didekolorisasi). M.tuberculosis hominis merupakan


(58)

8

penyebab sebagian besar kasus tuberkulosis. Penularan biasannya langsung melalui inhalasi organisme di udara dalam aerosol yang dihasilkan oleh ekspektorasi atau oleh pajanan ke sekresi pasien yang tercemar (Buku Ajar Patologi Edisi 7,2012).

2.1.3 Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 world health organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA ( Basil Tahan Asam positif ) sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. jumlah terbesar kasus TB ada di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk (PDPI, 2006).

Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 kematian karena TB. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun, merupakan kelompok usia produktif. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun (PDPI, 2006).

Di Indonesia tahun 2001 diperkirakan 582 ribu penderita baru atau 271 per 100 ribu penduduk, sedangkan yang ditemukan BTA positif sebanyak 261 ribu penduduk atau 122 per 100 ribu penduduk, dengan keberhasilan pengobatan diatas 86% dan kematian sebanyak 140 ribu. Masalah lain yang muncul dalam pengobatan TB adalah adanya resistensi dari kuman yang disebabkan oleh obat (multidrugresistent organism). Kuman yang resisten terhadap banyak obat tersebut


(59)

9

semakin meingkat. Di Amerika tahun 1997 resistensi terhadap INH mencapai 7,8 % dan resisten terhadap INH dan Rifampisin 1,4 %. Secara umum angka ini di Amerika pada median 9,9 % kuman dari penderita yang menerima obat anti TB. Kejadian resistensi ini sudah banyak ditemukan di negara pecahan Uni soviet, beberapa negara Asia, Republik Dominika, dan Argentina (Depkes RI, 2005).

Di negara maju seperti Eropa Barat angka kesakitan maupun angka kematian TB paru pernah meningkat tajam. Saat awal orang Eropa berbondong-bondong bermigrasi ke Amerika Utara, kematian akibat TB pada tahun 1800 sebesar 650 per 100.000 penduduk, tahun 1860 turun menjadi 400 per 100.000 penduduk, ditahun 1920 turun lagi menjadi 100 per 100.000 penduduk, dan pada tahun 1969 turun seara drastis menjadi 4 per 100.000 penduduk (Respirologi, 2012).

2.1.4 Patogenesis

Menurut buku ajar patologi edisi VII (2012), patogenesis TB dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Tuberkulosis Primer

Tuberkulosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum pernah terpajan (sehingga tidak pernah tersensitisasi). Pasien berusia lanjut dan pengidap imunosupresi berat mungkin kehilangan sensititivitas mereka terhadap basil tuberkel sehingga dapat menderita tuberkulosis primer lebih dari sekali. Pada tuberkulosis primer, sumber organisme adalah eksogen. Sekitar 5% dari mereka yang baru terinfeksi kemudian memperlihatkan gejala penyakit. Dampak utama tuberkulosis primer adalah bahwa (1) penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan resistensi; (2) fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup, sehingga menjadi nidus saat reaktivasi pada masa mendatang ketika pertahanan pejamu melemah, dan (3) meskipun jarang, penyakit dapat terus berkembang tanpa interupsi menjadi apa yang disebut sebagai tuberkulosis primer progresif. Insidensi tuberkulosis primer progresif sangat tinggi pada pasien positif-HIV dengan derajat imunosupresi lanjut.


(60)

10

imunosupresi menyebabkan pasien tidak mampu membentuk reaksi imunologik yang diperantarai oleh sel T CD4+ untuk menahan infeksi, karena hipersensitivvitas dan resistensi umumnya terjadi bersamaan, tidak adanya reaksi hipersensitivitas jaringan menyebabkan hilangnya granuloma perkijauan khas (tuberkulosis nonreaktif).

2. Tuberkulosis Sekunder

Tuberkulosis sekunder (atau pascaprimer) merupakan pola penyakit yang terjadi pada pejamu yang telah tersensitisasi. Penyakit ini mungkin terjadi segera setelah tuberkulosis primer, tetapi umumnya muncul karena reaktivasi lesi primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal, terutama jika resistensi pejamu melemah. Penyakit ini juga dapat terjadi akibat reinfeksi eksogen karena berkurangnya proteksi yang dihasilkan oleh penyakit primer atau karena besarnya inkulum basil hidup. Tuberkulosis paru sekunder biasanya terbatas di apeks paru satu atau kedua lobus atas. Penyebab hal ini masih belum jelas, tetapi mungkin berkaitan dengan tingginya tegangan oksigen di apeks. Karena sudah terdapat hipersensitivitas, basil memicu respons jaringan yang segera dan nyata yang cenderung membatasi fokus.

2.1.5 Klasifikasi Tuberkulosis

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2009): Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1. TB paru

TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2. TB ekstra paru

TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.


(61)

11

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru: 1. TB paru BTA positif

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran TB.

c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

2. TB paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.

c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.

1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.

2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.


(62)

12

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

1) Baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2) Kambuh (Relaps)

Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

3) Pengobatan setelah putus berobat (Default)

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

4) Gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5) Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari sarana pelayanan kesehatan yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

6) Lain-lain:

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan. TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.


(63)

13

2.1.6 Diagnosis

Menurut PDPI (2006) : A. Gambaran Klinik Gejala Klinik

Gejala Klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.

1. Gejala Respiratorik

Batuk ≥3 minggu

Batuk darah Sesak nafas Nyeri dada 2. Gejala sistemik

Demam

Gejala sistemik lain: Malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.

B. Pemeriksaan Bakteriologik 1. Bahan Pemeriksaan

Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor serebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feces, dan jaringan biopsi. 2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut turut atau dengan cara: Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

Dahak pagi (keesokan harinnya)

Sewaktu/spot (saat mengantarkan dahak pagi)

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan dalam pot bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak


(64)

14

mudah pecah dan bocor. sediaan dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9 % 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium.

3. Cara pemeriksaan Dahak dan bahan lain

C. Pemeriksaan mikroskopik

Mikroskopik biasa : Pewarnaan ziehl nielsen Pewarnaan kinyoun gabbett Mikroskopik fluoresens : Pewarnaan auramin-rhodamin

(khususnya untuk screening)

interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila : 2 kali positif, 1 kali negatif : mikroskopik positif

1 kali positif, 2 kali negatif : ulang BTA 3 kali 1 kali positif, 2 kali negatif : mikroskop positif Bila 3 kali negatif : mikroskop negatif

Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala bronkhorst atau IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)

D. Pemeriksaan Radiologik

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif:

Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah

Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.

Bayangan bercak millier


(65)

15

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau fibrotik

Kompleks ranke

Fibrotoraks/fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut( terutama pada kasus BTA dahak negatif) :

Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak diatas hondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti.

Lesi luas, bila proses lebih luas dari minimal.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Polymerase Chain Reaction

Pemeriksaan PCR dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA tuberkulosis. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif tetapi data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB, maka data tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB.

2. Pemeriksaan serologi dengan berbagai metoda

a) Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Masalah pada teknik ini adalah antibodi yang menetap dalam waktu yang cukup lama.

b) Mycodot


(66)

16

c) Uji peroksidase anti peroksidase.

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi jenis serologi yang terjadi.

3. Pemeriksaan BACTEC

Dasar teknik pemeriksaan BACTEC ini adalah metode radiometrik. sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu penegakan diagnosis.

4. Pemeriksaan cairan Pleura

Uji ini perlu dilakukan pada penderita dengan efusi pleura.

5. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan

Diagnosis pasti TB didapatkan bila pemeriksaan Histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar paru memberikan hasil berupa granuloma dengan perkejuan.

6. Pemeriksaan Darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju Endap Darah (LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat diperlukan sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita.

7. Uji Tuberkulin

Pemeriksaan ini sangat berarti untuk mendeteksi Tuberkulosis dengan pravalensi Tuberkulosis rendah. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau bulan.


(67)

17

2.1.7 Pengobatan Tuberkulosis Menurut PDPI (2006),

Obat yang dipakai:

1) Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Rifampisin

INH

Pirazinamid Streptomisin Etambutol

2) Kombinasi dosis tetap (fixed dose combination) terdiri dari :

Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan

Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg

3) Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin

Kuinolon

Obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amoksilin + asam klavulanat Derivat rifampisin dan INH Dosis OAT

Dosis OAT

Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau BB > 60 kg : 600 mg

BB 40-60 kg : 450 mg BB < 40 kg : 300 mg


(68)

18

Dosis intermiten 600 mg / kali

INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg/kg BB 3 x seminggu, 15 mg/kg BB 2 x semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali

Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x semingggu, 50 mg /kg BB 2 x seminggu atau :

BB > 60 kg : 1500 mg BB 40-60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg

Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg BB 3x seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :

BB >60kg : 1500 mg BB 40 -60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg

Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali

Streptomisin:15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg

BB 40 - 60 kg : 750 mg BB < 40 kg : sesuai BB

Kombinasi dosis tetap

Rekomendasi WHO (1999) untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Pada kasus


(69)

19

yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasilitas yang mampu menanganinya.

Efek Samping OAT

Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.

Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. 1. Isoniazid

Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks.

2. Rifampisin

Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah:

Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang

Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare

Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan Efek samping berat tetapi jarang terjadi :

Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus.


(70)

20

Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang.

Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas

Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur. Warna merah tersebut karena proses metabolisme dan tidak berbahaya. 3. Pirazinamid

Efek samping ialah hepatitis imbas obat( penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang dapat menyebabkan Arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.

4. Etambutol

Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.

5. Streptomisin

Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.

Panduan Obat Antituberkulosis

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi :

TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas

Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE/ 6HE atau 2 RHZE / 4R3H3


(71)

21

Paduan ini dianjurkan untuk

a. TB paru BTA (+), kasus baru

b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru) Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi

TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal. Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau 2 RHZE/ 4R3H3 TB paru kasus kambuh

Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.

TB Paru kasus gagal pengobatan

Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan

Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang optimal

Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru

TB Paru kasus putus berobat

Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

a. Berobat > 4 bulan

1) BTA saat ini negatif Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis


(1)

vi

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan... i

Abstrak...ii

Kata Pengantar...iv

Daftar Isi...vi

Daftar Tabel...viii

Daftar Gambar...ix

Daftar Singkatan...x

Daftar Lampiran...xi

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang...1

1.2.Rumusan Masalah...4

1.3.Tujuan Penelitian...4

1.4.Manfaat Penelitian...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1. Tuberkulosis Paru...6

2.1.1 Definisi...6

2.1.2 Etiologi...6

2.1.3 Epidemiologi...8

2.1.4 Patogenesis...9

2.1.5 Klasifikasi Tuberkulosis...10

2.1.6 Diagnosis...13

2.1.7 Pengobatan Tuberkulosis...17

2.2. PMO...23

2.2.1 Definisi PMO...23

2.2.2 Program DOTS di Indonesia...23


(2)

vii

2.2.4 Persyaratan Menjadi PMO...27

2.2.5 Peran dan Tugas Seorang PMO...27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL...30

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...30

3.2. Defenisi Operasional...30

3.3. Hipotesis...32

BAB 4 METODE PENELITIAN...33

4.1. Rancangan Penelitian...33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...33

4.3. Populasi dan Sample Penelitian...33

4.4. Metode Pengumpulan Data...34

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data...36

4.6. Alur Penelitian...37

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN...40

5.1. Hasil Penelitian...40

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...40

5.1.2. Deskripsi karakteristik subjek...,,,,...40

5.1.3. Hasil Analisis Statistik...41

5.2. Pembahasan...45

BAB 6 KESIMPULAN...49

6.1 Kesimpulan...49

6.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA...50 LAMPIRAN


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 4.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 Definisi Operasional

Data Hasil Uji Validits dan Reliabilitas

Distribusi karakteristik subjek di Kecamatan Medan Maimun

Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Jenis kelamin terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Umur terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Pendidikan terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Hasil distribusi peran Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan Pekerjaan terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di kecamatan Medan Maimun

Tabel tingkat keberhasilan pengobatan TB paru di Kecamatan Medan Maimun

Tabel Peranan PMO terhadap kesembuhan TB paru di Kecamatan Medan Maimun

Hasil statistik peran Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru di Kecamatan Medan Maimun 30 35 40 41 42 42 43 44 44 44


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2

Kerangka Konsep Penelitian Kerangka Alur Penelitian Rancangan Alur Penelitian

30 37 39


(5)

x

DAFTAR SINGKATAN

PMO : Pengawas Menelan Obat

TB : Tuberkulosis

DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

BTA : Bakteri Tahan Asam

OAT : Obat Anti Tuberkulosis

CDR : Case Detection Rate


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Ethical Clearence

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat selesai Penelitian