Mengingatkan Penderita Untuk Periksa Ulang Dahak Memberi Penyuluhan Kepada Penderita tentang Penyakit TB Paru

Informan tersebut menyatakan bahwa dia jarang berobat karena mempunyai sakit magh dan sakit gula atau diabetes melitus. Selain itu informan tersebut juga masih merokok pada saat menjalani pengobatan, sementara petugas telah memberikan penjelasan mengenai larangan pada saat minum obat. Alasan lain mengapa informan tersebut berhenti merokok dikarenakan kepalanya pusing setelah minum obat dan air seninya berwarna kemerahan sehingga ia memutuskan untuk berhenti berobat. Selain karena efek samping OAT, penderita tersebut juga tidak memiiki istri ataupun anak yang tinggal satu rumah dengannya sehingga tidak ada yang mengingatkan ataupun menggantikan penderita untuk mengambil obat ke puskesmas. Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas, dapat terlihat bahwa motivasi dan dorongan dari PMO khususnya pihak keluarga sangat berperan penting dalam kesembuhan TB Paru. Dengan kinerja PMO yang baik, diharapkan penderita akan lebih termotivasi untuk menjalani pengobatan dengan teratur sehingga ia bisa sembuh dari penyakitnya.

5.3 Mengingatkan Penderita Untuk Periksa Ulang Dahak

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kesehatan Puskesmas Medan Area Selatan, ada sebagian penderita yang tidak patuh dalam menjalani pengobatan TB Paru ini, seperti tidak mengikuti jadwal pemeriksaan dahak yang telah disepakati dengan petugas. Sebagian besar penderita yang telah menjalani pengobatan selama 6 bulan, tidak memeriksakan dahakya pada akhir pengobatan. Adapun yang menjadi Universitas Sumatera Utara penyebab pasien tdak memeriksakan dahaknya pada akhir pengobatan dikarenakan responden sudah merasa sembuh dan tidak dapat mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan dahak terakhir. Selain itu, PMO khususnya keluarga juga sering lupa untuk mengingatkan penderita supaya memeriksakan ulang dahaknya pada akhir pengobatan. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut merasa penderita sudah benar- benar sembuh jika sudah menjalani pengobatan selama 6 bulan. Untuk peran PMO yang satu ini, hal ini telah dilakukan pada penderita yang telah sembuh. PMO dari penderita ini selalu mengingatkan untuk minum obat. Walaupun penderita pernah putus berobat, hal ini menjadi penyemangat bagi PMO untuk selalu mengingatkan minum obat pada 6 bulan kedua. Setelah berobat 6 bulan, PMO mengingatkan penderita dalam hal ini adalah anaknya untuk memeriksakan kembali dahaknya apakah masih BTA positif atau sudah sembuh. Hal ini tentunya sangat berperan besar dalam kesembuhan penyakit TB Paru.

5.4 Memberi Penyuluhan Kepada Penderita tentang Penyakit TB Paru

Berdasarkan hasil wawancara kepada petugas yang menangani masalah TB di Puskesmas Medan Area Selatan, diketahui bahwa kegiatan penanggulangan TB lebih banyak dilaksanakan di Puskesmas. Petugas menyatakan bahwa OAT selalu tersedia di Puskesmas. Selain itu, petugas TB juga memberikan penjelasan dan penyuluhan secara perorangan kepada penderita TB yang datang berobat ke puskesmas. Untuk pemantauan dan pengawasan kepada penderita TB berupa kunjungan ke rumah telah Universitas Sumatera Utara dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu informan, “Iya, langsung datang, kenapa gak berobat lagi, saya gak batuk-batuk lagi, ah kau merokok kau, jadi marah dia, merokok aja kau, nanti kalau sakit kau cemana lagi itu, eee… gitu dia bilang sama saya.” Dari pernyataan informan tersebut, dapat diketahui bahwa petugas TB sering berkunjung ke rumah penderita untuk menanyakan kelangsungan pengobatan. Penyuluhan yang dilakukan secara perorangan tentunya sangat berpengaruh terhadap kesembuhan penderita TB. Hanya saja pemantauan yang dilakukan kepada penderita, tidak dibarengi dengan pemantauan dan penyuluhan yang diberikan kepada PMO sehingga berakibat kepada PMO yang kurang memahami tugas dan fungsinya. Selain itu, pernyataaan tertulis dari keluarga penderita yang bersedia menjadi PMO juga telah jarang dilaksanakan oleh pihak puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara, pernyataan tertulis pernah dilakukan oleh pihak puskesmas, namun hal tersebut sudah jarang dilakukan pada saat ini, informan dari Puskesmas menyatakan : “Pasti, iya, eee… itu ada, sudah pernah ada dilakukan gitu, cuman masalahnya kan kadang- kadang orang penderita ini pindah, ya tidak ber.. tidak eee…. apa namanya, tidak disiplin ya atau kebanyakan keberhasilan, eee… ketidakberhasilaan pengobatan itu karena ketidakdisiplinan daripada apanya, pasiennya untuk minum obat, ya bisa misalnya dia pigi ke luar kota dia gak sediakan obatnya gitu, atau dia pergi misalnya satu minggu ke.. ke tempat keluarga, nginap di tempat keluarga dia gak sediakan obatnya, kira-kira itu. Salah satu informan dari PMO menyatakan: “Enggak ada” Universitas Sumatera Utara PMO yang lain menyatakan: “Setau ibuk, gak ada dek.” Secara administrasi, fungsi dari pernyataan tertulis adalah untuk memastikan dan penegasan kebersediaan khususnya dari pihak keluarga untuk menjadi Pengawas Minum Obat PMO yang dalam hal ini memiliki tugas dan bertanggungjawab untuk mengawasi penderita setiap kali menenelan obat, mendorong penderita agar berobat teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak, serta memberi penyuluhan kepada penderita mengenai penyakit TB paru. Hal ini hendaknya jangan hanya sekedar fomalitas, akan tetapi juga dapat benar-benar terlaksana di lapangan. Dalam mencapai kesembuhan TB diperlukan kerjasama dari berbagai pihak diantaranya dari petugas, penderita TB, dan pengawas minum obat PMO. Dengan adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak diharapkan kesembuhan TB akan tercapai.

5.5 Kepatuhan Minum Obat