Threat Emotion 1. Pengertian Threat Emotion
c. Keyakinan dan sikap
Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengarui perilaku pembelian mereka.
Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan. Pendapat, atau kepercayaan.
2.4. Threat Emotion 2.4.1. Pengertian Threat Emotion
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995, pengelolaan adalah suatu proses, cara, dan perbuatan untuk mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus
dan mengatur. Sedangkan emosi dalam Oxford English Dictionary didefinisikan sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu, atau setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Goleman 1997 mengemukakan emosi sebagai dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi
masalah yang ada. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam beberapa golongan besar Goleman, 1997. Golongan-golongan emosi tersebut adalah amarah,
kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, dan malu. Yang tergolong dalam kelompok emosi marah adalah beringas, mengamuk, benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan yang paling hebat adalah tindak kekerasan dan kebencian patologis. Menurut Tice
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dalam Goleman 1997 amarah merupakan emosi negatif yang paling sulit dikendalikan. Amarahlah yang paling menggoda diantara emosi- emosi negatif
yang lain. Berbeda dengan kesedihan, amarah menimbulkan semangat, bahkan menggairahkan. Menurut Goleman 1997 pengelolaan emosi adalah kemampuan
untuk mengatur perasaan, menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, emurungan, atau ketersinggungan, dengan tujuan untuk keseimbangan emosi
keseimbangan antara perasaan dan lingkungan. Alder 2001 menyebutkan bahwa pengelolaan emosi adalah suatu
tindakan yang menyebabkan seseorang mengatur emosi atau mengelola keadaan. Kemampuan ini meliputi kecakapan untuk tetap tenang, menghilangkan
kegelisahan, kesedihan atau sesuatu yang menjengkelkan. Orang dengan pengelolaan emosi yang baik akan mampu mengenali perasaannya dan mengatur
penyaluran perasaan tersebut. Pengelolaan emosi menurut teori yang dikembangkan oleh Freud dalam Shapiro, 1999 adalah pengelolaan terhadap
dorongan-dorongan id. Pengelolaan dorongan-dorongan ini dilakukan melalui pengembangan ego sebagai penengah antara id dan super ego. Ego akan berperan
sebagi manajer emosi dengan cara “membisikkan” alasan-alasan dan suatu gaya adaptif yang memungkinkan seseorang mendapatkan apa yang diinginkannya
dengan cara yang bisa diterima oleh orang lain, yang tidak akan merugikan, baik dunia luar maupun aturan-aturan dan sanksi-sanksi yang ada dalam dunianya
sendiri. Lazarus et. al. 1994, dalam Duhachek Iacobucci, 2005 menawarkan
proses proses penilaian kognitif ketika konsumen dalam tekanan tertentu. Proses
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dimulai dengan penilaian kognitif konsumen apakah tekanan tersebut sebagai hal yang positif atau negative. Ketika konsumen menilai tekanan tersebut sebagai hal
yang positif atau sesuai dengan tujuannya, maka yang muncul adalah challenge emotions yang dicirikan dengan perasaan bersemangat, penuh harapan, dan
percaya diri. Sementara ketika konsumen menilai tekanan tersebut negative maka yang timbul adalah threat emotions atau perasaan terancam. Perasaan terancam
semacam ini akan menumbuhkan perasaan amarah, takut, gelisah dan apresiasi. dalam Ferrinadewei, 2008.
2.5. Brand Trust 2.5.1. Pengertian Brand Trust