17
ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum Sobur, 2003:140
2.1.3. Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar
dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Semiotika
merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalm bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua
segi kehidupan manusia. Sehingga Derrida dalam Kurniawan, 2008 : 34, mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa,
“there is nothing outside language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting
dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan bertahan hidup” Widagdo dalam Kruniawan,
2008. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan
18
bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semilogi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity
memaknai hal-hal things. Memakai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan denagn mengkomunikasikan to communicate.
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonsitusi sistem terstruktur dari tanda Kurniawan, 2001 dalam Sobur, 2006:15
2.1.4. Semiotik Charles Sanders Peirce
Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce 1839-1914 dan Ferdinand de Saussure 1857-1913, yang pada
perkembangannya sangat mempengaruhi model-model berikutnya. Peirce menekankan pada hubungan antara tanda, obyek dan peserta komunikasi.
Hubungan antara ketiga unsur tersebut adalah untuk mencapai suatu makna, terutama antara tanda dan obyeknya. Karena itu hubungan antara
ketiganya disebut hubungan makna. Bila Peirce menekankan pada fungsi logika tanda, maka Sausssure yang dianggap sebagai pendiri lingusitik
modern, lebih menekankan pada hubungan dari masing-masing tanda, dan menurut Saussure tanda merupakan obyek fisik yang penuh dengan
berbagai makna. Saussure tidak terlalu memperhatikan realitas dari makna seperti yang dikemukakan oleh Peirce. Bintoro, 2002:12
19
Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema ”Keserakahan Koruptor” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses
pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda –tanda gambar, kata-kata, dan lainnya dalam format sebuah kartun
editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat dipandang, dituangkan dan
dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan siatuasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang
kemudian dijadikan alasan penggunaan model semiotik Peirce, karena Peirce dalam hal ini lebih memperhatikan realita makna. Dengan demikian
penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat kode- kode dan tanda-tanda digunakan.
Teori semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan obyek yang
dirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Preirce menelaskan modelnya sebagai berikut:
”A sign is something which stands to somebody for something in the respect or capacity. It addresses somebody,that is, creates in
the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call the interpretant of
the first sign. The sign for something, its object. Tanda adalah sesuatu yang memberi arti atas sesuatu bagi seseorang. Tanda
ditujukan kepada seseorang, karenanya membuat seseorang menciptakan tanda yang ekuivalen atau tanda yang lebih
berkembang di dalam benaknya. Tanda yang diciptakan itu saya sebut interpretant dari tanda yang pertama. Tanda memberi arti
atas sesuatu yang disebut obyek.” Fiske, 1985:45
20
Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga seperti berikut:
Gambar 2.1. Model Semiotik Peirce
Sumber: Fiske 1990:42 Sign
Interpretant Obyek
Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk
pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu obyek dipahami oleh seseorang. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang
tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda
terhadap sebuah obyek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang maka muncul makna tentang sesuatu yang diwakili
oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretanlah yang paling sulit dipahami. Interpretan adalah tanda sebagaimana diserap oleh benak kita,
sebagai hasil penghadapan kita dengan tanda itu sendiri.
21
Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon ikon, index indeks, dan symbol simbol. Ketiga kategoru tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.2. Model Kategori Tanda
Icon
Index Simbol
Sumber: Fiske 1990:47
Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari hakekat tanda. Peirce mengungkapkannya sebagai berikut:
1. Ikon
Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat bersamaan bentuk alamiah berupa hubungan kemiripan. Misalnya
adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau
yang ada dalam peta tersebut. 2.
Indeks Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara
tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,
22
atau atnda yang langusng mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah asap sebagai tanda adanya api.
3. Simbol
Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan acuannya berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian. Misalnya
orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara konvensional.
Sobur, 2003:41
2.1.5. Komisi Pemberantasan Korupsi