39
Vs Buaya” dalam koran Jawa Pos tersebut digunakan oleh peneliti untuk menginterpretasikan sistem tanda dalam penelitian ini.
4.3. Analisis Data
4.3.1. Klasifikasi Tanda dalam Semiotika Pierce
Semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa.Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan
merasuk pada semua segikehidupan umat manusia. Charles Sanders Peirce yang merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika
modern Amerika menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda.
Tanda yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal.
Semiotika adalah ilmu tanda, istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana : ‘kata’ adalah
tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan arsitektur atau
nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda. Dalam kehidupan sehari-hari kita tanpa sadar telah
mempraktekkan semiotika atau semiologi dalam komunikasi. Misalkan saja ketika kita melihat lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah
maka otomatis kita menghentikan kendaraan kita, dan kita memaknai lampu hijau artinya jalan. Atau pada rambu-rambu lalu lintas tanda P
40
dicoret maka kita tahu bahwa kita tidak boleh memarkirkan kendaraan di lokasi tersebut. Ketika kita memaknai tanda P dicoret itu, kita telah
berkomunikasi, kita telah melakukan proses pemaknaan terhadap tanda sign tersebut.
Charles Sanders Pierce sebagai tokoh terkemuka dalam dunia semiotika dengan teori tandanya membagi tanda menjadi sepuluh jenis,
selengkapnya sebagai berikut : 1.
Qualisign, yakni kualitas kedalaman makna yang dimiliki tanda. Sebagai contoh kata keras dapat menunjukkan kualitas tanda. Gambar
karikatur cicak vs buaya dalam surat kabar Jawa Pos edisi 17
September 2009 yaitu ”saya cicak sementara kalah lawan buaya”.
2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Gambar
karikatur cicak vs buaya dalam surat kabar Jawa Pos edisi 17 September 2009 yaitu gambar ”cicak dan buaya”. Adanya macam-
macam iconic sinsign yang terdapat pada gambar karikatur tersebut memiliki kemiripan dengan seekor cicak yang diibaratkan sebagai
KPK dan seekor buaya yang diibaratkan sebagai Polri.
3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman
langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan sesuatu. Misalnya : gambar seekor cicak
yang sebenarnya hanya seekor hewan kecil dan jinak digunakan
41
sebagai lambang untuk mereplikasikan lembaga elit bernama KPK dan gambar seekor buaya yang merupakan reptilia berukuran besar dan
buas digunakan sebagai lambang untuk mereplikasikan lembaga
kepolisian di negara Indonesia.
4. Discent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang
sesuatu. Misalnya : ”adanya pengakuan dari seekor cicak yang dalam hal ini adalah KPK yang menyatakan bahwa dirinya hanya sementara
KALAH melawan buaya POLRI.
5. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau
hukum. Misalnya : lembaga KPK yang ketika menghadapi perseteruan
dengan POLRI.
6. Rhematic Indexica Legisign, yakni tanda yang mangacu kepada obyek
tertentu. Misalnya : cicak dan buaya.
7. Dicent Indexica Legisign, tanda yang bermakna informasi dan
menunjuk subjek informasi. Misalnya teks ”KPK pada tubuh hewan
cicak dan POLRI pada tubuh hewan buaya”.
8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan
dengan obyeknya melalui asosiasi ide umum yaitu semua gambar yang terdapat pada gambar karikatur cicak vs buaya dalam surat kabar
Jawaos edisi 17 September 2009.
42
9. Dicent Symbol atau Proposion proporsi adalah tanda yang langsung
menghubungkan dengan obyek melalui asosiasi dalam otak. Pada kariaktur tersebut di tunjukkan oleh gambar cicak dan buaya dimana
pada masing-masing tubuh dari hewan tersebut terdapat teks KPK
pada cicak dan POLRI pada Buaya.
10. Argument, yakni tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap
sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Misalnya : pengakuan cicak yang menyatakan sementara kalah dari buaya pengakuan KPK yang
sementara kalah dari POLRI. 4.3.2.
Gambar karikatur ”Cicak Vs Buaya” Pada Harian Jawa Pos Edisi 17 September 2009 dalam Model Pierce
Menurut Pierce, sebuah tanda itu adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal
atau kapasitas. Suatu tanda, atau representamen, adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam kaitan atau kapasitas
tertentu. Tanda mengarah kepada seseorang, yakni menciptakan dalam pikiran orang itu suatu tanda lain yang setara, atau bisa juga suatu tanda
yang lebih terkembang. Tanda yang tercipta itu saya sebut interpretan dari tanda yang pertama. Suatu tanda yang pertama mewakili sesuatu, yaitu
objek-nya. Tanda mewakili objeknya tidak dalam sembarang kaitan, tetapi dalam kaitan dengan suatu gagasan tertentu.
43
Agar mempermudah pemahaman mengenai konsep tanda yang dikemukakan oleh Pierce tersebut maka di bentuklah konsep segitiga tanda
sebagaimana tertera pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.1. Konsep Segitiga Tanda Pierce
Apabila gambar tersebut lebih dicermati pada dasarnya terdapat
tiga komponen dalam definisi tanda Peirce, yaitu representamen sign, interpretan, dan objek. Karena itu, definisi tanda Peirce disebut triadik
bersisi tiga. Sesuatu dapat disebut representamen jika memenuhi dua syarat yakni bisa dipersepsikan baik dengan pancaindera maupun dengan
pikiran perasaan dan dapat berfungsi sebagai tanda. Untuk menguaraikan makna dari gambar karikatur “Cicak Vs
Buaya” Pada Harian Jawa Pos Edisi 17 September 2009 ini akan menjadi korpus penelitian terlebih dahulu akan dibagi menjadi unsur–unsur
komponen berdasarkan unit analisis dalam penelitian ini, yaitu :
44
1. Tanda Sign, dalam gambar karikatur ini adalah setiap bentuk
pemaknaan yang dapat ditimbulkan oleh gambar karikatur tersebut baik itu makna yang bersifat konotatif maupun yang bersifat denotatif.
2. Obyek Object, dalam penelitian ini adalah keseluruhan badan gambar
karikatur, mulai dari jenis gambar karikatur, bentuk gambar dan bentuk dari penyajian gambar karikatur tersebut.
3. Interpretan Interpretant, sebagai interpretan peneliti akan
menganalisa gambar karikatur yang akan dijadikan corpus, yaitu gambar karikatur “Cicak Vs Buaya” secara keseluruhan dengan
menggunakan hubungan antara tanda dengan acuan tanda dalam model kategori tanda yang dimiliki pierce, yaitu : ikon, indeks dan simbol
sehingga akan diperoleh makna dalam gambar karikatur tersebut. Apabila digambarkan hubungan antara tanda, obyek dan interpretan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2. Gambar Karikatur “Cicak vs Buaya”
dalam Elemen Makna Pierce Obyek
Karikatur Cicak vs Buaya
Interpretasi Tanda
Hasil interpretasi peneliti dalam melihat hubungan
antara tanda dan petanda Setiap bentuk penggambaran
yang dapat ditimbulkan oleh karikatur dan petanda
45
Gambar karikatur ”Cicak Vs Buaya” Pada Harian Jawa Pos Edisi 17 September 2009 merupakan obyek dalam penelitian ini dan
keseluruhan dari tampilan karikatur yang berupa gambar, teks dan warna yang menjadi latar belakang maupun visual dari gambar karikatur tersebut
merupakan tanda – tanda yang terkandung dalam suatu gambar. Gambar karikatur ”Cicak Vs Buaya” karikatur ini akan direpresentasikan dengan
menggunakan model Semiotik Pierce. Dalam semiotik Pierce sebuah
acuan dan representasi adalah fungsi utamanya.
4.3.3. Ikon, Indeks dan Symbol Tipologi Tanda