METODE PENELITIAN Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

34 SD Negeri Demangan Yogyakarta mempunyai kelas yang berbentuk paralel yang terdiri atas dua kelas pada setiap tingkatannya yaitu kelas A dan kelas B. Peneliti memilih SD Negeri Demangan Yogyakarta karena selain bersamaan dengan program Praktek Pengalaman Lapangan PPL yang diselenggarakan Universitas Sanata Dharma, peneliti juga memilih sebagai tempat penelitian dikarenakan dari hasil observasi yang dilakukan sekolah ini mempunyai kelas paralel, sehingga dapat digunakan untuk penelitian jenis eksperimen, karena dalam penelitian eksperimen membutuhkan lebih dari satu kelas yaitu sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. SD Negeri Demangan memiliki 3 bangunan sementara, karena SD ini sedang dalam tahap pembangunan. Ruang kelas yang tersedia hanya 8 kelas saja sehingga anak-anak harus bergantian kelasnya. Setiap kelas dilengkapi dengan meja, kursi, papan tulis, serta peralatan lain seperti penggaris, penghapus, kapur, rak buku dan berbagai perlengkapan penunjang pembelajaran. Di dalam kelas juga terdapat berbagai data administrasi kelas yang ditempel di dinding kelas dan berbagai karya siswa. 3.2.2 Waktu Pengambilan Data Waktu pengambilan data dalam penelitian ini akan dimulai pada tanggal 12 September 2015 sampai 17 Oktober 2015 dan kemudian dilanjutkan pengambilan data kualitatif wawancara pada tanggal 30 November 2015. Lama waktu pengambilan data pretest dan posttest dalam rentang waktu tiga minggu. Berikut ini adalah jadwal pengambilan data yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian ke- Hari, Tanggal JP Keterangan 1 Sabtu, 12 September 2015 2x35 menit Mengerjakan soal Pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen. 2 Sabtu, 19 September 2015 2x35 menit Implementasi pembelajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen 3 Senin, 21 September 2015 2x35 menit Implementasi pembelajaran pada kelompok kontrol dan eksperimen 4 Selasa, 22 September 2015 2x35 menit Implementasi pembelajaran pada kelompok control dan eksperimen 5 Rabu, 23 September 2015 2x35 menit Implementasi pembelajaran pada kelompok control dan eksperimen 6 Sabtu, 26 September 2015 2x35 menit Mengerjakan soal Postest 1 pada kelompok kontrol dan eksperimen. 7 Sabtu, 17 Oktober 2015 2x35 Mengerjakan soal Postest II pada kelompok 35 menit kontrol dan eksperimen. 8 Senin, 30 November 2015 2x35 menit Wawancara guru dan siswa 3.3 Populasi dan Sampel Dalam penelitian kuantitatif Sugiyono, 2014: 297 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menetapkan populasi yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta yang berjumlah 50 siswa. Populasi yang peneliti tetapkan, yakni SD Negeri Demangan Yogyakarta. Sampel adalah sebagian dari populasi Sugiyono, 2014: 297. Teknik pengambilan sampel menggunakan desain non probability sampling tipe convenience sampling . Menurut Cohen 2007: 113-114 teknik convenience sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang pemilihannya melibatkan orang terdekat untuk membantu sebagai responden dan melanjutkan proses sampai ukuran sampel yang diperlukan telah diperoleh atau orang-orang yang kebetulan tersedia dan dapat diakses pada saat itu. Pendapat Cohen sama halnya dengan pendapat Arifin, sampel diperoleh dengan jalan menentukan anggota sampel secara kebetulan atau dengan jalan mengambil sampel yang berada pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya Arifin, 2011: 223. Kelas VA berjumlah 25 siswa sebagai kelompok kontrol dan VB berjumlah 25 siswa sebagai kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibimbing oleh satu guru karena guru lebih mengenal kondisi kelas dibandingkan peneliti. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh satu guru dimaksudkan untuk menghindari terjadinya faktor bias yang akan mempengaruhi hasil pada kelas eksperimen, misalnya faktor penguasaan materi ajar, pemahaman karakteristik siswa, dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selain itu, guru juga lebih mudah untuk mengontrol variabel siswanya. Peran peneliti pada penelitian ini adalah sebagai pengamat dan bertugas untuk mendokumentasikan seluruh proses penelitian. 36 3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2014: 61. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah model pembelajaran van Hiele. Varianel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan mengaplikasi dan kemampuan menganalisis Sugiyono, 2014: 61. Variabel independen Variabel dependen 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan peneliti berupa soal pretest, posttest I, posttest II yang dilakukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes digunakan mengetahui kemampuan mengaplikasi dan kemampuan menganalisis siswa kelas V pada pembelajaran geometri. Soal pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tahapan selanjutnya dilakukan posttest I untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan atau treatment dengan Model Pembelajaran van Hiele Kemampuan Menganalisis Kemampuan Mengaplikasi Gambar 3.2 Variabel Penelitian 37 menggunakan model pembelajaran van Hiele selama pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan dengan membandingkan hasil tes awal sebelum adanya perlakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan sesudah adanya perlakuan di kelompok eksperimen. Pemberian posttest II bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran van Hiele masih sama atau tidak dengan posttest I. Penelitian eksperimental dianjurkan untuk melakukan posttest II sesudah posttest I karena bertujuan untuk lebih mengetahui retensi pengaruh perlakuan Krathwohl, 2004: 546. 3.6 Instrumen Penelitian Pada prinsipinya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data-data yang akan digunakan oleh peneliti. Penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu skor pretest dan skor posttest. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang akan diteliti Sugiyono, 2014: 148. Penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu skor pretest dan skor posttest. Instrumen yang akan digunakan oleh peneliti yaitu bentuk te uraian atau esai. Tes uraian adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Bentuk tes uraian memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang relatif dibatasi Tuckman dalam Nurgiyantoro, 2010: 117. Tes uraian disebut juga sebagai tes subjektif, yang juga dikaitkan dengan kegiatan penilaiannya yang bersifat subjektif. Tes subjektif memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi informasi baru baca:soal yang dihadapkan kepadanya Nurgiyantoro, 2010: 117. Tes ini menuntut peserta didik untuk dapat menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep, mengorganisasikannya ke dalam koheransi yang logis, dan kemudian menuangkan hasil pemikiran itu ke dalam bentuk ekspresi tulis Ebel dalam Nurgiyantoro, 2010: 117. 38 Jawaban peserta didik terhadap tes uraian menunjukkan kualitas proses dan cara berpikir peserta didik, aktivitas kognitif dalam tingkat tinggi yang tidak semata-mata mengingat dan memahami saja. Dalan proses berpikir, apa yang disimpulkan peserta didik bukan lah merupakan hal penting karena yang lebih dipentingkan adalah bukti proses dan cara berpikir peserta didik, argumentasi yang meyakinkan untuk sampai pada kesimpulan itu Ebel dalam Nurgiyantoro, 2010:117. Sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, bentuk tes uraian mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan Nurgiyantoro, 2010:118-119. Kelebihan dan kelemahan yang dimaksud antara lain sebagai berikut: 1. Kelebihan Bentuk Tes Uraian a Tes uraian tepat untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi. Melalui tes uraian, peserta didik dituntut untuk menerapkan pengatahuan, menganalisis, menghubungkan, menilai, dan memecahkan permasalahan sesuian dengan kemampuan cara berpikirnya. Uji kompetensi yang demikian sulit tidak dapat dilakukan lewat bentuk tes objektif. b Tes uraian memberi kesempatan peserta didik untuk mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri. Proses berpikir yang jelas, runtut, dan menguasai masalah akan dapat dimanifestasikan ke dalam bahasa yang jelas dan runtut pula. c Tes uraian memaksa peserta didik menggunakan pikirannya sendiri sehingga bentuk tes uraian juga disebut sebagai tes subjektif karena jawaban pertanyaannya akan bervariasi pada setiap peserta didik bergantung pada proses dan cara berpikirnya. d Bentuk tes uraian mudah disusun, maka tidak menghabiskan banyak waktu. 2. Kelemahan Bentuk Tes Uraian a Kadar validasi dan reliabilitas bentuk tes uraian rendah Ebel dalam Nurgiyantoro, 2010:118 merupakan kelemahan pokok. Rendahnya kadar validitas dan reliabilitas itu disebabkan i terbatasnya sampel bahan yang diteskan mewakili seluruh bahan. ii jawaban yang diberikan peserta didik 39 satu dengan yang lain bervariasi, dan iii penilaian yang dilakukan bersifat subjektif. b Akibat terbatasnya bahan yang diteskan, dapat terjadi hal-hal yang juga bersifat kebetulan. c Penilaian yang dilakukan terhadap jawaban peserta didik tidak mudah ditentukan standarnya. Tiap butir tes uraian bobotnya tidak sama sehingga skor yang dihasilkan pula tidak sama. Di samping itu adanya variasi jawaban peserta didik yang menyulitkan dalam memberikan skor secara tepat dan memerlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. d Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan peserta didik relatif lama, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar, sehingga terasa kurang efisien. Padahal, mengoreksi pekerjaan peserta didik yang berupa uraian tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun Kompetensi Dasar : 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Tabel 3.2 Matriks Pengembangan Instrumen Variabel Elemen Indikator No Soal Mengaplikasi Mengeksekusi Mengeksekusi gambar bangun trapesium dan layang-layang untuk mencari luas 3a, 3b Melaksanakan Melaksanakan kegiatan pengukuran bangun trapesium dan layang-layang Mengimplementasikan Mengimplementasikan rumus untuk menghitung luas bangun trapesium dan layang-layang pada soal cerita Menganalisis Memilah Memilah gambar-gambar bangun trapesium dan layang-layang 2b Memadukan Memadukan bentuk-bentuk bangun datar agar menjadi suatu bentuk trapesium. 5d Mengatribusikan Menentukan fungsi lain dari bangun layang-layang di kehidupan sehari-hari. 5d 40 Kriteria penentuan skor pada uraian, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.3 Rubrik Penilaian No Soal Variabel Elemen Indikator Kriteria Skor 3a dan 3b Mengaplikasi Mengeksekusi Mengeksekusi gambar bangun trapesium dan layang-layang untuk mencari luas Siswa dapat menggambar bangun dan menuliskan ukuran sesuai soal dengan benar dan rapi 5 Siswa dapat menggambar bangun dan menuliskan ukuran sesuai soal dengan benar 4 Siswa dapat menggambar bangun dengan menuliskan ukuran namun ada salah satu salah dalam penempatan ukuran dalam gambar 3 Siswa dapat menggambar bangun namun kurang benar dan rapi dan tidak menuliskan ukurannya 2 Siswa salah dalam menggambar bangun 1 Melaksanakan Melaksanakan kegiatan pengukuran bangun trapesium dan layang-layang Siswa dapat mengukur bangun dengan memperhatikan proses menjawab dan menggunakan satuan dengan benar dan jelas 5 Siswa dapat mengukur bangun dengan memperhatikan proses menjawab dan menggunakan satuan dengan benar 4 Siswa dapat mengukur bangun dengan memperhatikan proses menjawab dan jelas dalam menggunakan satuan 3 Siswa dapat mengukur bangun dengan memperhatikan proses menjawab namun kurang jelas dalam menggunakan satuan 2 Siswa salah dalam mengukur bangun 1 Mengimplemen tasikan Mengimpleme ntasikan rumus untuk Siswa dapat menyelesaikan langkah 1 dan langlah 2 dengan 5 41 Tabel 3.3 Rubrik Penilaian No Soal Variabel Elemen Indikator Kriteria Skor menghitung luas bangun trapesium dan layang-layang pada soal cerita tepat dapat menuliskan satuan dan benar Siswa dapat menyelesaikan langkah 1 dan langlah 2 dengan benar 4 Siswa dapat menyelesaikam salah satu langkah dengan benar 3 Siswa dapat menyelesaikam salah satu langkah namun kurang benartepat 2 Siswa tidak dapat menyelesaikan langkah 1 dan langkah 2 1 2b Menganalisis Memilah Memilah gambar- gambar bangun trapesium dan layang-layang Siswa dapat memilah 7 gambar bangun yang disediakan dengan benar 5 Siswa dapat memilah 5 gambar bangun yang disediakan dengan benar 4 Siswa dapat memilah 4 gambar bangun yang disediakan benar 3 Siswa dapat memilah kurang dari 3 gambar bangun yang disediakan dengan benar 2 Siswa tidak dapat atau salah dalam memilah gambar bangun yang disediakan 1 5d Memadukan Memadukan bentuk-bentuk bangun datar agar menjadi suatu bentuk trapesium atau layang-layang Siswa dapat memadukan potongan- potongan puzzle menjadi 3 macam bangun datar dengan rapi 5 Siswa dapat memadukan potongan- potongan puzzle menjadi 2 macam bangun datar dengan rapi 4 Siswa dapat memadukan potongan potongan puzzle menjadi 1 bangun datar 3 42 Tabel 3.3 Rubrik Penilaian No Soal Variabel Elemen Indikator Kriteria Skor dengan rapi Siswa dapat memadukan potongan- potongan puzzle menjadi bangun datar namun kurang rapi 2 Siswa tidak dapat memadukan potongan- potongan puzzle bangun datar 1 5d Mengatribusika n Menentukan fungsi lain dari bangun layang-layang di kehidupan sehari-hari. Siswa dapat membuat model bingkai foto dengan kreatif dapat menghias bingkai foto dari koran, dll, rapi dan bersih 5 Siswa dapat membuat model bingkai foto dengan kreatif dapat menghias bingkai foto dari koran, dll dan rapi 4 Siswa dapat membuat model bingkai foto 3 Siswa dapat membuat model bingkai foto namun kurang rapi dan bersih 2 Siswa tidak dapat membuat bingkai foto atau tidak sesuai dengan petunjuk 1 3.7 Teknik Pengujian Instrumen Suatu penelitian akan memberikan nilai tinggi apabila dikerjakan dengan sistematis dan cermat. Hasil atau data penelitian sangat tergantung pada jenis alat instrumen pengumpul datanya. Kualitas data selanjutnya menentukan kualitas penelitian itu sendiri. Mutu hasil penelitian mudah diragukan karena alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kurang dapat dipercaya. Oleh sebab itu, alat atau instrumen penelitian haruslah memiliki tingkat kepercayaan sekaligus data harus memiliki tingkat kesahihan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes berkaitan dengan validitas dan reliabilitas Setyosari, 2013: 180. 43 3.7.1 Uji Coba Instrumen Soal-soal yang akan digunakan sebagai soal pretest dan posttest terlebih dahulu diujicobakan di sekolah yaitu SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang berjumlah 47 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA dan kelas VB. 3.7.2 Validitas Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Artinya, instrumen itu dapat mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang valid memiliki validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Terdapat dua jenis validitas sesuai dengan teknik pengujiannya. Kedua jenis tersebut yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal dicapai apabila ada kesesuaian antara bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas eksternal diperoleh apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud Setyosari, 2010: 186. Menurut jenisnya, validitas internal dibedakan menjadi tiga, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria Setyosari, 2010: 186. Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan Sugiyono, 2014: 182. Validitas internal harus memenuhi validitas isi dan validitas konstruk. Peneliti melakukan validitas isi dengan cara memberikan instrumen penelitian kepada ahli yang sesuai dengan bidang yang akan diteliti dan akan menilai serta memberikan komentar terhadap instrumen yang telah dibuat peneliti layak atau tidak untuk diujikan, peneliti melakukan uji validitas isi kepada dua guru kelas V yaitu guru di SD Kanisius Totogan Yogyakarta dan SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta serta salah satu guru Matematika SMK 2 Yogyakarta. Validitas kriteria menunjuk pada hubungan antara skor-skor suatu instrumen pengukuran dengan variabel kriteria luar yang mandiri dan dipercaya dapat mengukur langsung tingkah laku atau ciri-ciri yang akan diselidiki. Validitas kriteria digunakan untuk memvalidasi soal evaluasi yang berupa soal 44 esai. Untuk melakukan validitas ini, peneliti akan memberikan soal kepada siswa kelas V SD Negeri Tukangan Yogyakarta karena tempat penelitian mempunyai kriteria yang sama dengan SD yang akan digunakan penelitian yaitu di SD Negeri Demangan Yogyakarta. Validitas konstruk menunjuk pada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat atau bangunan pengertian construct tertentu Setyosari, 2013:217. Setelah diujikan kepada siswa kelas VA dan VB SD Negeri Tukangan data tersebut ditabulasi kemudian peneliti menghitung validitas konstruknya menggunakan rumus korelasi dari Pearson kriterianya adalah jika harga Sig 2-tailed 0,05 item tersebut dikatakan valid atau r hitung r tabel . Jika harga Sig 2-tailed 0,05 item tersebut dikatakan tidak valid atau r hitung r tabel . Penghitungan validitas konstrak dilakukan dengan menggunakan program program IBM SPSS statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas instrument penelitian. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas No. Variabel r tabel r hitung Sig. 2- tailed Keputusan 1 Mengingat 0,396 0,38 0,00 Valid 2 Memahami 0,396 0,66 0,00 Valid 3 Mengaplikasi 0,396 0,85 0,00 Valid 4 Menganalisis 0,396 0,60 0,00 Valid 5 Mengevaluasi 0,396 0,60 0,00 Valid 6 Mencipta 0,396 0,61 0,00 Valid Berdasarkan hasil uji validitas, peneliti hanya menggunakan dua variabel yaitu variabel mengaplikasi dan variabel menganalisis. Variabel lain dimasukkan karena penelitian ini adalah penelitian kolaboratif payung matematika yang dilakukan secara bersama. Untuk variabel mengaplikasi dan variabel menganalisis validitasnya menggunakan rumus korelasi dari Pearson kriterianya adalah jika harga Sig 2-tailed 0,05 item tersebut dikatakan valid atau r hitung r tabel , sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan valid. 45 3.7.3 Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest stability, equivalent, dan gabungan. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Tes-retes merupakan cara atau teknik dengan memberikan tes kepada orang yang sama dengan tes yang sama pula lebih dari satu kali kesempatan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil tes yang dilakukan berikutnya. Equivalent adalah pertanyaan secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama, pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini dilakukan sekali tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, dan waktu yang sama. Dan gabungan adalah mencobakan dua instrumen yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. apabila carateknik yang dilakukan menghasilkan korelasi positif dan signifikan maka instrument dinyatakan reliabel Sugiyono, 2014: 183. Pengujian reliabilitas instrumen data dianalisis dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai. Suatu konstrak dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach 0,60 Nunally dalam Ghozali, 2009: 46. Berikut ini adalah hasil dari uji reliabilitas instrumen Lihat lampiran 3.2. Alpha 0,6. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan 0,8 adalah baik. Hasil perhitungan reliabilitas dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95 Priyatno, 2012: 187. Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Alpha Cronbach 0,699 N of Items 6 Berdasarkan tabel di atas diperoleh relibilitas dari enam item yang valid memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar 0,69 sehingga instrumen dikatakan dapat diterima atau reliabel. 46 3.8 Teknik Analisis Data Analisis data yang meliputi beberapa langkah seperti uji normalitas, uji perlakuan dan uji analisis lebih lanjut. Teknik pengelolaan analisis data akan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95 Priyatno, 2012: 187. 3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan untuk mengecek apakah data yang sedang diteliti berasal dari populasi yang mempunyai sebaran normal. Data yang berdistribusi normal adalah data yang distribusinya simetris sempurna atau dalam bahasa umum disebut berbentuk kurva bel Sarwono, 2010: 23. Ketentuan normalitas data dapat menggunakan nilai probabilitas Sig. 2- tailed di IBM SPSS statistics 20 for Windows. Analisis hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H i = Ada deviasi dari normalitas H null = Tidak ada deviasi dari normalitas Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut Field, 2009: 147 1. Jika harga sig 2 tailed 0,05 maka Hnull ditolak Hi diterima artinya data berdistribusi tidak normal. 2. Jika harga sig 2 tailed 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak artinya data berdistribusi normal. Jika distribusi normal teknik statistik yang digunakan adalah statistik parametrik yaitu independent samples t-test atau paired samples t-test. Jika data tidak normal teknik statistik yang digunakan yaitu nonparametrik dalam hal ini adalah Mann-Whitney atau Wilcoxon. Setelah semua data yang diujikan termasuk distribusi normal, data kemudian dapat diuji dengan menggunakan uji statistik Priyatno, 2012: 189. Peneliti melakukan uji coba normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov terlebih dahulu untuk mengetahui data berdistribuai normal atau tidak normal. 47 3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan 3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk melihat kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan sampel tidak dilakukan dengan cara randomacak pada penelitian ini. Pemilihan kelompok tidak dilakukan dengan randomacak karena kedua kelompok memiliki kemampuan yang setara sebelum diberikan perlakuan. Kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama, karena itu pemilihan kelompok dilakukan dengan undian disaksikan guru kelas. Kelas V menjadi kelas kelompok kontrol dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Kelas V menjadi kelas eksperimen dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran van Hiele. Perhitungan uji perbedaan kemampuan awal dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Uji perbedaan kemampuan awal dilihat dari hasil pretest kedua kelompok apabila data berdistribusi normal maka hasil pretest kedua kelompok dibandingkan menggunakan independent samples t-test. Independent sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok sampel yang independen Priyatno, 2012: 83 Hipotesis statistik yang digunakan sebagai berikut Priyatno, 2012: 83: H i = Ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol H null = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1. Jika harga sig. 2-tailed 0,05 H null diterima dan H i ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara selisih skor pretest – posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama. 2. Jika harga sig. 2-tailed 0,05 H null ditolak dan H i diterima. Artinya ada perbedaan antara selisih skor pretest – posttest pada kelompok eksperimen dan 48 kelompok kontrol. Dengan kata lain kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan awal yang tidak sama. 3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Uji signifikansi pengaruh perlakuan skor ini dilakukan dengan menghitung selisih skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mendapatkan perhitungan selisih skor dapat dilakukan dengan menggunakan rumus O 2 - O 1 – O 4 – O 3 dengan cara mengurangkan selisih skor posttest dan skor pretest posttest-pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih skor posttest dan skor pretest pada kelompok kontrol Cohen, 2007: 276. Analisis statistik dilakukan dengan program komputer IBM Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Sesudah skor selisih didapat, skor tersebut diuji perbedaanya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele. Jika data yang digunakan berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah Independent samples t-test dan jika data yang digunakan berdistribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney U test. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. H i : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H null : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut Priyatno 2012: 109. 1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H null ditolak dan H i diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. 49 2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H null diterima dan H i ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest- posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain, penggunaan model pembelajaran van Hile tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. 3.8.2.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan effect size Uji pengaruh perlakuan digunakan untuk melihat besarnya pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Teknik pengujian klasik untuk mengetahui signifikansi pengaruh tidak dengan sendirinya menjelaskan apakah pengaruh tersebut cukup substantif atau tidak. Pentingnya suatu pengaruh disebut sebagai effect size. Effect size adalah suatu ukuran objektif dan dijadikan standar atau tolak ukur untuk mengetahui besarnya efek yang dihasilkan Field, 2009: 56-57. Effect size dapat diketahui dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Kriteria untuk mengetahui besar pengaruh adalah sebagai berikut Field, 2009: 57. Tabel 3.6 Koefisien Korelasi No Effect Size r Besar efek Persentase 1 0,10 Kecil 1 2 0,30 Menengah 9 3 0,50 Besar 25 Untuk menghitung persentase dihitung terlebih dahulu besarnya koefisien korelasi kemudian mengkuadratkan hasil r dan selanjutnya dikalikan 100. Koefisien korelasi r dipilih karena koefisien korelasi ini cukup mudah digunakan untuk mengetahui besarnya efek yang terentang antara harga 0 tidak ada efek dan 1 efek sempurna. Cara untuk mengetahui koefisien korelasi adalah sebagai berikut. Jika distribusi data normal, harga t diubah menjadi harga r dengan rumus sebagai berikut Field, 2009: 332. = + Gambar 3.3 Rumus Koefisien Korelasi 50 Keterangan : r : besarnya pengaruh effect size menggunakan koefisien korelasi Pearson t : harga uji t df : harga derajat kebebasan degree of freedom Jika distribusi data tidak normal digunakan rumus berikut Field, 2009: 550. Keterangan : Z : harga konversi dari standar deviasi dari uji statistik Wilcoxon N : jumlah total observasi 2 x jumlah siswa 3.8.3 Analisis lebih lanjut 3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji peningkatan dari pretest ke posttest digunakan untuk memastikan ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest yang terjadi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan cara membandingkan hasil skor pretest ke posttest. Analisis statistik dilakukan dengan program komputer IBM Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Uji statistik Paired-samples t-test digunakan untuk distribusi data normal dan uji statistik Wilcoxon signed ranks test digunakan untuk distribusi data tidak normal karena untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang berpasangan Priyatno, 2012: 202. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. H i : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H null : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. = � � Gambar 3.4 Rumus Koefisien Korelasi untuk Data Tidak Normal 51 Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H null ditolak dan H i diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I. 2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H null diterima dan H i ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I. Untuk mengetahui persentase peningkatan skor pretest ke posttest digunakan rumus sebagai berikut. 3.8.3.2 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji Korelasi antara rerata pretest dan posttest I dilakukan untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara variabel secara statistic yaitu dengan mengukur 2 hal yaitu covariance dan koefisien korelasi atau correlation coefficient Field, 2009: 167. Uji Korelasi antara rerata pretest dan posttest I menggunakan rumus bivariate correlation yaitu untuk mengetahui korelasi antar dua variabel. Apabila data berdistribusi normal maka uji korelasi menggunakan bivariate correlation coefficients yaitu Pearson‟s correlation coefficients Field, 2009: 177. Apabila data tidak berdistribusi normal maka mengunakan analisis statistic non-parametrik yaitu rumus Spearman‟s correlation coefficients Field, 2009: 179. Tabel di bawah ini merupakan interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis Frankel, 2012: 253 � � � = � � � × Gambar 3.5 Rumus Uji Peningkatan Skor Posttest - Pretest 52 Tabel 3.6 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Correlation Coefficient Interpretasi 0,00 – 0,40 Rendah 0,41 – 60 Cukup besar 0,61 – 80 Sangat besar, akan tetapi jarang di penelitian pendidikan 0,81 atau lebih Kemungkinan kesalahan perhitungan atau sangat besar hubungannya Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut Field, 2009: 181. H i : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. H null : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 dan harga r positif maka H null ditolak dan H i diterima. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. 2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 dan harga r tidak positif maka H null diterima dan H i ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. 3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Untuk mengetahui sensitivitas perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, perlu dilakukan posttest II. Uji retensi ini dilakukan untuk melihat apakah pengaruh perlakuan masih sekuat posttest I atau tidak, terutama untuk penelitian dalam pembelajaran Anderson Krathwohl, 2004: 546. Setelah 2 minggu dilakukan posttest I, dilakukan posttest II baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Data yang diperoleh dari posttest II kemudian diuji normalitasnya dan dibandingkan dengan hasil dari posttest I. Analisis dilakukan dengan program komputer IBM Statistics 20 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95. Data dapat diuji dengan menggunakan teknik statistik Paired-samples t test jika data berdistribusi normal atau Wilcoxon signed ranks test jika data berdistribusi tidak normal. 53 Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut Priyatno, 2012: 202. H i : Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. H null : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H null ditolak dan H i diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain terjadi peningkatan signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kemampuan mengaplikasi dan menganalisis di kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. 2. Jika harga sig. 2- tailed 0,05 maka H null diterima dan H i ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terjadi peningkatan signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kemampuan mengaplikasi dan menganalisis di kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Untuk mengetahui persentase peningkatan skor posttest I ke posttest II digunakan rumus sebagai berikut. 3.8.3.4 Dampak Perlakuan Pada Siswa Pada setiap penelitian eksperimental dianjurkan untuk memasukkan elemen penelitian kualitatif untuk menyingkap sudut pandang subjek yang diteliti Krathwohl, 2004: 547. Pada penelitian ini selain menggunakan data tes tertulis, peneliti menggunakan pengumpulan data dengan menggabungkan dari berbagai teknik dan sumber data yang telah ada. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan � � � = � �� � � � � × Gambar 3.6 Rumus Uji Peningkatan Skor Posttest I-Posttest II 54 dengan wawancara, dan observasi Sugiyono, 2014: 194. Pengumpulan data secara kualitatif ini dilakukan supaya data yang ditemukan semakin kuat. Sugiyono 2014: 194 menjelaskan bahwa wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil. Hadi Sugiyono, 2014: 203 menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati seluruh aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang perilaku dan peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran van Hiele. Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Guru No. Pertanyaan 1 Apakah sebelumnya Ibu pernah menggunakan model pembelajaran van Hiele saat mengajar Matematika? 2 Apakah model pembelajaranmetode yang sering Ibu gnakan dalam pembelajaran Matematika sebelum menggunakan model pembelajaran van Hiele? 3 Bagaimana pendapat Ibu mengenai model pembelajaran van Hiele? 4 Apakah ada perbedaan ketika Ibu menggunakan model pembelajaran van Hiele dalam menjelaskan materi? Wawancara Siswa Wawancara Guru Observasi Dampak perlakuan pada siswa Gambar 3.7 Pemetaan Pengumpulan Data 55 Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa No. Pertanyaan Wawancara Sebelum Perlakuan 1 Apakah kamu senang belajar Matematika? 2 Mengapa kamu senangtidak senang dengan pelajaran Matematika? 3 Apa yang kamu suka dan tidak suka dari materi pelajaran Matematika? 4 Apakah kamu mengerti belajar Matematika apabila diajarkan oleh gurumu? Mengapa? Wawancara Setelah Perlakuan 5 Apakah ada hal yang membingungkan dari materi yang telah disampaikan mengenai konsep geometri bangun datar? Mengapa? 6 Apakah ada kesulitan yang kamu alami dalam memahami konsep geometri bangun datar? 7 Apakah kamu lebih senang belajar Matematika menggunakan model pembelajaran van Hiele dibandingkan dengan cara yang belajar yang diajarkan oleh guru biasanya? Mengapa? 8 Nomor berapakah yang kamu anggap susah? 9 Apakah kamu merasa bosan ketika belajar menggunakan model pembelajaran van Hiele? Mengapa? 3.8.4 Pembahasan Lebih Lanjut Pembahasan lebih lanjut dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa besar efek pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Selain itu pembahasan lebih lanjut dilakukan untuk melihat apakah hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi penelitian atau tidak. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele pada mata pelajaran matematika terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada konsep geometri bangun datar. Pada hasil penelitian akan dijelaskan deskripsi data dan analisis data yang dilakukan. Analisis dan deskripsi data tersebut akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Implementasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif payung matematika yang dilakukan secara bersama, dengan jumlah mahasiswa tiap kelompok adalah tiga orang. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada konsep geometri bangun datar. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Demangan Yogyakarta. Penelitian ini merupakan quasi experimental dengan tipe nonequivalent control group design . Penelitian dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta untuk membuktikan pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. siswa pada konsep bangun datar antara lain: mengeksekusi, melaksanakan dan mengimplementasikan. Peneliti akan lebih memfokuskan pembahasan penelitian tentang kemampuan siswa dalam mengaplikasi dan menganalisis konsep geometri bangun datar khusus bangun datar trapesium dan layang-layang dengan melibatkan dua kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan atau treatment model pembelajaran van Hiele, sedangkan kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapatkan perlakuan atau treatment model pembelajaran van Hiele. Model Pembelajaran van Hiele memiliki 5 tahapan dalam pembelajaran, yaitu informasi, orientasi terarah, 57 eksplisitasi, orientasi bebas dan yang paling tinggi adalah integrase. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut, Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah memberikan pretest pada kedua kelompok. Pemberian pretest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas tersebut. Tahap selanjutnya adalah memberikan materi pembelajaran mengenai bangun datar trapesium dan layang-layang pada kedua kelompok dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Setelah pembelajaran dilaksanakan, kedua kelompok tersebut diberikan posttest I untuk mengetahui pengaruh treatment berupa metode yang digunakan pada masing-masing kelompok terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Setelah tiga minggu, siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen diberikan posttest II untuk melihat sensitivitas perlakuan yang diberikan dan untuk melihat retensi pengaruh perlakuan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Di kelompok eksperimen, peran guru adalah fasilitator belajar dan di kelompok kontrol guru sebagai pengajar. Peneliti berperan sebagai observer di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol. Peneliti mengamati tingkah laku yang tampak pada siswa selama proses pembelajaran dan mengambil gambar serta membantu guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Proses Implementasi pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen dilaksanakan pada hari yang sama tetapi jam yang berbeda. 4.1.1.1 Deskripsi Implementasi Pembelajaran 1. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol Implementasi pembelajaran di kelas kontrol yang terdiri dari 25 siswa diimplementasikan dalam tiga bagian setiap pertemuannya, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan atau treatment. Metode pengajaran yang digunakan menggunakan metode ceramah. Secara umum langkah-langkah yang dilakukan selama proses pembelajaran di kelas kontrol, yaitu kegiatan pembelajaran dimulai dengan pemberian soal pretest pada kelas kontrol yaitu kelas VA. Pretest dilakukan pada hari Sabtu, 12 September 2015 dengan menggunakan lima soal uraian. Pada 58 kegiatan awal guru melakukan tanya jawab pada siswa tentang contoh-contoh bangun datar trapesium dan layang-layang yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan kepada siswa tentang sifat-sifat, luas bangun datar trapesium dan layang-layang, serta menjelaskan dalil Pytagoras menggunakan metode ceramah. Selama kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan akhir, siswa dan guru merangkum proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 September 2015, siswa diajak untuk menyebutkan apa saja bentuk dan sifat-sifat dari bangun datar trapesium dan guru memberikan penjelasan mengenai sifat-sifat dari bangun datar trapesium. Selanjutnya, siswa dan guru mencari simetri putar dan simetri lipat secara bersama-sama. Guru menjelaskan mengenai cara menghitung luas bangun datar trapesium dan menjelaskan rumus dalil Pytagoras pada pertemuan kedua yaitu pada tanggal 21 September 2015. Guru meminta beberapa siswa mengerjakan soal latihan di papan tulis untuk dibahas secara bersama. Pada akhir pembelajaran siswa dan guru membuat kesimpulan dari pembelajaran. Pertemuan ketiga pada tanggal 22 September 2015 guru menjelaskan tentang sifat-sifat dari bangun datar layang-layang dan kemudian mencari simetri lipat dan simetri putar, selama pembelajaran siswa lebih dominan mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa tidak mencari sendiri informasi dari materi yang dipelajari. Pertemuan keempat pada hari Rabu, 23 September 2015, materi yang diajarkan mengenai luas bangun datar layang-layang. Selama pembelajaran, siswa hanya mencatat rumus yang dijelaskan oleh guru di depan. Setelah guru selesai menjelaskan guru memberikan soal latihan kepada siswa dan siswa mengerjakan. 2. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen Kegiatan pembelajaran dimulai pada kelas eksperimen yaitu kelas VB yang berjumlah 25 siswa. Pemberian pretest dilakukan pada hari Sabtu, 12 September 2015 dengan menggunakan 5 soal esai. Pertemuan dilaksanakan 4 kali. Pada setiap pertemuan guru berpedoman pada RPP yang telah disusun dan media yang telah disediakan oleh peneliti. Implementasi pembelajaran di kelas eksperimen yang terdiri dari 25 siswa diimplementasikan dalam tiga bagian setiap

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 199

Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

0 8 230

Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

0 0 223

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan-Yogyakarta.

0 0 192

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

0 2 190

Pengaruh penggunaan model pembelajaran Van Hiele terhadap kemampuan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika kelas V SD - USD Repository

0 8 257