BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik Pierce, untuk memaknai suatu karikatur pada
media cetak yaitu surat kabar, yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah keserakahan koruptor yang terdapat pada Jawa Pos Edisi 17 September
2009. Oleh karena itu peneliti yang melakukan studi analisis isi kualitatif harus
memperhatikan beberapa hal: pertama adalah konteks atau situasi social diseputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini, peneliti diharapkan dapat memahami the
nature atau kealamiahan dan culture meaning atau makna cultural dari artifact atau teks yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media
atau isi pesannya dikreasi secara actual dan diorganisasikan secara bersama. Ketiga adalah emergence, yakni pembentukan secara gradualbertahap dari makna
sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi. Penelitian ini menggunakan model semiotik Pierce, karena Pierce dalam hal ini lebih memperhatikan realita
makna. Dengan demikian penelitian ini temrasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda digunakan.
29
30
3.2. Kerangka Konseptual
3.2.1. Corpus
Didalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang
ditentukan pada perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin Kurniawan.2001:7.
Corpus adalah kata lain dari sampel, bertujuan tetapi khusus digunakan untuk analisis semiologi dan analisis wacana. Pada penelitian kualitatif ini
memberikan peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi alternatif. Corpus dari penelitian ini adalah karikatur “Cicak Vs Buaya” di Surat Kabar Jawa Pos Edisi
17 September 2009. penelitian ini meneliti tentang karikatur Cicak vs Buaya berikut ini deskripsi tentang hewan Cicak dan buaya. Cicak termasuk hewan
melata. Dengan alur yang dimiliki, memungkinkan cicak dapat menempelkan kakinya di dinding dan berjalan tanpa terpeleset. Ciri lain dari cicak adalah
kemampuan memutuskan ekornya. Hal ini dilakukan cicak untuk melindungi diri dari musuhnya. Cicak akan memutuskan ekor, kemudian ekor tersebut akan
bergerak-gerak untuk mengalihkan perhatian musuh. Sementara itu, cicak dengan ekor yang putus akan leluasa untuk meloloskan diri. Untuk memperoleh makanan,
cicak mempunyai ciri khusus berupa lidah yang panjang dan lengket. Bentuk lidah ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang terbang.
31
Buaya adalah sejenis hewan adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air.
Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae,
termasuk pula buaya ikan Tomistoma schlegelii. Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau,
rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang
seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, terkadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang
hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus Kamus Wikipedia
3.2.2. Unit Analisis
Unit analisis data dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur yang
dimuat di Surat Kabar Jawa Pos, kemudian diinterpretsikan dengan menggunakan
ikon icon, indeks index, dan symbol symbol.
3.2.2.1. Ikon
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara
tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur yang dimuat di Surat Kabar Jawa Pos adalah cicak dan buaya.
32
3.2.2.2. Indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda
yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dapat disebut juga sebagai tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya
tetap. Kata – kata yang memiliki hubungan indeksikal masing –masing memiliki ciri utama secara individual. Ciri tersebut antara yang satu dengan yang lain
berbeda dan tidak dapat saling menggantikan. Sobur 2006:159. Indeks dalam karikatur yang dimuat di surat kabar Jawa Pos adalah teks cicak, buaya, saya
cicak, dan sementara kalah lawan buaya. Dalam karikatur ini indeksnya adalah cicak adalah hewan melata yang masih satu ras dengan buaya hanya cicak bukan
hewan buas cicak dan buaya sama – sama mempunyai ciri-ciri yaitu sam-sama hewan melata.
3.2.2.3. Simbol
Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda keserakahan dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau
semena, hubungan berdasarkan konvensi perjanjian masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat di surat kabar Jawa Pos ini adalah lingkaran yang
melingkari cicak dan buya, serta ekor buaya yang menjerat leher cicak.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan mengamati karikatur yang dimuat di surat kabar Jawa Pos secara
33
langsung serta melakukan studi pustaka untuk melengkapi data-data dan bahan- bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi.
3.4. Teknis Analisis Data
Analisis Semiotika pada corpus penelitian pada karikatur ”Cicak Vs Buaya” setelah melalui tahapan pengkodean maka selanjutnya peneliti akan
menginterpretasikan tanda-tanda tersebut untuk ditahui pemaknaannya. Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam karikatur
surat pembaca, peneliti mengamati signs atau system tanda yang tampak dalam Iklan, kemudian memaknai dan menginterpretasikannya dengan menggunakan
metode semiotik Pierce, yang terdiri dari : 1.
Obyek Adalah gambar atau karikatur itu sendiri. Obyek dalam penelitian ini adalah
karikatur “Cicak Vs Buaya” di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 17 September 2009.
2. Sign
Adalah segala sesuatu yang ada dalam gambar karikatur tersebut. Sign dalam penelitian ini adalah teks cicak, buaya, saya cicak, teks sementara kalah lawan
buaya, lingkaran yang melingkari cicak dan buya, serta ekor buaya yang menjerat leher cicak.
3. Interpretant
Adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretant dalam penelitian ini adalah hasil interpretasi dari
peneliti.
34
Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon ikon, index indeks, dan symbol simbol. Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut: 1.
Ikon Icon Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat
bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam
karikatur yang dimuat di Surat Kabar Jawa Pos adalah cicak dan buaya. 2.
Indeks Index Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam karikatur yang dimuat di
surat kabar Jawa Pos adalah teks cicak, buaya, saya cicak, dan sementara kalah lawan buaya.
3. Simbol Symbol
Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan
berdasarkan konvensi perjanjian masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat di surat kabar Jawa Pos ini adalah lingkaran yang melingkari cicak dan
buya, serta ekor buaya yang menjerat leher cicak.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Harian Jawa Pos
Jawa Pos merupakan surat kabar harian yang berpusat di Surabaya dan terbesar di Jawa Timur. Surat kabar tersebut termasuk salah
satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasinya menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Ia mengklaim sebagai Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya. Terkait sejarah, Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1
Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu, The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap
hari ia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Begitu sukses, The Chung Shen
mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Meski kemudian, bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya
mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800
eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya
memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi
35