5
B. Perumusan Masalah
Masalah yang ingin diteliti di sekolah SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta dengan menggunakan metode pembelajaran Berbasis Proyek
adalah: 1.
Bagaimana pemahaman awal siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tentang zat dan wujudnya sebelum menggunakan Metode
Berbasis Proyek? 2.
Bagaimana pemahaman akhir siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tentang zat dan wujudnya setelah menggunakan metode
Berbasis Proyek? 3.
Bagaimana peningkatan pemahaman siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tentang zat dan wujudnya dengan menggunakan metode
Berbasis Proyek?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.
Pemahaman awal siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tentang zat dan wujudnya sebelum menggunakan metode Berbasis Proyek.
2. Pemahaman akhir siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tentang
zat dan wujudnya setelah menggunakan metode Berbasis Proyek. 3.
Peningkatan pemahaman siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tentang zat dan wujudnya dengan menggunakan metode Berbasis
Proyek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Berbasis Proyek yang dilakukan dapat bermanfaat:
1. Bagi Guru
1. Metode Berbasis Proyek dapat digunakan untuk alternatif pembelajaran di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta oleh guru IPA.
2. Guru IPA dapat menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek untuk materi IPA yang lain.
2. Bagi Siswa
Siswa dapat belajar IPA lebih aktif
3. Bagi Penelitian
Menambah hasil penelitian pendidikan IPA. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Konstruktivis
1. Filsafat Konstruktivisme
Filsafat Konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi.Menurut filsafat
konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentuk konstruksi kita yang sedang menekuninya.Bila yang sedang menekuni adalah siswa, maka
pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri.Maka pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada di luar kita, tetapi sesuatu
yang harus kita bentuk sendiri dalam pikiran kita.Jadi pengetahuan itu selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan
berpikir seseorang.Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari subyek, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman
ataupun dunia sejauh dialaminya. Proses penentukan itu berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu
pemahaman yang baru Piaget, dalam Suparno, 2007: 8. Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang
yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan
suatu proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus berkembang. Semakin luas, lengkap, dan sempurna. Pembentukan pengetahuan jelas bukan
8
sekali jadi, tetapi bertahap Suparno, 2007.
2. Sosiokulturalisme Vygotsky
Vygotsky meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak secara psikologis. Dia menekankan pentingnya interaksi sosial
dengan orang – orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik
dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik Cobb, dalam Suparno, 2007: 11. Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu
berinteraksi dengan para ahli dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.Dalam interaksi dengan mereka
itulah, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya lebih sesuai dengan konstruksi para ahli.
Menurut sosiokulturalis, kegiatan seseorang dalam mengerti sesuatu selalu dipengaruhi oleh partisipasinya dalam praktek
– praktek sosial dan kultur yang ada, seperti situasi sekolah, masyarakat, teman, dll.
Situasi sekolah jelas dapat membantu dan menghambat siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan.Masyarakat dapat juga memacu siswa
mengerti, tetapi juga menghalangi. Menurut Cobern Suparno, 2007: 11, konstruktivisme adalah kontektual .
9
B. Pembelajaran Berbasis Proyek
Model pembelajaran Berbasis Proyek merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah bermakna, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan
presentasi produk nyata. Model Pembelajaran Berbasis Proyek juga dapat meningkatkan keyakinan diri para siswa, motivasi untuk belajar, kemampuan
kreatif, dan mengagumi diri sendiri Santyasa, 2006 Menurut Thomas 2000: 1, pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelolah pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Menurut Thomas 2000: 1, model pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tugas - tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan menghasilkan
produk karya siswa. Depdiknas 2003: 7 menegaskan bahwa pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran yang komprehensif dimana lingkungan belajar siswa kelas
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pembelajaran, dan melaksanakan
tugas bermakna lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Melalui project – based learning PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun a guiding question dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
berbagai subjek materi dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek PBP merupakan strategi pembelajaran
yang menggunakan proyekkegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan strategi pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan - kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran
Berbasis Proyek memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu mengembangkan
kreativitasnya melalui
pengembangan inisiatif
untuk menghasilkan produk nyata berupa barang jasa Bender 2012
Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat
disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasisi proyek project - based learning adalah suatu model yang menekankan siswa untuk dapat belajar secara mandiri dengan
memecahkan masalah yang dihadapi serta siswa juga dapat menghasilkan suatu proyek atau karya nyata. Pembelajaran berbasis proyek project based
learning = PjBL adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Guru menugaskan peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah
sebagai pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
11
Proyek dalam pembelajaran Berbasis Proyek tidak ditentukan oleh hasil belajar yang didapatkan oleh siswa saja, namun juga dilihat pada proses
dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Adapun implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek mengikuti enam langkah yaitu: membentuk kelompok dan orientasi tema, merancangkan
kegiatan kelompok, melaksanakan investigasi, merencanakan laporan, mempresentasikan laporan dan evaluasi.
1. Langkah - Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah - langkah pembelajaran Bioners 2014: 4 dalam Implementasi kurikulum 2013 adalahsebagai berikut:
a. Mulai dengan Pertanyaan Mendasar Start with the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas.Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam.Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan
akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyan - pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek. c.
Menyusun Jadwal Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada
tahap ini antara lain: 1
Membuat jadwal waktu untuk menyelesaikan proyek;
2 Membuat batas waktu penyelesaian proyek;
3 Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru;
4 Membimbing peserta didik ketika mereka membuat
langkah yang tidak berhubungan dengan proyek; 5
Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan alasan tentang pemilihan suatu cara;
d. Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek Monitor the Students and the Progress of the Project
Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
13
mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting. e. Menguji Hasil Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing - masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f. Mengevaluasi Pengalaman Evaluate the Experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang
sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan
dan pengalamannya
selama menyelesaikan
proyek. Pengajar
dan peserta
didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru new inquiry untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
2. Karakter Pembelajaran Berbasis Proyek Bioners, 2014: 8
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
14
b. Adanya permasalahan atau tantangan tentang sebuah kerangka kerja.
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan. d.
Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengolah informasi untuk memecahkan permasalahan.
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas
yang sudah dijalankan. g.
Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kuantitatif.
h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
3. Hambatan Pembelajaran Berbasis Proyek Bioners, 2014 : 11
a. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek; b.
Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
c. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional,
dimana instruktur memegang peran di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak
menguasai teknologi. d.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah. Untuk itu disarankan menggunakan team
15
teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton.
4. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek Bioners, 2014: 12
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai;
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah;
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem - problem yang kompleks; d.
Meningkatkan kolaborasi;
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi; f.
Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelolah sumber;
g. Memberikan pengelaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber - sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas; h.
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan sumber - sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan sesuai dunia nyata;
16
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata;
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
5. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek Bioners, 2014: 12
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah;
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak;
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
di mana instruktur memegang peran utama di kelas; d.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan; e.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan;
f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok; g.
Ketika topik yang diberikan kepada masing - masing kelompok berbeda, dikwatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan;
6. Mengatasi Kelemahan dari Pembelajaran Bebasis Proyek Bioners, 2014: 13
a. Seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara
memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah; b.
Membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang
terdapat di lingkungan sekitar; d.
Memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya;
e. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran;
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaboratif dan refleksi.Menurut
penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk
meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas.Siswa juga menjadi lebih
percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pembelajaran Berbasis Proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak - anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka
pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias
peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
C. Pemahaman Konsep
Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Pemahaman adalah suatu
bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dibicarakan. Seseorang dikatakan dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan suatu situasi, menafsirkan grafik, mengubah hukum kedalam
persamaan matematis, mengubah persamaan matematis kedalam kalimat, dan menafsirkan tabel Imina Umi Purwanti, 2002: 17. Fisika pada hakekatnya
merupakan akumulasi hasil keilmuan berupa konsep – konsep fisika, prinsip,
hukum, dan teori yang diperoleh melalui proses keilmuwan dan sikap keilmuwan. Maka memfasilitasi siswa, dapat diartikan sebagai proses siswa
membangun konsep, hukum dan teori. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan yang harus dicapai siswa dalam belajar fisika supaya dapat memahami konsep
adalah dengan melakukan proses keilmuan dan memiliki keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut Kartika Budi, 1992: 133.
Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah membantu siswa menguasai konsep yang benar. Untuk siswa yang salah konsep maka
konsepnya harus diubah ke konsep yang benar. Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan
teori artinya untuk memahami prinsip dan teori haruslah dipahami terlebih dahulu konsep
– konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.Berdasarkan hal ini pemahaman konsep penting dalam kegiatan
belajar mengajar agar dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek
– aspek yang lainnya.Pemahaman menurut Kartika Budi 1987: 233 merupakan salah satu aspek kognitif yang sangat penting pada pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di sekolah.Aspek ini merupakan aspek yang menonjol atau aspek yang paling ditonjolkan. Bila diadakan kegiatan pembelajaran,
19
maka pertama - tama yang dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang dipelajari.
Pemahaman merupakan tahap belajar pada taraf kognitif siswa. Siswa yang telah memahami suatu konsep akan menjelaskan konsep tersebut dengan
menggunakan kalimatnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka pelajari Sudjana, 1990. Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka
diperlukan kriteria atau indikator - indikator. Kriteria atau indikator yang menunjukkan indikator pemahaman konsep siswa, antara lain Kartika
Budi,1992: 114: 1.
Dapat menyatakan definisi konsep kalimat sendiri;
2. Dapat menjelaskan makna konsep pada orang lain;
3. Dapat menganalisis suatu konsep kedalam hukum;
4. Dapat menerapkan konsep untuk;
a. Menganalisis dan menjelaskan gejala - gejala alam khusus;
b. Untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis dan praktis
c. Memprediksikan kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi pada
suatu sistem pada kondisi tertentu dipenuhi; 5.
Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan lebih cepat;
6. Dapat membedakan konsep yang satu dengan yang lain yang saling
berkaitan; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
7. Dapat membedakan konsep yang benar dan konsep yang salah, dan dapat
membuat peta konsep dari konsep - konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat diketahui berdasarkan
beberapa indikator di atas. Menurut Bloom dalam Nana Sudjana : 1990 tujuan pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: 1.
Aspek Kognitif 2.
Aspek efektif
3. Aspek psikomotorik
Pemahaman merupakan aspek kognitif, karena berhubungan dengan hasil belajar inteligensi. Hasil belajar inteligensi dapat dikategorikan
menjadi kebenaran tingkat menurut Bloom, dalam Chabib Thoha, 1990: 28 yaitu:
1. Pengetahuan tentang fakta - fakta dan
2. Prinsip – prinsip pemahaman
a. Pemahaman fakta - fakta dan ide - ide;
b. Penerapan menerapkan fakta dan ide pada situasi baru;
c. Analisis menganalisis atau membagi konsep dalam bagian -
bagiannya kemudian melihat hubungannya satu sama lain; d.
Sintesis mengumpulkan tentang fakta - fakta dan ide - ide; Pengetahuan dan pemahaman dikategorikan golongan
berpikir tingkat rendah, sedangkan empat hasil belajar yang lain dikategorikan pada golongan berpikir tingkat tinggi.
21
D. Zat dan Wujudnya 1.