wadah, serta mudah diaplikasikan pada luka terbuka insisi. Viskositas gel yang diinginkan yaitu 150-200 d.Pa.s.
h. Daya sebar merupakan merupakan salah satu bentuk sifat fisik gel di mana
gel tersebut dapat mudah diaplikasikan atau dioleskan pada kulit, di mana 1 gram gel ditimpa kaca bundar dan dibebani dengan berat 125 gram dan
didiamkan 1 menit. Daya sebar gel yang diinginkan yaitu 4-6 cm i.
Luka insisi pada hewan uji merupakan luka yang dibuat dengan menggunakan silet sekali pakai secara horisontal, yang sebelumnya hewan
uji dianestesi dengan menggunakan ketamin hidroklorida 10. j.
Perubahan panjang luka insisi merupakan nilai yang didapatkan dari selisih panjang luka pada hari ke-0 hingga ke-7, di mana panjang yang
didapatkan diharapkan semakin kecil.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mengkudu Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, etanol
70 pharmaceutical
grade, propilen
glikol pharmaceutical grade, karbopol 940 pharmaceutical grade, kloroform
pharmaceutical grade, trietanolamin pharmaceutical grade, metil paraben pharmaceutical grade, dan akuades. Semua bahan diperoleh dari Laboratorium
Formulasi Teknologi Sediaan Padat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ketamin hidroklorida 10 Bravo Pet Shop, salep betadine®, 25
ekor tikus jantan galur wistar dengan berat 150-200 gram UD. Tiput Abadi Jaya Peternakan Hewan Uji .
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah glasswares Pyrex- Germany, timbangan analitik merk Mettler Toledo, orbital shaker Optima,
rotary evaporator Buchi Labortechnik AG CH-9230, mixer Philips, viscotester seri VT04 RION-Japan, Laminar Air Flow LAF, pH universal indikator merk
Macherey-Nagel, batang pengaduk, sendok, penangas air waterbath Memmert, jarum suntik, serta silet.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan ekstrak daun mengkudu Morinda citrifolia L.
a. Pembuatan ekstrak kental daun mengkudu. Serbuk yang telah
didapatkan, ditimbang sebanyak 180 gram dan dilarutkan dengan 540 ml etanol 70. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi.
Campuran yang telah disiapkan, kemudian dimaserasi dalam suhu ruang selama 3 hari. Selanjutnya campuran disaring dengan menggunakan
kertas saring Nayak et al., 2007. Lalu dilakukan remaserasi menggunaan 540 ml etanol 70 selama 3 hari, dan dilakukan
penyaringan kembali. Filtrat pertama dan kedua digabungkan, kemudian dilakukan pengentalan dengan menggunakan rotary evaporator selama
1,5 jam dengan suhu 55
o
C. Ekstrak hasil pengentalan diletakkan pada
cawan porselen dan diuapkan di atas waterbath selama 7 jam, hingga mendapatkan ekstrak kental.
b. Standarisasi dan uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu. Ekstrak daun
mengkudu yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan standarisasi ekstrak dan uji kuantitatif senyawa flavonoid di Laboratorium Penelitian
dan Pengembangan Terpadu LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Uji aktivitas penyembuh luka ekstrak mengkudu
Enam ekor tikus wistar dengan berat 150-200 gram dibius dengan menggunakan ketamin hidroklorida 10 secara intravena 120 mgBB.
Keenam hewan uji tersebut diberi label dengan membaginya ke dalam 2 kelompok yaitu 3 ekor hewan uji untuk kontrol negatif dan 3 ekor hewan
uji untuk perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun mengkudu. Selanjutnya bulu pada bagian dorsal hewan uji dicukur hingga bersih
dengan menggunakan silet sekali pakai. Setelah itu, dilakukan pembentukan area luka yang sebelumnya ditandai dengan membentuk
garis menggunakan spidol marker. Luka dibuat secara insisi dengan panjang luka 5 cm dan
kedalaman 2 mm. Selanjutnya, dilakukan proses pembentukan luka dengan menggunakan silet steril. Setelah dilakukan pembuatan luka, untuk
kelompok I kontrol negatif tidak diberikan perlakukan pada luka hewan uji, sedangkan untuk kelompok II kelompok perlakuan diberikan
perlakuan pada luka hewan uji dengan memberikan ekstrak daun
mengkudu. Setiap hari panjang luka diukur dan diberi ekstrak daun mengkudu yang dilakukan setiap hari hingga luka menutup sempurna.
Pengukuran luka dilakukan selama 7 hari.
3. Formula gel
a. Formula. Formula yang digunakan dalam percobaan ini mengacu pada
formula polyherbal gel for wound healing Patel, Patel, and Patel, 2011.
Tabel I. Formula polyherbal gel for wound healing100 g Komposisi
Jumlah g
Ekstrak C. asiatica Ekstrak C. longa
Ekstrak T. arjuna Karbopol 934
Propilen glikol Etanol
Trietanolamin Akuades ad
2 2
2 2
2 5
Secukupnya hingga basis gel netral 100
Pada percobaan ini, dilakukan modifikasi dan optimasi terhadap formula gel di atas sehingga didapatkan formula baru sebagai berikut:
Tabel II. Formula gel ekstrak daun mengkudu 100 g Komposisi
A g B g
C g D g
Ekstrak Morinda citrifolia L.
Karbopol 940
Propilen glikol Metil paraben
Trietanolamin Akuades
5,0 0,5
2,0 0,1
1,5
90,9 5,0
1,0 2,0
0,1 1,5
90,4 5,0
1,5 2,0
0,1 1,5
89,9 5,0
2,0 2,0
0,1 1,5
89,4 Keterangan:
A : formula dengan karbopol 940 0,5 B : formula dengan karbopol 940 1,0
C : formula dengan karbopol 940 1,5 D : formula dengan karbopol 940 2,0
b. Pembuatan gel. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan gel
ditimbang sesuai dengan formula. Karbopol 940 dikembangkan dalam 50 mL akuades selama 24 jam. Pada beaker glass lain, metil paraben
dilarutkan dalam propilen glikol, hingga terlarut sempurna. Campuran
propilen glikol dan metil paraben ditambahkan kedalam karbopol 940 yang telah dikembangkan, lalu diaduk dengan mixer hingga homogen.
Ekstrak daun mengkudu ditambahkan dalam campuran karbopol 940, kemudian diaduk kembali. Sisa akuades ditambahkan sedikit demi sedikit
dan dilakukan pengadukan hingga homogen. Trietanolamin TEA ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk. Sesekali di lakukan
pengecekan pH, hingga didapatkan pH sekitar 6, sesuai dengan pH kulit. Sediaan dimasukkan dalam wadah yang sesuai.
4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel
a. Uji organoleptis dan homogenitas
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, dan warna gel 48 jam setelah pembuatan dan selama waktu penyimpanan 28
hari. Pengujian ini dapat diamati dengan menggunakan teknik observasi visual.
b. pH
Pengukuran pH gel ekstrak daun mengkudu dilakukan dengan menggunakan pH indikator, yaitu dengan memasukkan pH universal yang
berbentuk strip ke dalam gel, kemudian ditentukan pH-nya dengan membandingkan warnanya dengan standar warna yang ada. Pengukuran
pH dilakukan 48 jam setelah pembuatan 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari penyimpanan.
c. Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan setelah 48 jam pembuatan gel dan selama penyimpanan 28 hari tiap minggu. Masing-masing formula gel ditentukan
viskositasnya dengan menggunakan alat Viscotester Rion seri VT04 dengan menggunakan kecepatan 100 rpm dan menggunakan ukuran rotor
skala 2. Nilai viskositas diperoleh dengan mengamati gerakan jarum penunjuk pada viscotester setelah jarum stabil. Replikasi dilakukan 3 kali.
d. Uji daya sebar
Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang sebanyak 1 gram dan diletakkan pada horisontal plate lempeng kaca
bulat berskala bagian tengah. Gel tersebut ditutup dengan menggunakan lempeng kaca bulat lain dan diberi pemberat, sehingga berat kaca bulat
dan pemberat 125 gram. Lalu didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter sebarnya. Replikasi dilakukan 3 kali. Pengukuran daya sebar gel
dilakukan setelah 48 jam pembuatan dan selama penyimpanan 28 hari tiap minggu. Uji daya sebar sediaan gel dilihat dari luas area penyebaran
dengan rumus π.r
2
.
5. Uji iritasi gel ekstrak daun mengkudu
Uji iritasi dilakukan dengan menggunakan tikus Wistar dengan bobot 150-200 gram. Bulu tikus dicukur sebelum dilakukan percobaan.
Pengujian iritasi ini terdapat 3 kelompok tikus yang masing-masing berjumlah 3 yaitu kelompok perlakuan I kulit hewan uji diolesi dengan
menggunakan ekstrak daun mengkudu, kelompok perlakuan II yang kulit
hewan uji diolesi dengan menggunakan gel dengan ekstrak daun mengkudu formula B, dan kelompok perlakuan III kontrol negatif kulit
hewan uji diolesi dengan basis gel,. Hewan uji diamati selama 7 hari yang diamati secara visual keberadaan eritema dan edema.
6. Uji aktivitas penyembuh luka gel ekstrak daun mengkudu
Sembilan ekor tikus wistar dengan berat 150-200 gram dibius dengan menggunakan ketamin hidroklorida 10 secara intravena 120
mgBB. Sembilan hewan uji tersebut diberi label dengan membaginya ke dalam 3 kelompok yaitu 3 ekor hewan uji untuk kontrol negatif, 3 ekor hewan
uji untuk perlakuan dengan menggunakan gel ekstrak daun mengkudu, dan 3 ekor hewan uji untuk kontrol positif dengan salep betadine®. Selanjutnya
bulu pada bagian dorsal hewan uji dicukur hingga bersih dengan menggunakan silet sekali pakai. Setelah itu, dilakukan pembentukan area luka
yang sebelumnya ditandai dengan membentuk garis menggunakan spidol marker. Luka dibuat secara insisi dengan panjang luka 5 cm dan kedalaman 2
mm. Selanjutnya, dilakukan proses pembentukan luka dengan menggunakan silet steril. Setelah dilakukan pembuatan luka, untuk kelompok I kontrol
negatif diberikan perlakuan pada luka hewan uji dengan memberikan basis gel, untuk kelompok II kelompok perlakuan diberikan perlakuan pada luka
hewan uji dengan memberikan gel ekstrak daun mengkudu formula B, dan kelompok III kontrol positif diberikan perlakuan pada luka hewan uji
dengan memberikan salep betadine®. Setiap hari panjang luka diukur dan
diberi gel pada masing-masing luka setiap hari hingga luka menutup sempurna. Pengukuran luka dilakukan selama 7 hari.
F. Analisis Data