terbentuk permukaan yang keras disekitar luka yang melindungi jaringan- jaringan dibawahnya.
2. Inflamasi, di mana pada tahapan ini dimulai hampir sama dengan hemostatis.
Inflamasi terjadi antara beberapa menit hingga 24 menit setelah terjadinya luka. Pada tahapan ini, histamin dan serotonin dilepaskan ke area luka dan
mengaktifkan fagosit untuk memasuki area luka dan menelan sel-sel yang mati.
3. Migrasi, di mana pada tahapan ini tejadi pemulihan luka dimulai. Sel-sel
epitel dan fibroblas bergerak menuju area luka dan tumbuh dengan cepat dibawah lapisan yang keras untuk menggantikan jaringan yang telah rusak.
4. Proliferasi, tahapan ini terdapat tiga karakteristik. Pertama, jaringan granulasi
terbentuk karena pertumbuhan pembuluh kapiler. Kedua, pembuluh limfa memasuki luka, dan yang terakhir, sintesis kolagen mulai terjadi dan
memperkuat jaringan yang terluka. 5.
Maturasi, tahapan ini pembentukan lapisan akhir ditentukan oleh pembentukan jaringan penghubung seluler dan penguatan epitelium yang
baru.
C. Mengkudu Morinda citrifolia L.
Mengkudu memiliki nama lokal pace, kemudu, dan kudu Jawa; cengkudu Sunda; kodhuk Madura; wengkudu Bali. Mengkudu Morinda
citrifoliaL. termasuk jenis kopi-kopian. Tanaman mengkudu gambar 2 dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1.500 meter datas permukaan laut. Tanaman mengkudu dapat tumbuh didaerah tropis.
Gambar 2. Tanaman mengkudu Morinda citrifolia L. Redriguez,2008
Klasifikasi tanaman mengkudu ini adalah : Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledone Anak kelas
: Sympetalae Bangsa
: Rubiales Suku
: Rubiaceae Genus
: Morinda Spesies
: Morinda citrifolia Sitepu, 2012.
Tanaman mengkudu berupa perdu atau berbentuk pohon kecil dengan tinggi 3 m sampai 8 m, memiliki banyak cabangyang kaku kasar dan kulit batang
berwarna coklat. Daunnya bertangkai,berbentuk tunggal, dan berwarna hijau tua yang terletak bersilang berhadapan, bentuknya bulat telur lebar sampai berbentuk
elips panjangnya 10 cm sampai 40 cm dan lebarnya 5 cm sampai 17 cm. Helaian daun tebal, mengkilap, tepi daunnya rata, dan ujungnya meruncing dengan
pangkalan daun menyempit serta tulang daunnya menyirip Dalimartha, 2006. Hampir semua bagian dari tanaman mengkudu seperti daun, akar, batang,
dan buah mengkudu mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder yang memiliki manfaat bagi kesehatan manusia. Pada awalnya ilmuan menduga
hanya buah mengkudu yang memiliki efek yang baik, tetapi setelah ditelusuri ternyata bukan hanya buah tetapi bagian lain seperti daun, bunga, batang, dan akar
mengandung senyawa metabolit sekunder yang berkasiat sebagai obat Kandi, 2006. Bagian dari tanaman mengkudu yang sering digunakan adalah bagian daun
dan buah, dikarenakan banyaknya kandungan senyawa dalam bagian tersebut Nayak, Sandiford, and Maxwell, 2009.
Beberapa kandungan fitokimia yang telah diidentifikasi dari tumbuhan mengkudu adalah kandungan fenol, asam organik,
β-sitosterol, caroten, flavon glikosid, rutin, terpenoid, dan alkaloid Pal et al., 2012. Kandungan zat penting
dari mengkudu adalah anthraquinones, flavonol glycosides, idridoid glycosides, lipid glycosides, dan triterpenoids Su, Pawlus, Jung, Keller, McLaughlin, and
Kinghorn., 2005. Selain metabolit sekunder, mengkudu juga mengandung beberapa nutrien seperti protein, lipid, glukosa, fruktosa, potasium, sodium,
magnesium, kalsium, dan vitamin C. Selain itu, mengandung besi, zinc, selenium Suwardi, 2011, beta karoten, niasin, riboflavin, tiamin, beta sitosterol, dan asam
ursolat Waha, 2001.
Kandungan fitokimia yang terdapat pada daun mengkudu antara lain anthraquinones, carotenoids, Chlorophyll derivatives, flavonoids, iridoids,
triterpenoids, sterols, alkaloids, dan miscellaneous compounds Singh, 2012.
Mengkudu memiliki beberapa aktivitas biologi antara lain antibakterial, antifungal, antiviral, antihelmintic activity, antioxidant activity, antiobesity and
hypoglycemic effect, analgesik, hepatoprotektif, anti-inflamasi, cardiovascular activity, anxiolytic activity, hypotensive activity, wound healing activity, anti-
cancer activity, estrogenic activity, dan aktivitas imunologi Singh, 2012. Akhir-akhir ini telah dilaporkan bahwa mengkudu secara signifikan dapat
meningkatkan kecepatan kontraksi luka, meningkatkan kelenturan kulit sebagai akibat dari meningkatnya kolagen. Peningkatan berat kering granuloma dan
kekuatan granuloma sebagai indikasi pematangan yang baik dari kolagen karena meningkatnya cross-linking. Scar yang terjadi juga lebih dangkal. Semua ini
didukung secara histopatologi. Bukti tersebut memperkuat bahwa mengkudu mempercepat penyembuhan luka pada berbagai fase proses penyembuhan luka
Pal et al., 2012. Menurut Nayak et al. 2009, ekstrak etanol dari daun Morinda citrifolia secara signifikan meningkatkan kontraksi luka, kecepatan epitelisasi dan
berat jaringan granulasi, sehingga dengan pemberian ekstrak mengkudu dapat meningkatkan pembentukan kolagen dalam fase proliferasi penyembuhan luka.
Kandungan kimia dari daun mengkudu seperti triterpenoid dan flavonoid diketahui memegang peranan yang penting dalam penyembuhan luka,
dikarenakan kedua zat tersebut diketahui memiliki efek astringen, antimikroba,
dan antioksidan yang kuat sehingga diduga kuat bertanggungjawab dalam kontraksi luka dan peningkatan kecepatan dari epitelisasi Nayak et al., 2009.
Mekanisme senyawa metabolit sekunder yang dapat menyembuhkan luka antara lain:
1. Tannin dan triterpenoids, memiliki mekanisme penyembuhan luka dengan
cara membasmi radikal bebas, serta memiliki efek astringen dan antimikroba Soni and Singhai, 2002.
2. Flavonoids, merupakan antioksidan kuat dan efek pembasmi radikal bebas,
memperbesar level enzim antioksidan pada jaringan glukoma Soni and Singhai, 2002. Senyawa flavonoid memiliki mekanisme spesifik pada proses
penyembuhan luka yang berkaitan erat dengan fibroblas. Fibroblas merupakan salah satu komponen utama yang dapat membentuk jaringan baru,
di mana fibroblas membantu dalah pembentukan serabut kolagen hingga terbentuk jaringan baru yang kuat. Mekanisme kerja senyawa lain antara lain:
a. Menghambat ekspresi dari TNF-α Tumor Necrosis Factor-α, di mana
peran dari TNF- α adalah memediasi terjadinya apoptosis dari sel
fibroblas. Pengambatan TNF- α dapat meningkatkan jumlah fibroblas.
b. Meningkatkan ekspresi dari reseptor IGF-1 Insulin Growth Factor-1, di
mana peran dari IGF-1 sebagai mediator proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen.
c. Menghambat pengeluaran enzim degradatif dari sel neutrofil sehingga
tidak terjadi kerusakan sel fibroblas yang banyak.
Mekanisme penyembuhan luka dari senyawa flavonoid memiliki efek yang saling bersinergi dengan aktivitas antibakteri, di mana aktivitas antibakteri
dapat mengurangi terjadinya perpanjangan proses proinflamasi, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka Rahmayani, 2013.
3. Saponins, memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, berpengaruh pada
kontraksi luka dan meningkatkan kecepatan epitelisasi Soni and Singhai, 2002.
D. Ekstraksi