mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika
motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang
tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.
Adapun indikator dari minat membeli adalah sebagai berikut: Priyati, 2002: 65-84.
1. Intensitas pencarian informasi
2. Keinginan segera membeli
3. Keinginan preferensial
2.7. Pengaruh Threat Emotion Terhadap Minat Beli
Ketidaksenangan atau ketidaksesuaian muncul ketika seseorang konsumen memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kepercayaan atau suatu
sikap. Contohnya: ketika konsumen telah membuat suatu komitmen memberi uang muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang
mahal seperti kendaraan bermotor atau komputer. Mereka sering mulai merasa threat emotion ketika mereka berpikir tentang keunikannya, kualitas positif dari
merek yang tidak dipilih. Threat Emotion yang timbul setelah terjadinya pembelian disebut Postpurchase Dissonance. Dimana pada postpurchase
dissonance, konsumen memiliki perasaan yang tidak nyaman mengenai kepercayaan mereka, perasan yang cenderung untuk memecahkannya dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
merubah sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mereka Schiffman dan Kanuk, 1997:219-220.
Minat beli ini ditentukan juga tentang bagaimana konsumen menghadapai suatu pilihan tertentu, sebab ketika mereka sudah memutuskan untuk membembeli
mereka kahawatir, adanya perasaan takut jikalau apa yang mereka beli tidak sesuai dengan harapan yang mereka inginkan, threat emotion inilah yang menjadi
persoalan yang membingungkan. Setiap tindakan konsumen selalu didahului oleh adanya motivasi. Salah satu bentuk motivasi diantaranya adalah threat emotion.
Threat emotion yang muncul akibat adanya kemungkinan minat beli. Menurut Lazarus, untuk mengurangi tekanan emosi tersebut, konsumen akan melakukan
sesuatu baik yang sifatnya problem focused maupun emotional focused.
2.7.1. Pengaruh Brand Trust Terhadap Minat Beli
Menurut Boon Holmes 1999 seperti dikutip oleh Lau Lee 1999 menyatakan bahwa jika individu mempercayai pihak lain, maka kemungkinan
terbentuknya positive behavioral intetion terhadap pihak lain tersebut akan semakin besar. Dengan demikian ketika konsumen mempercayai suatu merek
tertentu kemungkinan akan membentuk positive buying intention yang semakin besar. Intention niat merupakan salah satu komponen dari sikap yang berada
dalam tahap konatif. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berkaitan dengan proses pembelajaran konsumen, kemudian
afektif berkaitan dengan sikap itu sendiri, dan konatif berkaitan dengan perilaku. Pada tahap konatif konsumen mempunyai tendensi untuk bertindak demi suatu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tujuan tertentu, atau lebih dekat lagi konsumen mempunyai intetion to buy Assael, 1998.
Struktur kognitif sama dengan struktur keyakinan, yang berarti bahwa informasi merek yang dipegang oleh konsumen harus menunjukkan merek yang
dianggap superior dalam persaingan. Struktur afektif berarti tingkat kesukaan konsumen harus lebih tinggi dari pada merek pesaing, sehingga terdapat
preferensi afektif yang jelas pada merek. Struktur konatif atau struktur niat konsumen mempunyai niat untuk membeli..
2.8. Kerangka Konseptual
2.9. Hipotesis