1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana peran PMO terhadap
kesembuhan TB Paru di Puskesmas Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Area, Tahun 2014.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan seberapa besar peran PMO terhadap kesembuhan TB paru di Puskemas Medan Area Selatan, Kecamatan Medan
Area Tahun 2014. 1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan
mengenai penanggulangan TB Paru. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Area Selatan dalam melaksanakan
program penanggulangan TB Paru dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada penderita TB Paru.
3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan wawasan keilmuan bagi peneliti lain khususnya mengenai penanggulangan TB Paru.
4. Sebagai tambahan informasi dalam pengembangan kajian dan ilmu di bidang Administrasidan Kebijakan Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok Depkes RI, 2004. Menurut Kepmenkes RI
No. 128MenkesSKII2004, puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis UPT Dinas kesehatan kabupatenkota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas
Adapun Visi Puskesmas adalah: “Tercapainya Kecamatan sehat menuju Indonesia sehat 2010”. Artinya masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya Depkes RI, 2004. Misi Puskesmas berdasarkan Depkes RI tahun 2004 adalah sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, beserta lingkungannya.
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas
Tujuan puskesmas menurut Depkes RI 2004 adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. Sedangkan fungsi puskesmas Depkes RI, 2004 adalah :
1. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
2.1.4 Manajemen Puskesmas
Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara senergis, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan
efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas
merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan Depkes RI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
a. Perencanaan Puskesmas Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2015.
Dalam perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan.
Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan RUK tahun yang akan datang setelah dibahas
bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas BPP. Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana
Pelaksanaan Kegiatan RPK. Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas PTP yang telah disesuaikan dengan kondisi
setempat atau dapat memanfaatkan instrument lainnya. RUK dan RPK menghasilkan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
b. Pelaksanaan dan Pengendalian Kegiatan ini terdiri dari :
1. Pengorganisasian, mencakup penentuan dan penanggungjawab dan pelaksana
kegiatan per satuan wilayah kerja, membagi habis pekerjaan, dan penggalangan kerja sama tim dengan lintas sektoral.
2. Penyelenggaraan dengan memperhatikan azas penyelenggaraan puskesmas,
standar dan pedoman pelayanan, serta menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya.
3. Pemantauan, mencakup kinerja, mutu, dan biaya serta masalah dan hambatan
dalam pemantauan. 4.
Penilaian
Universitas Sumatera Utara
c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban Proses pengawasan yang dilakukan oleh puskesmas dapat bersifat internal
maupun eksternal. Sedangkan untuk terselenggaranya proses pertanggungjawaban dilakukan laporan berkala serta laporan pertanggungjawaban masa jabatan.
2.1.5 Program Pokok Puskesmas
Program Puskesmas berdasarkan Depkes RI 2004 adalah: 1. Program promosi kesehatan
2. Program kesehatan lingkungan 3. Program KIAKB
4. Program perbaikan gizi masyarakat 5. Program Pemberantasan Penyakit Menular P2M
6. Program Pengobatan
2.2 Tuberkulosis Paru TB Paru
2.2.1 Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang bersifat kronis menahun dan telah lama dikenal oleh masyarakat luas. Penyakit ini disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang dideskripsikan pertama kali oleh Robert Kock pada tanggal 24 maret 1882. Menurut Robbins 1957 tuberkulosis adalah penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa dan lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian tubuh manusia lainnya
Misnadiarly, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Mycobacterium tuberculosis hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ini termasuk bakteri aerob, berwarna merah dan berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1 - 4 um dan tebal 0,3 - 0,6 um, serta tidak membentuk spora. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang sangat kuat sehingga diperlukan
waktu yang lama untuk mengobatinya. Bakteri ini disebut juga Bakteri Tahan Asam BTA dikarenakan bakteri ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada proses pewarnaan. Bakteri ini akan mati jika berada dalam lingkungan bertemperatur 6 selama 15 - 20 menit dan jika terpapar sinar matahari langsung
selama 2 jam. Selain itu, bakteri ini juga dapat bersifat dorman yaitu tertidur lama selama beberapa tahun dalam jaringan tubuh. Mycobacterium dapat bertahan 20 - 30
jam dalam dahak serta pada suhu kamar akan bertahan hidup 6 - 8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20
selama 2 tahun Anggraeni, 2011.
2.2.2 Gejala TB
Gejala TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus. Gejala ini timbul sesuai dengan organ yang terlibat Misnadiarly, 2006.
a. Gejala Umum
1. Batuk disertai dahak selama lebih dari tiga minggu.
2. Sesak nafas dan nyeri dada.
3. Badan lemah, dan kurang enak badan.
4. Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan.
5. Penurunan nafsu makan dan berat badan menurun.
Universitas Sumatera Utara
6. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala Khusus
1. Jika ada cairan di rongga pleura pembungkus paru-paru, dapat disertai dengan
keluhan sakit dada. 2.
Jika mengenai tulang, maka akan terjadi gejala infeksi tulang. Suatu saat infeksi ini dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, sehingga pada
muara ini akan keluar cairan nanah. 3.
Jika terjadi sumbatan pada sebagian bronkus saluran menuju ke paru-paru, maka akan menimbulkan suara “mengi”, yaitu suara nafas melemah yang
disertai sesak. Hal ini di akibatkan oleh penekanan kelenjar getah bening yang membesar.
2.2.3 Klasifikasi TB
Untuk menentukan klasifikasi penyakit TB, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut Laban, 2012:
a. Berdasarkan Organ Tubuh yang Sakit 1. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan paru-paru parenkim, tidak
termasuk selaput paru pleura. 2. TB ekstra paru adalah TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru-paru,
misalnya selaput jantung pericardium, selaput otak, pleura, kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Basil Tahan Asam 1. TB paru BTA positif sangat menular
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif.
- Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif. - Foto rontgen dada menunjukkan TB aktif.
- Biakan dahak hasilnya positif. 2. TB paru BTA negatif
- Tiga pemeriksaan dahak memberikan hasil yang negatif. - Pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif.
- Foto rontgen dada menunjukkan TB aktif. - Jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi
syarat positif. - Biakan dahak hasilnya meragukan.
c. Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit 1. TB ekstra paru berat, misalnya: TB miller, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran kemih dan alat kelamin, meningitis, pericarditis, peritonitis, dan pleuritis eksudativa bilateral.
2. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar getah bening, kelenjar adrenal, tulang kecuali tulang belakang, sendi, dan pleuritis eksudativa unilateral.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Tipe Penderita TB Paru
Menurut Depkes RI 2009, beberapa tipe penderita TB Paru berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
1. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
Tuberkulosis OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 28 hari.
2. Kambuh Relaps adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh pengobatan lengkap, kemudian didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Kasus lalai berobat Default adalah penderita yang berobat satu bulan atau lebih
dan putus berobat selama dua bulan atau lebih, datang lagi dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
4. Kasus gagal adalah penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.
5. Kasus pindahan Transfer in adalah penderita yang dipindahkan dari sarana
Pelayanan Kesehatan atau KabupatenKota yang memiliki register TB unutuk melanjutkan pengobatannnya di KabupatenKota tempat tinggal yang baru.
6. Semua kasus TB yang tidak memenuhi ketentuan di atas, dalam kelompok ini
termasuk TB kronik, yaitu penderita dengan hasil pemeriksaan dahak ulang masih tetap BTA positif sampai dengan selesainya pengobatan ulang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Manfaat Menentukan Klasifikasi dan Tipe Penderita TB Paru
Menurut Laban 2012, ada beberapa manfaat dalam menentukan klasifikasi dan tipe penderita TB Paru, antara lain:
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai untuk: - Menghindari pengobatan yang tidak perlu Over treatment untuk
meningkatkan pemakaian sumber daya lebih efektif. - Mengurangi efek samping pada penderita TB dengan pemakaian paduan obat
yang sesuai. - Menghindari terapi yang tidak adekuat Under treatment untuk mencegah
timbulnya resistensi. 2. Analisis hasil pengobatan.
3. Registrasi kasus secara benar.
2.2.6 Penyebaran dan Cara Penularan TB Paru
Kuman TB menyebar dengan mudah. Satu orang yang terinfeksi TB dapat menularkan kepada 10 - 15 orang, dan 10 diantaranya akan berkembang dan
menderita penyakit tuberculosis. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya melaui proses batuk. Faktor yang
memengaruhi kemungkinkan seseorang menjadi sakit TB atau tidak dipengaruhi beberapa faktor misalnya daya tahan tubuh yang rendah, gizi buruk dan sedang
menderita penyakit lainnya HIV dan diabetes melitus Cahyono, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak droplet nuclei pada waktu batuk atau
bersin. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama. Percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembap. Semakin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, semakin
menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut. Penularan dapat dikurangi dengan menggunakan ventilasi dan sinar matahari karena sinar matahari langsung dapat membunuh kuman TB Depkes RI, 2009.
2.2.7 Resiko Penularan TB Paru
Resiko penularan tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Penderita TB paru dengan BTA positif memberikan resiko penularan lebih besar dari
penderita TB paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection ARTI yaitu proporsi
penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1, berarti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia
bervariasi antara 1 - 3. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculosis negatif menjadi positif Depkes RI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Program Penanggulangan TB