METODE PENELITIAN Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.
34
SD Negeri Demangan Yogyakarta mempunyai kelas yang berbentuk paralel yang terdiri atas dua kelas pada setiap tingkatannya yaitu kelas A dan kelas
B. Peneliti memilih SD Negeri Demangan Yogyakarta karena selain bersamaan dengan program Praktek Pengalaman Lapangan PPL yang diselenggarakan
Universitas Sanata Dharma, peneliti juga memilih sebagai tempat penelitian dikarenakan dari hasil observasi yang dilakukan sekolah ini mempunyai kelas
paralel, sehingga dapat digunakan untuk penelitian jenis eksperimen, karena dalam penelitian eksperimen membutuhkan lebih dari satu kelas yaitu sebagai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. SD Negeri Demangan memiliki 3 bangunan sementara, karena SD ini sedang dalam tahap pembangunan. Ruang
kelas yang tersedia hanya 8 kelas saja sehingga anak-anak harus bergantian kelasnya. Setiap kelas dilengkapi dengan meja, kursi, papan tulis, serta peralatan
lain seperti penggaris, penghapus, kapur, rak buku dan berbagai perlengkapan penunjang pembelajaran. Di dalam kelas juga terdapat berbagai data administrasi
kelas yang ditempel di dinding kelas dan berbagai karya siswa. 3.2.2 Waktu Pengambilan Data
Waktu pengambilan data dalam penelitian ini akan dimulai pada tanggal 12 September 2015 sampai 17 Oktober 2015 dan kemudian dilanjutkan
pengambilan data kualitatif wawancara pada tanggal 30 November 2015. Lama waktu pengambilan data pretest dan posttest dalam rentang waktu tiga minggu.
Berikut ini adalah jadwal pengambilan data yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian
ke-
Hari, Tanggal JP
Keterangan 1
Sabtu, 12 September 2015 2x35
menit Mengerjakan soal Pretest pada kelompok
kontrol dan eksperimen.
2 Sabtu, 19 September 2015
2x35 menit
Implementasi pembelajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen
3 Senin, 21 September 2015
2x35 menit
Implementasi pembelajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen
4 Selasa, 22 September 2015
2x35 menit
Implementasi pembelajaran pada kelompok control dan eksperimen
5 Rabu, 23 September 2015
2x35 menit
Implementasi pembelajaran pada kelompok control dan eksperimen
6 Sabtu, 26 September 2015
2x35 menit
Mengerjakan soal Postest 1 pada kelompok kontrol dan eksperimen.
7 Sabtu, 17 Oktober 2015
2x35 Mengerjakan soal Postest II pada kelompok
35
menit kontrol dan eksperimen.
8 Senin, 30 November 2015
2x35 menit
Wawancara guru dan siswa
3.3 Populasi dan Sampel Dalam penelitian kuantitatif Sugiyono, 2014: 297 populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menetapkan populasi yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta yang
berjumlah 50 siswa. Populasi yang peneliti tetapkan, yakni SD Negeri Demangan Yogyakarta.
Sampel adalah sebagian dari populasi Sugiyono, 2014: 297. Teknik pengambilan sampel menggunakan desain non probability sampling tipe
convenience sampling . Menurut Cohen 2007: 113-114 teknik convenience
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang pemilihannya melibatkan
orang terdekat untuk membantu sebagai responden dan melanjutkan proses sampai ukuran sampel yang diperlukan telah diperoleh atau orang-orang yang
kebetulan tersedia dan dapat diakses pada saat itu. Pendapat Cohen sama halnya dengan pendapat Arifin, sampel diperoleh dengan jalan menentukan anggota
sampel secara kebetulan atau dengan jalan mengambil sampel yang berada pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya Arifin, 2011: 223. Kelas
VA berjumlah 25 siswa sebagai kelompok kontrol dan VB berjumlah 25 siswa sebagai kelompok eksperimen.
Kegiatan pembelajaran di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibimbing oleh satu guru karena guru lebih mengenal kondisi kelas dibandingkan
peneliti. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh satu guru dimaksudkan untuk menghindari terjadinya faktor bias yang akan mempengaruhi hasil pada kelas
eksperimen, misalnya faktor penguasaan materi ajar, pemahaman karakteristik siswa, dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selain itu, guru juga
lebih mudah untuk mengontrol variabel siswanya. Peran peneliti pada penelitian ini adalah sebagai pengamat dan bertugas untuk mendokumentasikan seluruh
proses penelitian.
36
3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2014:
61. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen terikat. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran van Hiele. Varianel dependen
dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan mengaplikasi dan kemampuan menganalisis Sugiyono, 2014: 61.
Variabel independen Variabel dependen
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.
Tes yang digunakan peneliti berupa soal pretest, posttest I, posttest II yang dilakukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes digunakan
mengetahui kemampuan mengaplikasi dan kemampuan menganalisis siswa kelas V pada pembelajaran geometri. Soal pretest dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tahapan selanjutnya dilakukan posttest I untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pada
kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan atau treatment dengan
Model Pembelajaran van Hiele Kemampuan Menganalisis
Kemampuan Mengaplikasi
Gambar 3.2 Variabel Penelitian
37
menggunakan model pembelajaran van Hiele selama pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan dengan membandingkan hasil
tes awal sebelum adanya perlakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan sesudah adanya perlakuan di kelompok eksperimen. Pemberian
posttest II bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran van
Hiele masih sama atau tidak dengan posttest I. Penelitian eksperimental dianjurkan untuk melakukan posttest II sesudah posttest I karena bertujuan untuk
lebih mengetahui retensi pengaruh perlakuan Krathwohl, 2004: 546.
3.6 Instrumen Penelitian Pada prinsipinya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data-data yang
akan digunakan oleh peneliti. Penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu skor pretest dan skor posttest. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang akan diteliti Sugiyono, 2014: 148. Penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu skor
pretest dan skor posttest. Instrumen yang akan digunakan oleh peneliti yaitu
bentuk te uraian atau esai. Tes uraian adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan menggunakan
bahasa sendiri. Bentuk tes uraian memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang relatif
dibatasi Tuckman dalam Nurgiyantoro, 2010: 117. Tes uraian disebut juga sebagai tes subjektif, yang juga dikaitkan dengan
kegiatan penilaiannya yang bersifat subjektif. Tes subjektif memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan,
menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi informasi baru baca:soal yang dihadapkan kepadanya Nurgiyantoro, 2010: 117. Tes ini menuntut peserta didik
untuk dapat
menghubungkan fakta-fakta
dan konsep-konsep,
mengorganisasikannya ke dalam koheransi yang logis, dan kemudian menuangkan hasil pemikiran itu ke dalam bentuk ekspresi tulis Ebel dalam
Nurgiyantoro, 2010: 117.
38
Jawaban peserta didik terhadap tes uraian menunjukkan kualitas proses dan cara berpikir peserta didik, aktivitas kognitif dalam tingkat tinggi yang tidak
semata-mata mengingat dan memahami saja. Dalan proses berpikir, apa yang disimpulkan peserta didik bukan lah merupakan hal penting karena yang lebih
dipentingkan adalah bukti proses dan cara berpikir peserta didik, argumentasi yang meyakinkan untuk sampai pada kesimpulan itu Ebel dalam Nurgiyantoro,
2010:117. Sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, bentuk tes uraian
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan Nurgiyantoro, 2010:118-119. Kelebihan dan kelemahan yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1. Kelebihan Bentuk Tes Uraian a Tes uraian tepat untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas
kognitif tingkat tinggi. Melalui tes uraian, peserta didik dituntut untuk menerapkan pengatahuan, menganalisis, menghubungkan, menilai, dan
memecahkan permasalahan sesuian dengan kemampuan cara berpikirnya. Uji kompetensi yang demikian sulit tidak dapat dilakukan lewat bentuk tes
objektif. b Tes uraian memberi kesempatan peserta didik untuk mengemukakan
jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri. Proses berpikir yang jelas, runtut, dan menguasai masalah akan dapat
dimanifestasikan ke dalam bahasa yang jelas dan runtut pula. c Tes uraian memaksa peserta didik menggunakan pikirannya sendiri sehingga
bentuk tes uraian juga disebut sebagai tes subjektif karena jawaban pertanyaannya akan bervariasi pada setiap peserta didik bergantung pada
proses dan cara berpikirnya. d Bentuk tes uraian mudah disusun, maka tidak menghabiskan banyak waktu.
2. Kelemahan Bentuk Tes Uraian a Kadar validasi dan reliabilitas bentuk tes uraian rendah Ebel dalam
Nurgiyantoro, 2010:118 merupakan kelemahan pokok. Rendahnya kadar validitas dan reliabilitas itu disebabkan i terbatasnya sampel bahan yang
diteskan mewakili seluruh bahan. ii jawaban yang diberikan peserta didik
39
satu dengan yang lain bervariasi, dan iii penilaian yang dilakukan bersifat subjektif.
b Akibat terbatasnya bahan yang diteskan, dapat terjadi hal-hal yang juga bersifat kebetulan.
c Penilaian yang dilakukan terhadap jawaban peserta didik tidak mudah ditentukan standarnya. Tiap butir tes uraian bobotnya tidak sama sehingga
skor yang dihasilkan pula tidak sama. Di samping itu adanya variasi jawaban peserta didik yang menyulitkan dalam memberikan skor secara tepat dan
memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. d Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan peserta didik relatif lama,
apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar, sehingga terasa kurang efisien. Padahal, mengoreksi pekerjaan peserta didik yang berupa uraian tidak dapat
diwakilkan kepada orang lain.
Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
Kompetensi Dasar :
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana.
Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen
Variabel
Elemen Indikator
No Soal
Mengaplikasi Mengeksekusi
Mengeksekusi gambar bangun trapesium dan layang-layang untuk mencari luas
3a, 3b Melaksanakan
Melaksanakan kegiatan pengukuran bangun trapesium dan layang-layang
Mengimplementasikan Mengimplementasikan rumus untuk menghitung luas bangun trapesium dan
layang-layang pada soal cerita
Menganalisis Memilah
Memilah gambar-gambar bangun trapesium dan layang-layang
2b Memadukan
Memadukan bentuk-bentuk bangun datar agar menjadi suatu bentuk trapesium.
5d Mengatribusikan
Menentukan fungsi lain dari bangun layang-layang di kehidupan sehari-hari.
5d
40
Kriteria penentuan skor pada uraian, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian
No Soal
Variabel Elemen
Indikator Kriteria
Skor
3a dan
3b
Mengaplikasi
Mengeksekusi Mengeksekusi
gambar bangun
trapesium dan layang-layang
untuk mencari luas
Siswa dapat menggambar bangun
dan menuliskan ukuran sesuai soal dengan
benar dan rapi 5
Siswa dapat menggambar bangun
dan menuliskan ukuran sesuai soal dengan
benar 4
Siswa dapat menggambar bangun
dengan menuliskan ukuran namun ada
salah satu salah dalam penempatan ukuran
dalam gambar 3
Siswa dapat menggambar bangun
namun kurang benar dan rapi dan tidak
menuliskan ukurannya 2
Siswa salah dalam menggambar bangun
1
Melaksanakan Melaksanakan
kegiatan pengukuran
bangun trapesium dan
layang-layang Siswa dapat mengukur
bangun dengan memperhatikan proses
menjawab dan menggunakan satuan
dengan benar dan jelas 5
Siswa dapat mengukur bangun dengan
memperhatikan proses menjawab dan
menggunakan satuan dengan benar
4 Siswa dapat mengukur
bangun dengan memperhatikan proses
menjawab dan jelas dalam menggunakan
satuan 3
Siswa dapat mengukur bangun dengan
memperhatikan proses menjawab namun
kurang jelas dalam menggunakan satuan
2 Siswa salah dalam
mengukur bangun 1
Mengimplemen tasikan
Mengimpleme ntasikan
rumus untuk Siswa dapat
menyelesaikan langkah 1 dan langlah 2 dengan
5
41
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian
No Soal
Variabel Elemen
Indikator Kriteria
Skor
menghitung luas bangun
trapesium dan layang-layang
pada soal cerita
tepat dapat menuliskan satuan dan
benar Siswa dapat
menyelesaikan langkah 1 dan langlah 2 dengan
benar
4 Siswa dapat
menyelesaikam salah satu langkah dengan
benar 3
Siswa dapat menyelesaikam salah
satu langkah namun kurang benartepat
2 Siswa tidak dapat
menyelesaikan langkah 1 dan langkah 2
1
2b
Menganalisis Memilah
Memilah gambar-
gambar bangun
trapesium dan layang-layang
Siswa dapat memilah 7 gambar bangun yang
disediakan dengan benar
5 Siswa dapat memilah 5
gambar bangun yang disediakan dengan
benar 4
Siswa dapat memilah 4 gambar bangun yang
disediakan benar 3
Siswa dapat memilah kurang dari 3 gambar
bangun yang disediakan dengan
benar 2
Siswa tidak dapat atau salah dalam memilah
gambar bangun yang disediakan
1
5d
Memadukan Memadukan
bentuk-bentuk bangun datar
agar menjadi suatu bentuk
trapesium atau layang-layang
Siswa dapat memadukan potongan-
potongan puzzle menjadi 3 macam
bangun datar dengan rapi
5 Siswa dapat
memadukan potongan- potongan puzzle
menjadi 2 macam bangun datar dengan
rapi 4
Siswa dapat memadukan potongan
potongan puzzle menjadi 1 bangun datar
3
42
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian
No Soal
Variabel Elemen
Indikator Kriteria
Skor
dengan rapi Siswa dapat
memadukan potongan- potongan puzzle
menjadi bangun datar namun kurang rapi
2 Siswa tidak dapat
memadukan potongan- potongan puzzle
bangun datar 1
5d
Mengatribusika n
Menentukan fungsi lain
dari bangun layang-layang
di kehidupan sehari-hari.
Siswa dapat membuat model bingkai foto
dengan kreatif dapat menghias bingkai foto
dari koran, dll, rapi dan bersih
5 Siswa dapat membuat
model bingkai foto dengan kreatif dapat
menghias bingkai foto dari koran, dll dan rapi
4 Siswa dapat membuat
model bingkai foto 3
Siswa dapat membuat model bingkai foto
namun kurang rapi dan bersih
2 Siswa tidak dapat
membuat bingkai foto atau tidak sesuai
dengan petunjuk 1
3.7 Teknik Pengujian Instrumen Suatu penelitian akan memberikan nilai tinggi apabila dikerjakan dengan
sistematis dan cermat. Hasil atau data penelitian sangat tergantung pada jenis alat instrumen pengumpul datanya. Kualitas data selanjutnya menentukan kualitas
penelitian itu sendiri. Mutu hasil penelitian mudah diragukan karena alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kurang dapat dipercaya.
Oleh sebab itu, alat atau instrumen penelitian haruslah memiliki tingkat kepercayaan sekaligus data harus memiliki tingkat kesahihan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun tes berkaitan dengan validitas dan reliabilitas Setyosari, 2013: 180.
43
3.7.1 Uji Coba Instrumen Soal-soal yang akan digunakan sebagai soal pretest dan posttest terlebih
dahulu diujicobakan di sekolah yaitu SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang berjumlah 47 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA dan kelas VB.
3.7.2 Validitas Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data
dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid memiliki validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang
rendah. Terdapat dua jenis validitas sesuai dengan teknik pengujiannya. Kedua jenis tersebut yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
dicapai apabila ada kesesuaian antara bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas eksternal diperoleh apabila data yang dihasilkan dari
instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud Setyosari, 2010: 186.
Menurut jenisnya, validitas internal dibedakan menjadi tiga, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria Setyosari, 2010: 186. Validitas isi
dapat dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan Sugiyono, 2014: 182. Validitas internal harus memenuhi
validitas isi dan validitas konstruk. Peneliti melakukan validitas isi dengan cara memberikan instrumen penelitian kepada ahli yang sesuai dengan bidang yang
akan diteliti dan akan menilai serta memberikan komentar terhadap instrumen yang telah dibuat peneliti layak atau tidak untuk diujikan, peneliti melakukan uji
validitas isi kepada dua guru kelas V yaitu guru di SD Kanisius Totogan Yogyakarta dan SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta serta salah satu guru
Matematika SMK 2 Yogyakarta. Validitas kriteria menunjuk pada hubungan antara skor-skor suatu
instrumen pengukuran dengan variabel kriteria luar yang mandiri dan dipercaya dapat mengukur langsung tingkah laku atau ciri-ciri yang akan diselidiki.
Validitas kriteria digunakan untuk memvalidasi soal evaluasi yang berupa soal
44
esai. Untuk melakukan validitas ini, peneliti akan memberikan soal kepada siswa kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta karena tempat penelitian mempunyai
kriteria yang sama dengan SD yang akan digunakan penelitian yaitu di SD Negeri Demangan Yogyakarta.
Validitas konstruk menunjuk pada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat atau bangunan pengertian construct tertentu Setyosari, 2013:217. Setelah
diujikan kepada siswa kelas VA dan VB SD Negeri Tukangan data tersebut ditabulasi kemudian peneliti menghitung validitas konstruknya menggunakan
rumus korelasi dari Pearson kriterianya adalah jika harga Sig 2-tailed 0,05 item tersebut dikatakan valid atau r
hitung
r
tabel
. Jika harga Sig 2-tailed 0,05 item tersebut dikatakan tidak valid atau r
hitung
r
tabel
. Penghitungan validitas konstrak dilakukan dengan menggunakan program program IBM SPSS statistics
20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Berikut ini adalah tabel hasil
uji validitas instrument penelitian.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
No. Variabel
r tabel r hitung
Sig. 2-
tailed Keputusan
1 Mengingat
0,396 0,38
0,00 Valid
2 Memahami
0,396 0,66
0,00 Valid
3 Mengaplikasi
0,396 0,85
0,00 Valid
4
Menganalisis 0,396
0,60 0,00
Valid
5 Mengevaluasi
0,396 0,60
0,00 Valid
6 Mencipta
0,396 0,61
0,00 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas, peneliti hanya menggunakan dua variabel yaitu variabel mengaplikasi dan variabel menganalisis. Variabel lain dimasukkan
karena penelitian ini adalah penelitian kolaboratif payung matematika yang dilakukan secara bersama. Untuk variabel mengaplikasi dan variabel menganalisis
validitasnya menggunakan rumus korelasi dari Pearson kriterianya adalah jika harga Sig 2-tailed 0,05 item tersebut dikatakan valid atau r
hitung
r
tabel
, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan valid.
45
3.7.3 Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest stability, equivalent, dan gabungan. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Tes-retes merupakan cara atau teknik dengan memberikan tes
kepada orang yang sama dengan tes yang sama pula lebih dari satu kali kesempatan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil tes yang dilakukan
berikutnya. Equivalent adalah pertanyaan secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama, pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini dilakukan sekali tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, dan waktu yang sama. Dan gabungan adalah mencobakan dua instrumen yang equivalent itu beberapa kali, ke
responden yang sama. apabila carateknik yang dilakukan menghasilkan korelasi positif dan signifikan maka instrument dinyatakan reliabel Sugiyono, 2014: 183.
Pengujian reliabilitas instrumen data dianalisis dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak
maka bisa menggunakan batas nilai. Suatu konstrak dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach 0,60 Nunally dalam Ghozali, 2009: 46.
Berikut ini adalah hasil dari uji reliabilitas instrumen Lihat lampiran 3.2. Alpha 0,6. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
diterima, dan 0,8 adalah baik. Hasil perhitungan reliabilitas dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan
95 Priyatno, 2012: 187.
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Alpha Cronbach 0,699
N of Items 6
Berdasarkan tabel di atas diperoleh relibilitas dari enam item yang valid memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,69 sehingga instrumen dikatakan dapat
diterima atau reliabel.
46
3.8 Teknik Analisis Data Analisis data yang meliputi beberapa langkah seperti uji normalitas, uji
perlakuan dan uji analisis lebih lanjut. Teknik pengelolaan analisis data akan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95 Priyatno, 2012: 187.
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan untuk mengecek
apakah data yang sedang diteliti berasal dari populasi yang mempunyai sebaran normal. Data yang berdistribusi normal adalah data yang distribusinya simetris
sempurna atau dalam bahasa umum disebut berbentuk kurva bel Sarwono, 2010: 23. Ketentuan normalitas data dapat menggunakan nilai probabilitas Sig. 2-
tailed di IBM SPSS statistics 20 for Windows. Analisis hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
H
i
= Ada deviasi dari normalitas H
null
= Tidak ada deviasi dari normalitas Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut
Field, 2009: 147 1. Jika harga sig 2 tailed 0,05 maka Hnull ditolak Hi diterima artinya data
berdistribusi tidak normal. 2. Jika harga sig 2 tailed 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak artinya data
berdistribusi normal. Jika distribusi normal teknik statistik yang digunakan adalah statistik
parametrik yaitu independent samples t-test atau paired samples t-test. Jika data tidak normal teknik statistik yang digunakan yaitu nonparametrik dalam hal ini
adalah Mann-Whitney atau Wilcoxon. Setelah semua data yang diujikan termasuk distribusi normal, data kemudian dapat diuji dengan menggunakan uji statistik
Priyatno, 2012: 189. Peneliti melakukan uji coba normalitas data dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov terlebih dahulu untuk mengetahui data berdistribuai normal
atau tidak normal.
47
3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan 3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk melihat kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan sampel tidak
dilakukan dengan cara randomacak pada penelitian ini. Pemilihan kelompok tidak dilakukan dengan randomacak karena kedua kelompok memiliki
kemampuan yang setara sebelum diberikan perlakuan. Kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama, karena itu pemilihan kelompok dilakukan dengan undian
disaksikan guru kelas. Kelas V menjadi kelas kelompok kontrol dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Kelas V menjadi kelas
eksperimen dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran van Hiele.
Perhitungan uji
perbedaan kemampuan
awal dihitung
dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan
95. Uji perbedaan kemampuan awal dilihat dari hasil pretest kedua kelompok apabila data berdistribusi normal maka hasil pretest kedua kelompok
dibandingkan menggunakan independent samples t-test. Independent sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok sampel yang
independen Priyatno, 2012: 83 Hipotesis statistik yang digunakan sebagai
berikut Priyatno, 2012: 83: H
i
= Ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
H
null
= Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1. Jika harga sig. 2-tailed 0,05 H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara selisih skor pretest
– posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain Dengan kata lain, kedua kelompok
tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama. 2. Jika harga sig. 2-tailed 0,05 H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya ada perbedaan antara selisih skor pretest
– posttest pada kelompok eksperimen dan
48
kelompok kontrol. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan awal yang tidak sama.
3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan untuk mengetahui apakah penerapan
model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Uji signifikansi pengaruh perlakuan skor ini dilakukan dengan
menghitung selisih skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mendapatkan perhitungan selisih skor dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus O
2
- O
1
– O
4
– O
3
dengan cara mengurangkan selisih skor posttest
dan skor pretest posttest-pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest dan skor pretest pada kelompok kontrol Cohen, 2007: 276.
Analisis statistik dilakukan dengan program komputer IBM Statistics 20 for Windows
dengan tingkat kepercayaan 95. Sesudah skor selisih didapat, skor tersebut diuji perbedaanya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan
model pembelajaran van Hiele. Jika data yang digunakan berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah Independent samples t-test dan jika data
yang digunakan berdistribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney U test.
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. H
i
: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut Priyatno 2012: 109.
1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
49
2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-
posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain,
penggunaan model pembelajaran van Hile tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
3.8.2.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan effect size Uji pengaruh perlakuan digunakan untuk melihat besarnya pengaruh
penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Teknik pengujian klasik untuk mengetahui signifikansi pengaruh
tidak dengan sendirinya menjelaskan apakah pengaruh tersebut cukup substantif atau tidak. Pentingnya suatu pengaruh disebut sebagai effect size. Effect size
adalah suatu ukuran objektif dan dijadikan standar atau tolak ukur untuk mengetahui besarnya efek yang dihasilkan Field, 2009: 56-57. Effect size dapat
diketahui dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Kriteria untuk mengetahui besar pengaruh adalah sebagai berikut Field, 2009: 57.
Tabel 3.6 Koefisien Korelasi No
Effect Size r Besar efek
Persentase
1 0,10
Kecil 1
2 0,30
Menengah 9
3 0,50
Besar 25
Untuk menghitung persentase dihitung terlebih dahulu besarnya koefisien korelasi kemudian mengkuadratkan hasil r dan selanjutnya dikalikan 100.
Koefisien korelasi r dipilih karena koefisien korelasi ini cukup mudah digunakan untuk mengetahui besarnya efek yang terentang antara harga 0 tidak ada efek
dan 1 efek sempurna. Cara untuk mengetahui koefisien korelasi adalah sebagai berikut. Jika
distribusi data normal, harga t diubah menjadi harga r dengan rumus sebagai berikut Field, 2009: 332.
= +
Gambar 3.3 Rumus Koefisien Korelasi
50
Keterangan : r
: besarnya pengaruh effect size menggunakan koefisien korelasi Pearson t
: harga uji t df
: harga derajat kebebasan degree of freedom Jika distribusi data tidak normal digunakan rumus berikut Field, 2009: 550.
Keterangan : Z
: harga konversi dari standar deviasi dari uji statistik Wilcoxon N
: jumlah total observasi 2 x jumlah siswa
3.8.3 Analisis lebih lanjut 3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I
Uji peningkatan dari pretest ke posttest digunakan untuk memastikan ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest yang terjadi dalam
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan cara membandingkan hasil skor pretest ke posttest. Analisis statistik dilakukan dengan program komputer
IBM Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Uji statistik
Paired-samples t-test digunakan untuk distribusi data normal dan uji statistik
Wilcoxon signed ranks test digunakan untuk distribusi data tidak normal karena
untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang berpasangan Priyatno, 2012: 202.
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. H
i
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
= �
�
Gambar 3.4 Rumus Koefisien Korelasi untuk Data Tidak Normal
51
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.
2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan
posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain
tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I. Untuk mengetahui persentase peningkatan skor pretest ke posttest
digunakan rumus sebagai berikut.
3.8.3.2 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji Korelasi antara rerata pretest dan posttest I dilakukan untuk
mengetahui korelasi atau hubungan antara variabel secara statistic yaitu dengan mengukur 2 hal yaitu covariance dan koefisien korelasi atau correlation
coefficient Field, 2009: 167.
Uji Korelasi antara rerata pretest dan posttest I menggunakan rumus bivariate correlation
yaitu untuk mengetahui korelasi antar dua variabel. Apabila data berdistribusi normal maka uji korelasi menggunakan bivariate correlation
coefficients yaitu
Pearson‟s correlation coefficients Field, 2009: 177. Apabila data tidak berdistribusi normal maka mengunakan analisis statistic non-parametrik
yaitu rumus Spearman‟s correlation coefficients Field, 2009: 179. Tabel di
bawah ini merupakan interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis Frankel, 2012: 253
� � � =
� �
� ×
Gambar 3.5 Rumus Uji Peningkatan Skor Posttest - Pretest
52
Tabel 3.6 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi
Correlation Coefficient Interpretasi
0,00 – 0,40
Rendah 0,41
– 60 Cukup besar
0,61 – 80
Sangat besar, akan tetapi jarang di penelitian pendidikan 0,81 atau lebih
Kemungkinan kesalahan perhitungan atau sangat besar hubungannya
Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut Field, 2009: 181.
H
i
: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II
pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. H
null
: Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II
pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 dan harga r positif maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I
dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. 2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 dan harga r tidak positif maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol.
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Untuk mengetahui sensitivitas perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, perlu dilakukan posttest II. Uji retensi ini dilakukan untuk melihat apakah pengaruh perlakuan masih sekuat posttest I atau
tidak, terutama untuk penelitian dalam pembelajaran Anderson Krathwohl, 2004: 546. Setelah 2 minggu dilakukan posttest I, dilakukan posttest II baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Data yang diperoleh dari posttest
II kemudian diuji normalitasnya dan dibandingkan dengan hasil dari posttest
I. Analisis dilakukan dengan program komputer IBM Statistics 20 for Windows
dengan tingkat kepercayaan 95. Data dapat diuji dengan menggunakan teknik statistik Paired-samples t test jika data berdistribusi normal atau Wilcoxon
signed ranks test jika data berdistribusi tidak normal.
53
Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut Priyatno, 2012: 202.
H
i
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest
II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain terjadi
peningkatan signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kemampuan mengaplikasi dan menganalisis di kelompok eksperimen atau kelompok
kontrol. 2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan
posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata
lain tidak terjadi peningkatan signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kemampuan mengaplikasi dan menganalisis di kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol. Untuk mengetahui persentase peningkatan skor posttest I ke posttest II
digunakan rumus sebagai berikut.
3.8.3.4 Dampak Perlakuan Pada Siswa Pada setiap penelitian eksperimental dianjurkan untuk memasukkan
elemen penelitian kualitatif untuk menyingkap sudut pandang subjek yang diteliti Krathwohl, 2004: 547. Pada penelitian ini selain menggunakan data tes tertulis,
peneliti menggunakan pengumpulan data dengan menggabungkan dari berbagai teknik dan sumber data yang telah ada. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
� � � =
� �� �
� �
� ×
Gambar 3.6 Rumus Uji Peningkatan Skor Posttest I-Posttest II
54
dengan wawancara, dan observasi Sugiyono, 2014: 194. Pengumpulan data secara kualitatif ini dilakukan supaya data yang ditemukan semakin kuat.
Sugiyono 2014: 194 menjelaskan bahwa wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya kecil. Hadi Sugiyono, 2014: 203 menjelaskan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati
seluruh aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang perilaku dan peran serta siswa
dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran van Hiele.
Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Guru
No.
Pertanyaan
1
Apakah sebelumnya Ibu pernah menggunakan model pembelajaran van Hiele saat mengajar Matematika?
2 Apakah model pembelajaranmetode yang sering Ibu gnakan dalam pembelajaran
Matematika sebelum menggunakan model pembelajaran van Hiele?
3
Bagaimana pendapat Ibu mengenai model pembelajaran van Hiele?
4
Apakah ada perbedaan ketika Ibu menggunakan model pembelajaran van Hiele dalam menjelaskan materi?
Wawancara Siswa Wawancara Guru
Observasi Dampak perlakuan
pada siswa
Gambar 3.7 Pemetaan Pengumpulan Data
55
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa
No. Pertanyaan
Wawancara Sebelum Perlakuan 1
Apakah kamu senang belajar Matematika?
2 Mengapa kamu senangtidak senang dengan pelajaran Matematika?
3 Apa yang kamu suka dan tidak suka dari materi pelajaran Matematika?
4 Apakah kamu mengerti belajar Matematika apabila diajarkan oleh gurumu? Mengapa?
Wawancara Setelah Perlakuan 5
Apakah ada hal yang membingungkan dari materi yang telah disampaikan mengenai konsep geometri bangun datar? Mengapa?
6 Apakah ada kesulitan yang kamu alami dalam memahami konsep geometri bangun datar?
7 Apakah kamu lebih senang belajar Matematika menggunakan model pembelajaran van
Hiele dibandingkan dengan cara yang belajar yang diajarkan oleh guru biasanya? Mengapa?
8 Nomor berapakah yang kamu anggap susah?
9 Apakah kamu merasa bosan ketika belajar menggunakan model pembelajaran van Hiele?
Mengapa?
3.8.4 Pembahasan Lebih Lanjut Pembahasan lebih lanjut dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa
besar efek pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Selain itu pembahasan lebih lanjut
dilakukan untuk melihat apakah hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi penelitian atau tidak.
56