7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Konstruktivis
1. Filsafat Konstruktivisme
Filsafat Konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi.Menurut filsafat
konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentuk konstruksi kita yang sedang menekuninya.Bila yang sedang menekuni adalah siswa, maka
pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri.Maka pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada di luar kita, tetapi sesuatu
yang harus kita bentuk sendiri dalam pikiran kita.Jadi pengetahuan itu selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan
berpikir seseorang.Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari subyek, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman
ataupun dunia sejauh dialaminya. Proses penentukan itu berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu
pemahaman yang baru Piaget, dalam Suparno, 2007: 8. Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang
yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan
suatu proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus berkembang. Semakin luas, lengkap, dan sempurna. Pembentukan pengetahuan jelas bukan
8
sekali jadi, tetapi bertahap Suparno, 2007.
2. Sosiokulturalisme Vygotsky
Vygotsky meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak secara psikologis. Dia menekankan pentingnya interaksi sosial
dengan orang – orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik
dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik Cobb, dalam Suparno, 2007: 11. Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu
berinteraksi dengan para ahli dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.Dalam interaksi dengan mereka
itulah, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya lebih sesuai dengan konstruksi para ahli.
Menurut sosiokulturalis, kegiatan seseorang dalam mengerti sesuatu selalu dipengaruhi oleh partisipasinya dalam praktek
– praktek sosial dan kultur yang ada, seperti situasi sekolah, masyarakat, teman, dll.
Situasi sekolah jelas dapat membantu dan menghambat siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan.Masyarakat dapat juga memacu siswa
mengerti, tetapi juga menghalangi. Menurut Cobern Suparno, 2007: 11, konstruktivisme adalah kontektual .
9
B. Pembelajaran Berbasis Proyek