Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

(1)

Nugroho, S. A. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengingat dan memahami mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI

Gondolayu Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengingat, kemampuan memahami, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan IPA di Indonesia berdasarkan penelitian oleh PISA tahun 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan

memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

Metode penelitian ini menggunakan quasi experimental tipe non-equivalent

control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD BOPKRI

Gondolayu Yogyakarta yang berjumlah 60 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas V.2 sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa dan kelas V.1 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 30 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat. Harga Sig. (2-tailed) 0,041 (atau p < 0,05). Rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan M = 34,62, sedangkan kelompok kontrol dengan M = 25,53. Besar pengaruh perlakuan (effect size) adalah r = 0,26 atau 6,76% yang setara dengan efek menengah. 2) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Harga

Sig. (2-tailed) 0,002 (atau p < 0,05). Rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi

daripada kelompok kontrol dengan M = 1,97, sedangkan kelompok kontrol dengan M = 1,04. Besar pengaruh perlakuan (effect size) adalah r = 0,44 atau 19,3% yang setara dengan efek besar.


(2)

Nugroho, S. A. (2016). The effect of using inquiry method on the ability of remember and understand in science subject fifth grade at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elementary school. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Key words: inquiry method, ability of remember, ability of understand, Science.

This study background was the low of science ability at Indonesian country according to PISA 2009 and 2012 research. This study aims was to know the effect of using inquiry method towards the ability of remember and understand in science subject fifth grade at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elememtary school.

This study used experimental type non-equivalent control group design method. This study population were 60 student of 5th grades at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elementary school. Class V.2 was the control group which consisted of 30 student and class V.1 was the experiment group which consisted of 30 student.

The result of this study showed that 1) inquiry method influenced towards the ability of remember. Price Sig. (2-tailed of 0,041(or p < 0,05). The meanscore obtained in the experiment group higher than the control group with M = 34,62, meanwhile the control group with M = 25,53. The magnitude of the effect size with r = 0,26 or 6,76% which equivalent with medium effect. 2) inquiry method influenced towards the ability of understand. Price Sig. (2-tailed of 0,002 (or p < 0,05). The meanscore obtained in the experiment group higher than the control group with M = 1,97, meanwhile the control group with M = 1,04. The magnitude of the effect size with r = 0,44 or 19,3% which equivalent with big effect


(3)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGATDAN MEMAHAMI MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Setyo Adi Nugroho

121134004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGATDAN MEMAHAMI MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Setyo Adi Nugroho

121134004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Yesus Kristus Tuhan dan Juru Selamatku 2. Kedua orang tua yang menyayangiku 3. Kedua kakakku yang selalu memotivasiku 4. Sahabat dan temanku tercinta


(8)

HALAMAN MOTTO

“Do not put off doing a job because nobody knows whether we can meet tomorrow or not”

“The greatest secret of success is there is no big secret, whoever you are, you will be successful if you endeavor in earnest”

“If you fall a thousand times, stand up millions of times because you do not know how close you are to success”


(9)

PERNYATAAN ICEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalarn

daftar kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 J anuari 20 I 6

@,


(10)

LEⅣ

IBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILⅣ

IIAⅡ

UNTUK KEPENTINGAN AKADEⅣ

IIS

Yang Dharma: Nama

Nomor Mahasiswa

bertanda tangan

di

bawah

ini,

saya mahasiswa Universitas Sanata

:Setyo Adi Nugroho

:121134004

Demi pengembangan

ilmu

pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

*PENGARUH PENERAPAN

METODE

INKUIRI

TERIIADAP

KEMAMPAAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI :MATA PELAJARAN IPA KELAS

V

SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA", beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal,20 Januar1 2016

Yang menyatakpn,


(11)

ABSTRAK

Nugroho, S. A. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengingat dan memahami mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuanmengingat, kemampuan memahami,

pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan IPA di Indonesia berdasarkan penelitian oleh PISA tahun 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan

memahamimata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang berjumlah 60 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas V.2 sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa dan kelas V.1 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 30 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat. Harga Sig. (2-tailed) 0,041 (atau p < 0,05). Rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol

dengan M= 34,62, sedangkan kelompok kontrol dengan M = 25,53. Besar pengaruh

perlakuan (effect size) adalah r= 0,26 atau 6,76% yang setara dengan efek menengah. 2) penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Harga

Sig. (2-tailed) 0,002 (atau p < 0,05). Rerata skor kelompok eksperimen lebih tinggi

daripada kelompok kontrol dengan M= 1,97, sedangkan kelompok kontrol dengan M

= 1,04. Besar pengaruh perlakuan (effect size) adalah r= 0,44 atau 19,3% yang setara dengan efek besar.


(12)

ABSTRACT

Nugroho, S. A. (2016). The effect of using inquiry method on the ability of remember and understand in science subject fifth grade at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elementary school. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Key words: inquiry method, ability of remember, ability of understand, Science.

This study background was the low of science ability at Indonesian country according to PISA 2009 and 2012 research. This study aims was to know the effect of using inquiry method towards the ability of remember and understand in science subject fifth grade at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elememtary school.

This study used experimental type non-equivalent control group design method. This study population were 60 student of 5th grades at BOPKRI Gondolayu Yogyakarta elementary school. Class V.2 was the control group which consisted of 30 student and class V.1 was the experiment group which consisted of 30 student.

The result of this study showed that 1) inquiry method influenced towards the ability of remember. Price Sig. (2-tailed of 0,041(or p < 0,05). The meanscore obtained in the experiment group higher than the control group with M = 34,62, meanwhile the control group with M = 25,53. The magnitude of the effect size with r = 0,26 or 6,76% which equivalent with medium effect. 2) inquiry method influenced towards the ability of understand. Price Sig. (2-tailed of 0,002 (or p < 0,05). The meanscore obtained in the experiment group higher than the control group with M = 1,97, meanwhile the control group with M = 1,04. The magnitude of the effect size with r = 0,44 or 19,3% which equivalent with big effect


(13)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi

yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik dan lancar tanpa bantuin dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memotivasi dengan penuh kesabaran dan perhatian dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

5. Ester Markis Sarwo Rini, S.Pd. Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

6. Agnita Kristi P, S.Si. Guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

7. Guru-guru SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang telah membantu terlaksananya penelitian.


(14)

8. Siswa kelas V.1 dan V.2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi.

10. Kedua orang tuaku, Surino Siswo Raharjo dan Turut Hartati yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa, semangat, dan materil.

11. Kedua kakakku, Sugeng Raharjo dan Endaryati Rahayu yang telah banyak memberikan masukkan dan nasihat.

12. Sahabat-sahabatku penelitian payung IPA Dea, Bayu, Vega, Agnes, Desti, Wikan, Dewi, Tira, Nindya, Andan, Amy, dan Stepani yang telah banyak memberikan bantuan salama menyelesaikan skripsi.

13. Sahabat-sahabatku di kelas VII A yang telah memberikan pengalaman luar biasa selama kuliah.

14. Stevanus Hari Trihartanto, M.Pd., yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti mengharapkan masukkan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi yang telah disusun. Semoga skripsi dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dunia pendidikan.


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

HALAMAN MOTTO……….. v

PERNYATAN KEASLIAN KARYA………. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vii

ABSTRAK………. viii

ABSTRACT……….. ix

PRAKATA……….………. x

DAFTAR ISI……….... xii

DAFTAR GAMBAR………... xvi

DAFTAR TABEL………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xix

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Rumusan Masalah………. 5

1.3 Tujuan Penelitian………... 5

1.4 Manfaat Penelitian………... 6

1.5 Definisi Operasional………... 7

BAB II LANDASAN TEORI………... 8

2.1 Kajian Pustaka……….. 8

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung……… 8

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak………... 8

2.1.1.2 Metode Pembelajaran………... 12

2.1.1.3 Metode Inkuiri……… 13


(16)

2. Macam-macam Metode Inkuiri………..14

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri……….…... 15

4. Keunggulan Metode Inkuiri………. 16

5. Metode Inkuiri Terbimbing………. 17

6. Langkah-langkah Metode Inkuiri……….. 18

2.1.1.4 Teori Kognitif………. 21

1. Proses Kognitif……….. 21

2.1.1.5 Kemampuan Mengingat………... 25

2.1.1.6 Kemampuan Memahami………. 26

2.1.1.7 Hakekat IPA………... 26

2.1.1.8 Materi IPA……….. 27

2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 29

2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri………... 29

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Berpikir Kognitif………. 31

2.2.3 Literature Map………. 32

2.3 Kerangka Berpikir………. 33

2.4 Hipotesis Penelitian……….. 34

BAB III METODE PENELITIAN………. 35

3.1 Jenis Penelitian………... 35

3.2 Setting Penelitian………... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian……….. 36

3.2.2 Waktu Penelitian……… 37

3.3 Populasi dan Sampel………. 38

3.3.1 Populasi………... 38

3.3.2 Sampel……… 39

3.4 Variabel Penelitian……… 39

3.4.1 Variabel Independen………. 39

3.4.2 Variabel Dependen……… 40

3.5 Teknik Pengambilan Data……… 40


(17)

3.7 Teknik Pengujian Instrumen………. 42

3.7.1 Uji Validitas……….. 43

3.7.1.1 Validitas Isi (content validity)………… ………. 43

3.7.1.2 Validitas Muka (face validity)……… ……… 43

3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity)……… ……….. 44

3.7.2 Uji Reliabilitas………... 45

3.8 Teknik Analisis Data……… 46

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data………. 46

3.8.2 Uji Pengaruh Perlakuan……… 47

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal……….. 47

3.8.2.2 Signifikansi Pengaruh Perlakuan……… 48

3.8.2.3 Uji Besar Pengaruh Perlakuan……… 49

2.8.3 Analisis Lebih Lanjut……… 50

3.8.3.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I….. 50

3.8.3.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I………….. 51

3.8.3.3 Uji Korelasi Antara Rerata Pretestdan Posttest I………. 52

3.8.3.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan………. 53

3.8.4 Dampak Pengaruh Perlakuan………... 54

3.8.5 Pembahasan Lebih Lanjut………... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 57

4.1 Hasil Penelitian………. 57

4.1.1 Implementasi Penelitian………. 57

4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian………... 57

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran……… 59

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol…….……… 59

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen…... 61

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I……….... 64

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data……….. 65

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal……….. 67


(18)

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan……… 70

4.1.3 Analisis Lebih Lanjut……… 71

4.1.3.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I….... 71

4.1.3.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I……..……. 72

4.1.3.3 Uji Korelasi Antara Rerata PretestdanPosttest I……… 73

4.1.3.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan………... 75

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II……….……….. 76

4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data……….. 77

4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal……….. 79

4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan………... 80

4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan……… 82

4.1.5 Analisis Lebih Lanjut……… 83

4.1.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I….... 83

4.1.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I………... 84

4.1.5.3 Uji Korelasi Antara Rerata Pretestdan Posttest I……… 85

4.1.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan………. 87

4.2 Pembahasan………..….. 89

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengingat………. 89

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Memahami……… 90

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan………. 94

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut………... 99

BAB V PENUTUP……… 101

5.1 Kesimpulan………... 101

5.2 Keterbatasan Penelitian………. 102

5.3 Saran………... 102

DAFTAR REFERENSI……….. 103

LAMPIRAN………... 108


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan……… 32

Gambar 3.1 Desain Penelitian……….. 36

Gambar 3.2 Variabel Penelitian………... 40

Gambar 3.3 Rumus Besar Pengaruh Distribusi Data Normal……….. 49

Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Distribusi Data Tidak Normal…………... 49

Gambar 3.5 Rumus Besar Persentase Peningkatan………. 50

Gambar 3.6 Rumus Gain Score……….. 51

Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh………. 53

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Pretestke Posttest IKemampuan Mengingat………... 70

Gambar 4.2 Grafik Gain ScoreKemampuan Mengingat………. 72

Gambar 4.3 Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest IIKemampuan Mengingat………. 76

Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Pretestke Posttest IKemampuan Memahami………. 82

Gambar 4.5 Grafik Gain ScoreKemampuan Memahami………. 84

Gambar 4.6 Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest IIKemampuan Memahami………. 88


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data………. 38

Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian………... 41

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen……… 42

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Mengingatdan Memahami……….. 44

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Aspek Mengingatdan Memahami………. 45

Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas………... 45

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen……… 46

Tabel 3.8 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi………... 52

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru Sesudah Perlakuan……… 54

Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan………... 55

Tabel 3.11 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan………... 55

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengingat……… 66

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Varians Menggunakan Levene’t Test……….. 67

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Rerata PretestKemampuan Mengingat………... 68

Tabel 4.4 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan………... 69

Tabel 4.5 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat………. 70

Tabel 4.6 Hasil Rerata Pretestdan Posttest IKemampuan Mengingat……….... 71

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I Kemampuan Mengingat……… 73

Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Antara Rerata PretestdanPosttest IKemampuan Mengingat………. 74

Tabel 4.9 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat…….. 75

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Memahami……. 78

Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rerata PretestKemampuan Memahami……… 79

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Varians Menggunakan Levene’s Test…….... 80


(21)

Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami...…... 82

Tabel 4.15 Hasil Rerata Pretestdan Posttest IKemampuan Memahami………. 83

Tabel 4.16 Hasil Signifikansi Peningkatan Rerata Pretestke Posttest I

Kemampuan Memahami………... 85

Tabel 4.17 Hasil Uji Korelasi Antara Rerata PretestdanPosttest IKemampuan

Memahami………... 86

Tabel 4.18 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian……… 109 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen……….... 110

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen………. 111

Lampiran 2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen….... 113 Lampiran 2.3 Silabus Kelompok Kontrol……… 125 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol………… 127 Lampiran 3.1 Instrumen Soal……… 132 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban……… 137 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian………. 139

Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement………. 141

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Kemampuan Mengingatdan

Memahami……….... 143

Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Kemampuan Mengingatdan

Memahami……… 146

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest IIKemampuan

Mengingat………. 147

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest IIKemampuan

Memahami……… 149

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ……….. 151 Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal……….. 152 Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan……….. 154 Lampiran 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan……….. 156 Lampiran 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretestke

Posttest I………... 157

Lampiran 4.8 Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretestke

Posttest I………... 159


(23)

Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan………... 163 Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara……….. 166 Lampiran 5.1 Foto Kegiatan………. 173 Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian……… 175


(24)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Pendidikan merupakan suatu proses berlatih secara sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Proses pendidikan seseorang dimulai dari dalam lingkungan keluarga dan dilanjutkan di lingkungan sekolah. Proses pendidikan di lingkungan sekolah mengandung kegiatan belajar mengajar yang difungsikan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Tunnicliffe dan Ueckert (2011: 173-175) menerangkan bahwa belajar memiliki tujuan yang koheren serta menekankan koneksi pada bidang subjek dan nilai, apabila siswa dapat menghubungkan ide-ide dan mengembangkan pemahaman dari waktu ke waktu.

Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Strategi yang digunakan oleh guru dalam mengajar mempengaruhi keberhasilan tujuan proses pembelajaran. Tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa dapat memahami konsep dengan baik serta dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kemampuan memahami konsep pada siswa menjadi arah perkembangan dan perhatian pendidik ketika siswa masuk usia Sekolah Dasar (SD).

Terkait dengan hal tersebut, pembelajaran di sekolah hendaknya dapat

mengembangkan kemampuan kognitif semaksimal mungkin salah satunya agar kemampuan kognitif mengingatdan memahamisiswa dalam belajar dapat lebih baik.

Piaget (dalam Sumantri, 2009: 1-15) menjelaskan bahwa anak usia SD masuk pada tahap perkembangan operasional konkret (usia 7-11 tahun) yang memiliki karakteristik penalaran atau cara berpikir yang logis dan berhubungan dengan objek konkret/nyata. Proses kognitif perlu diperhatikan mulai dari tahap yang paling rendah sampai tahap yang paling tinggi. Proses kognitif yang terlebih dahulu perlu


(25)

dikatakan ideal apabila anak dapat mengingat kembali data atau informasi yang diperoleh. Kemampuan memahami dikatakan ideal apabila anak dapat menjelaskan aneka gagasan atau konsep, memahami makna, dan merumuskan sebuah masalah

dengan kata-kata sendiri (Supratiknya, 2012: 9). Kemampuan mengingat dan

memahami merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak. Kemampuan

mengingat dan memahami memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Piaget (dalam Suparno, 2001: 69) menjelaskan bahwa anak pada tahap operasi konkret dikategorikan dalam rentang usia 7-11 tahun. Rentang usia tersebut dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis atau berdasarkan hal-hal yang kelihatan konkret/nyata dan belum bersifat abstrak.

Proses mengingat dan memahami dikatakan berjalan dengan baik apabila siswa dapat menjelaskan dengan bahasa mereka sendiri informasi yang telah mereka terima sebelumnya. Sarjono (dalam Zuriyani, 2012: 2) menyatakan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD selama ini dilakukan tidak melalui inkuiri ilmiah melainkan didominasi oleh kegiatan transfer informasi dan bersifat hafalan, sehingga proses pembelajaran IPA di SD menjadi rendah dan tidak bermakna panjang. Proses pembelajaran IPA di SD yang tidak bermakna dan rendah disebabkan oleh penerapan metode ceramah yang dilakukan oleh guru. Metode ceramah yang digunakan guru saat mengajar membatasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kemampuan berpikir kognitif siswa menjadi kurang berkembang.

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Wasis, 2002: 48). Karakteristik IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi merupakan suatu proses penemuan. Sesuai dengan karakteristik anak usia SD dan karakteristik mata pelajaran IPA, pembelajaran yang dirancang seharusnya mengacu pada aktivitas


(26)

konkret dan berorientasi pada lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya tidak

menghafalkan konsep, rumus, bentuk atau masalah tertentu, tetapi harus

memfasilitasi siswa untuk memahami konsep dengan baik sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Program for International Student Assesment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan IPA di negara Indonesia masih sangat rendah. Hasil penelitian PISA tahun 2009 menunjukkan bahwa kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara dengan perolehan skor sebesar 383 (OECD, 2009: 8). PISA melakukan penelitian kembali di tahun 2012, kemampuan IPA negara Indonesia mengalami penurunan menjadi peringkat 64 dari 65 negara dengan perolehan skor sebesar 382 (OECD, 2012: 232). Hasil penelitian PISA menunjukkan bahwa kualitas dan mutu pembelajaran IPA di Indonesia masih sangat rendah dan mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa terdapat kesalahan pada sistem pendidikan di Indonesia khususnya pada pembelajaran IPA. Salah satu cara untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia adalah melalui penerapan metode pembelajaran. Usaha memperbaiki kualitas pembelajaran dapat dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan usia anak (Suyono & Hariyanto, 2011: 212). Pembelajaran seharusnya dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga perlu menggunakan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Djamarah & Zain, 2010: 323).

Pembelajaran IPA hendaknya dipelajari secara konkret melalui pengalaman langsung dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan menggairahkan. Metode pembelajaran yang banyak disarankan untuk pembelajaran IPA adalah metode inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan penemuan sesuatu melalui proses mencari dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah. Penemuan adalah proses yang melibatkan upaya untuk memahami, mengumpulkan, menganalisis, membuat kesimpulan, dan merumuskan ide-ide yang relevan (Kitota, Ahmada, & Semana, 2010). Pembelajaran menggunakan metode inkuiri terdiri dari beberapa langkah,


(27)

yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

Zuriyani (2012: 2) mengartikan inkuiri sebagai pembelajaran yang

menitikberatkan aktivitas dan pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. Pembelajaran berbasis inkuiri akan membawa dampak belajar bagi perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pembelajaran inkuiri, siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak. Metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan dalam strategi pembelajaran (Sanjaya, 2006: 206). Metode inkuiri menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Strategi pembelajaran inkuiri sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan. Strategi pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memilki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tangkas (2012) menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan pemahaman konsep dan ketrampilan proses sains. Penelitian yang dilakukan oleh Anggareni, Ristiati, & Widiyanti (2013) menunjukkan bahwa implementasi strategi pembelajaran inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep IPA. Berdasarkan hasil penelitian PISA, terdapat penurunan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pada pembelajaran IPA dan hasil hasil penelitian terdahulu yang relevan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap

kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD

BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan di atas dengan mengujicoba metode


(28)

pembelajaran inovatif yaitu metode inkuiri pada pembelajaran IPA untuk

meningkatkan kemampuan mengingatdan memahami.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap

kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD

BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

Kemampuan mengingat dibatasi pada aspek mengenali, mengidentifikasi, mengingat

kembali, dan mengambil. Kemampuan memahami dibatasi pada aspek

mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, dan menjelaskan. Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi penelitian. Kelas V.2 dipilih sebagai kelas kontrol dan kelas V.1 dipilih sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingatdan

memahami yang lebih difokuskan pada materi pembelajaran IPA, Standar Kompetensi 1. Mengidentifikasi organ tubuh manusia dan hewan dan Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia bagi siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengingatmata pelajaran IPA materi pernapasan manusia pada siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

memahamimata pelajaran IPA materi pernapasan manusia pada siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengingatmata pelajaran IPA materi pernapasan manusia pada siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.


(29)

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan

memahamimata pelajaran IPA materi pernapasan manusia pada siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Sekolah

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran

yang dapat mempengaruhi kemampuan mengingat dan memahami siswa.

Memperbaiki sistem pembelajaran sehingga akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa.

1.4.2 Bagi Guru

Menambah pengetahuan tentang penerapan metode inkuiri yang dapat diterapkan untuk pembelajaran di sekolah. Guru menjadi lebih kreatif dalam memilih dan merancang metode pembelajaran yang relevan untuk meningkatkan proses kognitif siswa. Guru dapat mengetahui perkembangan kognitif siswa dan dapat menerapkan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa

1.4.3 Bagi Siswa

Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan metode inkuiri

sehingga dapat mengembangkan kemampuan mengingat dan memahami

dalam pembelajaran IPA. Mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa dan membangun pengetahuannya dengan cara terlibat langsung dalam pembelajaran.

1.4.4 Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman langsung menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sehingga dapat berguna untuk bekal mengajar pada masa mendatang serta mengembangkan hasil penelitian ini untuk melakukan penelitian lain yang relevan.


(30)

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Kemampuan mengingat adalah kemampuan mengenali dan mengingat

kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

1.5.2 Kemampuan memahami adalah kemampuan menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan sebab-akibat dari sebuah konsep ke dalam suatu sistem.

1.5.3 Metode adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.4 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan permasalahan yang bermakna dan mencoba mencari jawabannya dengan tujuh langkah, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

1.5.5 Metode inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang menekankan peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang belum berpengalaman belajar menggunakan inkuiri.

1.5.6 Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian dengan materi fungsi organ pernapasan manusia.

1.5.7 Siswa Sekolah Dasar (SD) adalah siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, dan literature map. Kerangka berpikir berisi rumusan berpikir dari umum ke khusus dan hipotesis penelitian berisi dugaan sementara dari rumusan masalah.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai teori perkembangan anak. Teori perkembangan anak yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934). Teori tersebut peneliti gunakan karena memiliki kesesuaian dengan variabel penelitian dan tahap perkembangan anak. Piaget (dalam Schunk, 2012: 334) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif dapat terjadi hanya ketika disequilibrium (ketidakseimbangan) atau konflik kognitif terjadi. Peristiwa atau konflik yang terjadi harus dapat menimbulkan sebuah gangguan dalam struktur-struktur kognitif anak-anak sehingga keyakinan mereka tidak sesuai dengan realitas yang mereka amati. Perkembangan kognitif tergantung pada empat faktor yaitu pertumbuhan biologis, pengalaman dengan lingkungan fisik, pengalaman dengan lingkungan sosial, dan ekuilibrasi (Schunk, 2012: 331). Duncan (dalam Schunk, 2012: 331) mengungkapkan bahwa ekuilibrasi mengacu pada dorongan biologis untuk menciptakan sebuah kondisi keseimbangan atau ekuilibrium (adaptasi) yang

optimal antara struktur-struktur kognitif dan lingkungan. Ekuilibrasi

mengkoordinasikan tindakan-tindakan dari tiga faktor lainnya dan membuat struktur-struktur mental dan realitas lingkungan eksternal. Ketika anak berusaha untuk membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang menciptakan skema.


(32)

Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengkoordinasikan pengetahuan. Piaget membagi proses belajar menjadi tiga tahapan yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrium (dalam Santrock, 2014: 44). Asimilasi adalah proses memasukkan informasi baru ke dalam pengetahuan skema yang ada. Akomodasi

adalah proses penyesuaian skema pengetahuan yang sudah ada terhadap informasi

baru. Sedangkan equilibrium adalah mekanisme perpindahan dari satu tahap

pemikiran anak ke tahap pemikiran berikutnya. Piaget (dalam Hergenhahn & Olson, 2010: 318) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap, yaitu.

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun). Tahap sensorimotor dicirikan oleh tidak adanya bahasa. Anak pada tahap sensorimotor tidak dapat berbicara dengan menggunakan bahasa. Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada didekatnya. Anak

membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan

pengalaman sensorik mereka (melihat dan mendengar) dengan tindakan motorik mereka (mencapai dan menyentuh). Tingkat intelegensi anak didasarkan pada penggunaan indra (sensori) dan tindakannya (motor).

Interaksi dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor dan hanya

berkaitan dengan keadaannya saat ini.

2. Tahap Pra-Operasional(2-7 tahun). Tahap pemikiran pra-operasional terbagi menjadi dua yakni (1) Pemikiran prakonseptual (2-4 tahun) dan (2) Pemikiran intuitif (4-7 tahun). Pemikiran prakonseptual, anak-anak mulai membentuk konsep sederhana. Anak-anak mulai mengklasifikasi benda-benda dalam kelompok tertentu berdasarkan kemiripannya, tetapi mereka banyak melakukan kesalahan lantaran konsep mereka itu sendiri. Pemikiran intuitif, anak-anak memecahkan masalah secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah-kaidah logika. Ciri paling menonjol dari pemikiran anak pada tahap ini adalah kegagalannya untuk mengembangkan conservation (konservasi). Konservasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyadari bahwa jumlah, panjang, substansi atau luas akan tetap sama meskipun hal-hal seperti itu


(33)

direpresentasikan kepada anak dalam bentuk yang berbeda-beda (Hergenhahn & Olson, 2010: 319).

3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun). Tahap operasional konkret

merupakan tahap permulaan berpikir rasional. Anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah yang konkret. Penalaran logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Operasional konkret memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada fokus hanya pada satu properti dari objek. Selama proses ini berkembang, perkembangan bahasa anak juga berubah. Pada tahap ini proses berpikir egosentris menjadi berkurang.

4. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun). Tahap operasional formal

merupakan tahap dimana individu bergerak melampaui penalaran tentang pengalaman konkret dan masuk berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, serta logis. Anak-anak dapat menangani situasi hipotesis, dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan nyata. Anak-anak mulai dapat menggunakan operasi-operasi kongkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Tahap ini, anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa kongkret, karena mereka mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar (SD) kelas V berada pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan aturan logis yang jelas. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwa yang berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa anak usia Sekolah Dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Anak pada tahap ini mulai berpikir mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Penting bagi seorang pendidik untuk mampu mengetahui tahapan perkembangan anak didiknya. Pendidik harus dapat memilih atau menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.


(34)

Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan anak bergantung pada interaksi anak dengan orang lain dan dengan sarana-sarana tertentu (seperti bahasa) yang disediakan oleh kultur dan membantu membentuk pandangan dunia anak (dalam Salkind, 2004: 373). Anak belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu (Slavin, 2011: 4). Interaksi sosial memengaruhi perubahan pemikiran anak (dan selanjutnya perilaku mereka), dan karena perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku itu berlangsung (Salkind, 2004: 373). Ada empat ide pokok yang menjadi dasar teori Vygotsky (Salkind, 2004: 374), yaitu (1) anak-anak membangun pengetahuan mereka sendiri, (2) perkembangan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosialnya, (3) pembelajaran bisa mengarahkan perkembangan, (4) bahasa memainkan peranan sentral dalam perkembangan mental. Vygotsky menjelaskan bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi pembelajaran dan berpikir bahwa interaksi-interaksi sosial mengubah atau mentransformasi pengalaman-pengalaman belajar (dalam Schunk, 2012: 339).

Konsep utama dalam teori Vygotsky adalah zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) atau ZPD. Zone of proximal development (ZPD) didefinisikan sebagai jarak antara level perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensi perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan teman-teman sebaya yang mampu (Schunk, 2012: 341). Zona perkembangan proksimal digambarkan sebagai perbedaan antara kemampuan anak untuk memecahkan masalahnya sendiri dan kemampuan anak untuk memecahkan masalah dengan dibantu orang dewasa atau teman sebaya (Salkind, 2004: 376). Batas bawah ZPD adalah tingkat keterampilan yang dicapai oleh anak yang bekerja secara independen, sedangkan batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang anak dapat terima dengan bantuan instruktur yang cakap (Santrock, 2014: 57). Konsep ZPD menjadi pendorong terjadinya kemajuan dalam perkembangan (suatu gejala yang menurut Vygotsky terjadi secara alamiah) dan pembelajaran (suatu aktivitas yang didasarkan pada latihan, dengan isi aktivitas ditentukan oleh kultur sekeliling). Membantu siswa memperoleh mediator-mediator kognitif melalui lingkungan sosial


(35)

dapat dilakukan dengan banyak cara. Aplikasi yang umum dipakai adalah konsep pemberian struktur penyangga pengajaran atau pemberian bantuan pengajaran (instructional scaffolding) yang mengacu pada proses-proses pengendalian elemen-elemen tugas yang berada di luar kapasitas siswa (Schunk, 2012: 344).

Perancahan (scaffolding) diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya (Salkind, 2004: 379). Perancahan (scaffolding) terdiri atas kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh pendidik untuk menopang dan menuntun anak melalui zona perkembangan proksimal. Pemberian bantuan dalam belajar adalah bagian dari teknik pemodelan partisipan Bandura, di mana seorang guru pada mulanya memodelkan keterampilan yang diajarkannya, memberikan bantuan, dan berangsur-angsur mengurangi bantuannya ketika keterampilan siswa semakin meningkat. Pendidik semestinya menyediakan ‘perancah’ tersebut bukan sebagai bangunan tetap, melainkan sebagai penopang bagi struktur yang tengah dibangun anak, sebagai serangkaian teknik yang dapat digunakan sebagai pendorong apabila anak berhasil melampaui keadaannya saat itu dan meraih ide berpikir yang baru.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran supaya dapat tercapai dengan optimal, dengan mengimplementasi suatu rencana yang telah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata (Sanjaya, 2006: 145). Metode pembelajaran merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan (Majid, 2013: 135). Surakhmad (dalam Suryosubroto, 2002: 148) mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah langkah-langkah pelaksanaan dalam proses pengajaran atau teknisnya suatu bahan pelajaran yang diberikan kepada murid-murid di sekolah. Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono & Hariyanto, 2011: 19). Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa metode


(36)

pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan yang telah disusun secara sistematis dalam kegiatan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah.

2.1.1.3 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Discovery dan inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan, sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah, et al, 2009: 77). Metode inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2008: 84). Pendapat serupa diungkapkan Sanjaya (2011: 196) yang menjelaskan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.

Gulo menjelaskan strategi inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (dalam Trianto, 2009: 166). Inkuiri merupakan pembelajaran yang dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat (Trianto, 2010: 167). Metode inkuiri juga dijelaskan Dewey (dalam Mohan, 2007: 95) yang mengatakan “inquiry is the active, persistent, and carefull consideration of any belief or supposed form of knowledge in the light of the grounds that support in and the futher conclutions to which it trends”, yang dapat diartikan bahwa inkuiri merupakan pengambilan keputusan berdasarkan proses aktif, gigih, dan hati-hati dalam membuat kesimpulan atau pengetahuan berdasarkan alasan yang dapat ditindak lanjuti. Victor dan Kellough menjelaskan bahwa inkuiri merupakan sebuah proses dalam menjawab


(37)

pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah berdasarkan pada pengujian logis atas fakta dan observasi (dalam Jacobsen, 2009: 243).

Berdasarkan pendapat pada ahli yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti

menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah seluruh rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis, analitis, dan logis untuk menemukan dan memecahkan sendiri permasalahan yang dipertanyakan melalui percobaan sendiri agar memperoleh pengetahuan dan pemahaman.

2. Macam-macam Metode Inkuiri

Ada beberapa jenis metode inkuiri. Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) mengemukakan tiga macam metode inkuiri, yaitu:

a. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)

Salah satu metode inkuiri yang dalam penerapannya atau pendekatan pembelajarannya masih membutuhkan bantuan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan bagi siswa. Pada tahap awal, guru memberikan bimbingan serta pengarahan secara luas, kemudian pada tahap berikutnya guru mengurangi sedikit demi sedikit bantuan bagi siswa. Bimbingan serta pengarahan dari guru diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan diskusi yang memancing siswa untuk berpikir.

b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry)

Salah satu metode inkuiri yang dalam penerapannya atau pendekatan pembelajarannya, siswa melakukan penelitian sendiri layaknya seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. Siswa harus dapat mengidentifikasi serta merumuskan sendiri topik permasalahan yang akan diselidiki.

c. Inkuiri Bebas yang dimodifikasi (Modified Free Inquiry)

Merupakan metode campuran dari metode inkuiri terbimbing dan

metode inkuiri bebas. Guru memberikan permasalahan atau problem

kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.


(38)

Berdasarkan macam-macam metode inkuiri yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti memilih untuk menggunakan metode inkuiri terbimbing. Peneliti memilih metode inkuiri terbimbing karena langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar kelas V yang masih membutuhkan bantuan dari guru dalam memahami konsep pelajaran.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri menekankan pengembangan proses berpikir kritis dan analitis. Seorang pendidik harus memperhatikan beberapa prinsip dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri. Sanjaya (2011: 199-201) menjelaskan prinsip pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Pembelajaran inkuiri bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir. Orintasi dari pembelajaran inkuiri adalah proses dan hasil belajar. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu, sehingga gagasan yang dikembangkan adalah gagasan yang ditemukan.

b. Prinsip Interaksi

Proses belajar adalah proses pola interaksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan. Interaksi dalam pembelajaran tidak menempatkan guru sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan siswa agar dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka baik dengan siswa, guru, dan lingkungan.


(39)

c. Prinsip Bertanya

Peran guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan pada dasarnya merupakan sebagian dari proses berpikir. Langkah pembelajaran inkuiri memerlukan kemampuan guru untuk bertanya kepada siswa. Guru perlu menguasai berbagai jenis dan teknik bertanya baik sekedar meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, mengembangkan kemampuan, atau untuk menguji. d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar merupakan proses berpikir yang mengembangkan potensi seluruh otak secara maksimal. Otak kiri berperan dalam cara berpikir logis dan rasional, sedangkan otak kanan berperan mempengaruhi emosi. Penggunaan dan pemanfaatan otak harus seimbang antara otak kiri dan otak kanan, agar anak tidak sekedar berpikir secara logis dan rasional namun juga dapat menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip Keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Anak perlu memperoleh kebebasan untuk mencoba segala sesuatu sesuai dengan perkembangan nalar dan logikanya. Pembelajaran akan bermakna jika menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Hal ini dapat tercapai melalui peran guru dengan menyediakan

ruang yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan hipotesis dan membuktikan kebenaran hipotesis secara terbuka.

4. Keunggulan Metode Inkuiri

Keunggulan-keunggulan metode inkuiri (Sanjaya, 2006: 206), yaitu (1) metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna dan mendorong siswa menjadi lebih aktif, (2) metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan


(40)

gaya belajar mereka dan merupakan metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, (3) metode inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang mempunyai kemampuan lebih tidak akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan kurang.

Pendapat lain tentang keunggulan metode inkuiri diungkapkan oleh Roestiyah (2001: 76), yaitu membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa; membantu ingatan dan transfer pada proses belajar yang baru; mendorong siswa berinisiatif, objektif, jujur, dan terbuka; mendorong siswa berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; proses belajar menjadi lebih merangsang; dapat mengembangkan bakat; memberi kebebasan pada siswa dalam belajar; menghindari siswa belajar dengan cara tradisional; dan dapat memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Berdasarkan pendapat para ahi yang telah disampaikan sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa metode inkuiri mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut, yakni memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya, mendorong siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan logis terhadap suatu konsep sehingga dapat mengembangkan pemahamannya tentang suatu, membantu siswa dalam belajar tentang bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah, mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri dan aktif serta dapat meningkatkan hubungan yang erat antara siswa dengan guru.

5. Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri terdapat beberapa macam. Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2007: 109) mengungkapkan bahwa terdapat tiga jenis metode inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Penelitian ini menggunakan metode inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang membutuhkan perencanaan dalam membimbing dan menilai siswa melalui proses siswa menemukan sendiri informasi secara bertahap untuk meningkatkan


(41)

pemahaman akan suatu masalah (Kuhlthau et al, 2007: 2). Inkuiri merupakan persiapan belajar sepanjang hayat, tidak hanya persiapan menghadapi ujian (Kuhlthau

et al, 2007: 4-5). Isi atau materi kurikulum dalam inkuiri terbimbing dihubungkan dalam kehidupan siswa yang dipelajari melalui kerja sama guru dan siswa. Siswa dapat belajar dalam kelompok belajar, saling membantu, dan belajar satu sama lain.

Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran di mana guru

menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Amin, 1987: 137). Guru memberikan petunjuk yang cukup luas kepada siswa bagimana menyusun dan mencatat. Langkah sebelum memberikan petunjuk kepada siswa, guru terlebih dahulu harus mengarahkan siswa untuk membuat rumusan hipotesis. Merumuskan hipotesis merupakan salah satu langkah dalam metode inkuiri terbimbing. Rumusan hipotesis dituliskan dengan menggunakan kata tanya “apakah”. Kata tanya “apakah” digunakan sebagai dasar untuk menjawab hipotesis penelitian. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah disampaikan sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah kegiatan pembelajaran inkuiri yang melibatkan peran guru sebagai pembimbing terhadap proses belajar siswa mengenai suatu konsep dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing sehingga anak dapat menemukan sendiri pemahamannya

6. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Langkah-langkah metode inkuiri (Sanjaya, 2011: 201-205) adalah sebagai berikut:

a. Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru bertugas mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan pembelajaran dengan merangsang dan mengajak siswa memecahkan masalah.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada teka-teki atas suatu persoalan yang dapat menantang siswa untuk berpikir


(42)

memecahkan teka-teki suatu permasalahan. Teka-teki dalam rumusan masalah diartikan sebagai masalah yang ada jawabannya, sehingga siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Dengan demikian teka-teki dalam rumusan masalah mengandung konsep yang harus dicari dan ditemukan menggunakan kata tanya “apakah”.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara dari rumusan masalah yang perlu diuji kebenarannya. Kemampuan berpikir dimulai dengan menebak atau menduga jawaban dari suatu permasalahan. Sesorang yang dapat membuktikan suatu tebakan atau jawaban atas suatu permasalahan dapat mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Hipotesis harus mempunyai landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dirumuskan akan bersifat rasional dan logis yang dipengaruhi oleh kedalaman wawasan serta keluasan pengalaman.

d. Melakukan eksperimen

Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring atau mengambil informasi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dibutuhkan. Proses pengumpulan data membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi pikirannya. Guru berperan mendorong siswa untuk mencari informasi yang dibutuhkan melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang dapat merangsang siswa untuk berpikir.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang sesuai dengan data yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Hal terpenting dari langkah ini adalah mencari keyakinan atas jawaban yang diberikan siswa, sehingga dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Jawaban siswa bukan sekedar argumentasi namun didukung data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.


(43)

f. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan proses yang dilakukan untuk mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Penarikan kesimpulan yang akurat dapat dilakukan melalui peran guru yang mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

Pendapat sedikit berbeda diungkapkan Gulo (dalam Trianto, 2010: 168-169) mengenai langkah-langkah pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri menurut Gulo adalah sebagai berikut.

a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai dengan kegiatan mengajukan pertanyaan atau permasalahan.

b. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji. Pada proses ini guru mengumpulkan gagasan mengenai hipotesis yang mungkin dan relevan berdasarkan permasalahan yang diberikan sebelumnya.

c. Mengumpulkan Data

Hipotesis berfungsi untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang diperoleh dapat berupa tabel, grafik, atau matriks.

d. Analisis Data

Siswa perlu menguji hipotesis yang dirumuskan dengan menganalisis data yang diperoleh. Faktor uji hipotesis adalah pemikiran “benar” atau “salah” yang dapat dijelaskan sesuai proses inkuiri yang telah dilakukan. Siswa menguji hipotesis yang dirumuskan menggunakan analisis data percobaan.

e. Membuat Kesimpulan

Langkah terakhir dari pembelajaraan inkuiri adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan diambil dari hasil analisis data yang diperoleh.


(44)

Berdasarkan langkah-langkah metode inkuiri yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti memilih menggunakan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

2.1.1.4 Teori Kognitif 1. Proses Kognitif

Bloom menjelaskan dimensi proses kognitif dibagi menjadi beberapa kategori pengklasifikasian proses-proses kognitif yang terdapat pada tujuan di bidang pendidikan berdasarkan 6 tahapan taksonomi Bloom yang sudah direvisi (dalam Anderson & Krathwohl, 2010: 6-7). Terdapat enam tahapan pada dimensi proses kognitif (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-133).

a. Mengingat

Proses mengingat adalah proses mengambil pengetahuan yang

dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan dapat berupa pengetahuan factual, konseptual, procedural, atau metakognitif, atau

kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut. Pengetahuan mengingat

penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah. Proses kognitif mengingatmeliputi:

1) Mengenali

Proses mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima (Anderson & Krathwohl, 2010: 103). Kegiatan siswa dalam proses ini adalah mencari di memori jangka panjang suatu informasi yang identik atau mirip sekali dengan informasi yang baru diterima. Istilah lain untuk mengenali adalah mengidentifikasi.

2) Mengingat kembali

Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang yang berlangsung pada saat dirangsang melalui sebuah pertanyaan (Anderson & Krathwohl, 2010:


(45)

104). Kegiatan siswa dalam proses ini adalah mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. Istilah lain untuk mengingat kembali adalah mengambil.

b. Memahami

Proses memahami terjadi ketika siswa dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan, ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson & Krathwohl, 2010: 105-128). Proses kognitif memahami

meliputi.

1) Menafsirkan

Proses menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satuu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata menjadi kata-kata-kata-kata lain (memparafrasakan).

2) Mencontohkan

Proses mencontohkan terjadi ketika siswa memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum.

3) Mengklasifikasikan

Proses mengklasifikasikan terjadi ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu termasuk dalam kategori tertentu. Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut.

4) Merangkum

Proses merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang mempresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi.

5) Menyimpulkan

Proses menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam


(46)

mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contoh-contohnya dan yang terpenting adalah dapat menarik hubungan di antara ciri-ciri tersebut. 6) Membandingkan

Proses membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi.

7) Menjelaskan

Proses menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem.

c. Mengaplikasi

Proses mengaplikasi melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal-soal latihan atau menyelesaikan masalah. Proses kognitif mengaplikasi meliputi.

1) Mengeksekusi

Proses mengeksekusi melibatkan siswa secara rutin untuk menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familier.

2) Menginplementasikan

Proses mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.

d. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi.


(47)

1) Membedakan

Proses membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur.

2) Mengorganisasi

Proses mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren.

3) Mengatribusikan

Proses mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi.

e. Mengevaluasi

Proses mengevalusasi adalah membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori proses mengevaluasi meliputi. 1) Memeriksa

Proses memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk.

2) Mengkritik

Proses mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal.

f. Mencipta

Proses mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Kategori proses mengevaluasi meliputi.


(48)

1) Merumuskan

Proses merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

2) Merencanakan

Proses merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

3) Memproduksi

Proses memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu.

Berdasarkan keenam tingkatan berpikir kognitif Benyamin S. Bloom, peneliti

hanya mengambil dua aspek yaitu kemampuan mengingatdan memahami.

2.1.1.5 Kemampuan Mengingat

Proses mengingat merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (Kuswana, 2012: 111). Anderson dan Krathwohl

(2010: 99) menjelaskan proses mengingat sebagai proses mengambil pengetahuan

yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kemampuan mengingat adalah

kemampuan paling rendah dalam dimensi kognitif Bloom yang merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Proses mengingat dibagi menjadi dua aspek, yaitu.

1. Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima.

2. Mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang yang berlangsung pada saat dirangsang melalui sebuah pertanyaan.


(49)

2.1.1.6 Kemampuan Memahami

Anderson dan Krathwohl (2010: 105) mengungkapkan proses memahami

adalah proses mengkonstruksi makna atau pesan dari pembelajaran siswa baik bersifat lisan, tulisan, maupun grafis. Kemampuan memahami adalah kemampuan untuk membangun pengertian dari pesan pembelajaran di antaranya oral, tulisan, komunikasi grafik. Proses memahamidibagi menjadi tujuh aspek, yaitu.

1. Menafsirkan adalah proses mengubah kata-kata menjadi kata-kata lain.

2. Mencontohkan adalah proses menemukan contoh atau ilustrasi tentang suatu konsep atau prinsip.

3. Mengklasifikasikan adalah proses melengkapi proses mencontohkan.

4. Merangkum adalah proses kognitif yang terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang mempresentasikan informasi yang diterima.

5. Menyimpulkan adalah proses kognitif yang terjadi ketika siswa dapat mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh dengan cara mencermati ciri-ciri setiap contoh-contohnya kemudian menghubungkannya.

6. Membandingkan adalah proses kognitif yang melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi.

7. Menjelaskan adalah proses kognitif dengan membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem.

2.1.1.7 Hakekat IPA

Donosapoetro (dalam Trianto, 2010: 137) mengungkapkan hakekat Ilmu pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk dapat diartikan sebagai hasil dari suatu proses, dapat berupa pengetahuan dan bacaan untuk menyebarkan pengetahuan. Sebagai prosedur dapat diartikan sebagai


(50)

metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang disebut dengan metode ilmiah.

Pendapat berbeda diungkapkan Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 130) mengenai hakekat IPA yang mengatakan bahwa IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk dapat diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan, konsep, dan bagan konsep. Sebagai proses dapat diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan, dan mengembangkan produk sains. Sebagai aplikasi dapat diartikan sebagai teori-teori IPA yang melahirkan teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan proses mencari tahu tentang alam secara sistematis dan ilmiah melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi (KTSP, 2006: 143). Hakekat IPA lebih menekankan nilai rohani, yaitu memandang IPA sebagai suatu ilmu di mana memperhatikan keteraturan di alam semesta yang akan meningkatkan keyakinan kepada Tuhan (Trianto, 2010: 138). IPA merupakan pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami

dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya (Trianto, 2010: 142-143).

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala-gejala alam dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan pengamatan dan hasil percobaan yang dilakukan oleh manusia.

2.1.1.8 Materi IPA

1. Pernapasan Manusia

Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara (Sulistyanto, 2008: 3). Udara mengandung beberapa komponen gas diantaranya nitrogen (N) sebanyak 79%, oksigen (O2) sebanyak 20%, dan lain-lain sebanyak 1%. Salah satu komponen udara yang dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah oksigen (O2). Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya pernapasan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Bernapas


(51)

menggunakan alat-alat pernapasan. Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, tenggorokan, dan paru-paru (Sulistyanto, 2008: 3).

a. Hidung

Hidung merupakan tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selaput lendir berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman. Di dalam hidung, udara juga mengalami penyesuaian suhu dan kelembaban. b. Tenggorokan

Udara pernapasan dari hidung turun ke tenggorokan. Pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus berfungsi menyaring udara dari kotoran yang masih dapat lolos ke tenggorokan.

c. Paru-paru

Di dalam paru-paru terdapat cabang-cabang bronkus yang disebut bronkiolus. Bronkiolus mempunyai percabangan yang jumlahnya banyak. Tiap-tiap ujung cabang membentuk kantung berdinding tipis yang disebut alveolus. Alveolus merupakan gelembung yang sangat tipis. Pada alveolus terjadi pertukaran gas O2dan CO2.

2. Proses Pernapasan

Jenis pernapasan manusia dibagi menjadi 2, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut (Sulistyanto, 2008: 4).

a. Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. 1) Proses inspirasi. Proses ini diawali dengan berkontraksinya otot

antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar. Akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara (O2) masuk ke dalam paru-paru.

2) Proses ekspirasi. Proses ini diawali berelaksasinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibatnya tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan di luar sehingga udara (CO2) keluar dari paru-paru.


(52)

b. Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma.

1) Proses inspirasi. Proses ini diawali dengan berelaksasinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar. Akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara (O2) masuk ke dalam paru-paru.

2) Proses ekspirasi. Proses ini diawali dengan berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibatnya tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan di luar sehingga (CO2) keluar dari paru-paru.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri

Sochibin, Dwijananti, dan Marwoto (2009) meneliti pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri Sekaran 01 Gunungpati Semarang pada pokok bahasan air dan sifatnya. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan pemahaman konsep pada pokok bahasan air dan sifatnya. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 44 anak. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes, dan pengumpulan dokumentasi. Hasil tes pada siklus II lebih baik dari siklus I. ketuntasan klasikal pada pembelajaran siklus II sudah mencapai 88,64% dan ini sudah lebih dari 85%. Peningkatan dilihat dari nilai terendah 5 menjadi 6. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 7,93 meningkat menjadi 8,35% dan ketuntasan klasikal siswa pada siklus I yaitu 81,82% pada siklus II meningkat menjadi 88,64%, ketuntasan pada siklus II sudah mencapai target yang diharapkan. Pada siklus I keterampilan mengklasifikasikan mempunyai presentase nilai rata-rata sebesar 71,002%, sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata sebesar 79,55%. Pada siklus I keterampilan meminimalkan kesalahan mempunyai presentase nilai rata-rata sebesar 58,52% sedangkan pada siklus II sebesar 71,59%. Keterampilan


(1)

4.11.6 Wawancara 2 Siswa C Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal : Selasa, 18 Agustus 2015

Baris Wawancara 2 Keterangan

P : Apakah metode inkuiri membantumu dalam memahami materi pernapasan manusia?

26 SC : Iya Manfaat metode

inkuiri P : Apakah kamu mengalami kesulitan saat belajar IPA

dengan metode inkuiri? Mengapa? Jelaskan!

28 SC : Tidak mengalami kesulitan Belajar inkuiri

P : Apakah belajar IPA dengan metode inkuiri lebih menarik daripada metode ceramah? Mengapa?

38 SC : Tidak juga. Yaa biasa saja. Metode inkuiri

tidak

menyenangkan P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 1a, 1b

dan 1c tentang fungsi organ pernapasan manusia?

41 SC : Lebih bisa Pemahaman

siswa P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2a

tentang tentang jenis-jenis pernapasan manusia?

44 SC : Iya Pemahaman

siswa P : Apakah kamu lebih bisa mengerjakan soal nomor 2b

tentang tentang proses pernapasan manusia? SC : Iya

P Apakah belajar IPA dengan metode inkuiri

mempermudah kamu untuk mengerjakan soal yang sulit?

53 SC : Enggak juga. Manfaat metode

inkuiri P : Apakah kamu merasa senang belajar IPA dengan metode

inkuiri? Mengapa?

59 SC : Iya. Karena menyenangkan dan bisa melakukan eksperimen

Metode inkuiri menyenangkan


(2)

172

4.11.7 Wawancara Guru Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal : Rabu, 19 Agustus 2015

Baris Wawancara ke-1 Keterangan

P : Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA?

63 G : Belum pernah. Kalau inkuiri terbimbing belum pernah Pengalaman sebelumnya P : Apakah terdapat kesulitan yang Ibu temui saat

menggunakan metode inkuiri terbimbing? 68 G : Karena ini pertama kali saya lakukan, jadi agak

mengalami kesulitan. Karena biasanya kalau eksperimen ya eksperimen biasa

Kesulitan guru

P : Bagaimanakah pendapat Ibu mengenai proses

pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing? 77 G : Menurut saya cukup menarik karena anak-anak diminta untuk lebih aktif dan bisa berpikir kristis. Jadi mereka lebih siap untuk mengikuti pembelajaran saat itu karena mereka mengetahui dulu masalahnya dan merumuskan hipotesisnya.

Metode inkuiri menarik

P : Apakah metode inkuiri terbimbing efektif jika diterapkan dalam pembelajaran IPA?

G : Menurut saya, tergantung

P : Apakah Ibu pernah menggunakan metode lain selain dengan metode inkuiri terbimbing? Jelaskan!

71 G : Ya itu tadi menggunakan eksperimen percobaan tetapi belum menggunakan rumusan masalah. Jadi cuma

diberikan LKS, langkah kerja, apa yang akan kita lakukan saat itu, manfaatnya apa, kemudian sambil menyelesaikan percobaan, mereka mengambil kesimpulan.

Pengalaman sebelumnya

P : Bagaimana pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah?

G : Menurut saya tidak ada masalah. Jadi tergantung penyampaian juga. Jadi kalau kita bisa menyampaikan dengan manarik, mereka pasti akan lebih bisa memahami. P : Apa saran Ibu untuk pembelajaran menggunakan metode

inkuiri terbimbing?

84 G : Mungkin lebih disosialisasikan dahulu. Metode ini karena jarang dipakai dan digunakan. Jadi biasanya cuma LKS, lembar tugas, eksperimen kemudian kesimpulan. Tidak pernah membahas rumusan masalahnya dulu. Jadi mungkin lebih bisa disosialisasikan dan lebih diperdalam lagi

Saran pembelajaran


(3)

Lampiran 5.1 Foto Kegiatan Pembelajaran 5.1.1 Pembelajaran Kelompok Eksperimen


(4)

174


(5)

(6)

176 CURRICULUM VITAE

Setyo Adi Nugroho merupakan anak ketiga dari pasangan Surino Siswo Raharjo dan Turut Hartati. Lahir di Purworejo pada tanggal 3 November 1993. Pendidikan awal dimulai dari TK Bina Siwi, Clapar, Bagelen tahun 1999-2000. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Negeri Clapar, Bagelen, Purworejo tahun 2000-2006. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 36 Purworejo, Kemanukan, Purworejo pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Bruderan Purworejo, Purworejo pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma pada tahun 2012. Berikut adalah daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

No. Nama Kegiatan Tahun Peran

1 Program Pengembangan Kepribadian Mahasiwa I dan II Universitas Sanata Dharma

2012 Peserta 2 Parade Gamelan Anak (Pargem) 2012 Anggota

keamanan 3 Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) 2012 Peserta 3 UNA Seminar and Workshop on Anti Bias Curriculum and

Teaching

2012 Peserta

4 Malam Kreativitas PGSD

Co-Perlengkapan 5 Seminar Diseminasi Magang IB, Cambridge, dan IPC 2013 Peserta 6 Seminar For Studi Generale Entitled 2013 Peserta 7 Inisiasi Program Studi PGSD (Insipro PGSD) 2014 Kabid Umum 8 Pandu Konservasi Lingkungan 2014 Fasilitator 9 Pemandu Kegiatan Eksperimen Mata Rantai Alam 2014 Fasilitator 10 Seminar Diseminasi Hasil Magang International

Baccalaureate-Primary Years Programme (IB-PYP)

2014 Peserta 11 Seminar Diseminasi Hasil Magang Dosen : Curriculum

Cambridge

2014 Peserta 12 Seminar Hasil Magang Dosen : Pendidikan Luar Biasa 2014 Peserta 13 Seminar Mental Health In Children : Theory and Research 2014 Peserta 14 Seminar Problems and Children’s Motivation to Learn 2014 Peserta 15 English Club Program For 4 Semester 2014 Peserta 16 Program Pengembangan Kepribadian Mahasiwa I dan II

Universitas Sanata Dharma

2014 Fasilitator 17 Kuliah Umum Cosmic Educationdan Bahasa 2015 Peserta


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 2 198

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 2 148

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

0 3 160

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

0 0 146