Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Pratiwi, Nindya Deni. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengingat, kemampuan memahami, pelajaran IPA

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat kemampuan IPA sesuai dengan studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Sokowaten Baru yang berjumlah 80 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VA yang berjumlah 27 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VC yang berjumlah 28 siswa sebagai kelompok eksperimen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 (atau p < 0,05) dengan df = 50 dan t = -3,637. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 1,60; SD = 0,61; SE = 0,12 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,93; SD = 0,76; SE = 0,15 untuk kelompok kontrol. Besar effect size adalah r = 0,45 atau 20% setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,041 (atau p < 0,05) dengan df = 51 dan t = -2,091. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,98; SD = 0,79; SE = 0,15 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,58; SD = 0,61; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besar effect size adalah r = 0,28 atau 8% setara dengan efek menengah.


(2)

Pratiwi, Nindya Deni (2016). The effect of inquiry method implementation on the ability to remember and understand in Science subject at 5th grade students in SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teacher Education (PGSD) Study Program. Sanata Dharma University. Keyword: inquiry method, ability to remember, ability to understand, Science subject.

Background of this research began with the concerned because of the comprehension level of Science ability based on PISA study in 2009 and 2012. Goal of this research is to know the effect of inquiry method implementation on the ability to remember and understand in Science subject.

This research takes quasi experimental method that is non-equivalent control group design type. The object or this research population is fifth grades in SD Sokowaten Baru that is eighty students. The research sample is fifth grades in VA that is twenty seven students as the control group and VC class that is twenty eight students as the experiment group.

The result of this research shows that (1) the implementation of inquiry method effects on remember Sig. (2-tailed) is 0,001 (or p < 0,05) with df=50 and t= -3,637. The average of experiment group’s score is higher than control group’s score that is M = 1,60; SD= 0,61; SE=0,12 for experiment group and M=0,93; SD= 0,76; SE= 0,15 for control group. Standard of effect size is r= 0,45 or 20% equal as an high effect. (2) implementation of inquiry method effects on understand Sig. (2-tailed) is 0,041 (or p < 0,05) with df = 51 and t = -2,091. The average of experiment group’s score is higher than control group because M = 0,98; SD = 0,79; SE = 0,15 for experiment group and M = 0,58; SD = 0,61; SE = 0,21 for control group. Standard of effect size is r = 0,28 or 8% equal as medium effect.


(3)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI PADA

PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nindya Deni Pratiwi NIM. 121134123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI PADA

PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nindya Deni Pratiwi NIM. 121134123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

ii SKRIPSI


(6)

iii SKRIPSI


(7)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT Yang Maha Petunjuk

2. Kedua orang tuaku motivatorku yang sungguh luar biasa 3. Adikku yang selalu memberikan semangat kepadaku

4. Nenek dan kakekku yang selalu memberikan doa dan semangat kepadaku 5. Sahabat-sahabatku yang setia dan selalu memotivasiku


(8)

v HALAMAN MOTTO

Man Jadda Wa Jadda

Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia pasti berhasil

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap (QS. Al-Insyirah, 5-8)

Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang.


(9)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 19 Januari 2016


(10)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma,

Nama : Nindya Deni Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 121134123

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Januari 2016 Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

Pratiwi, Nindya Deni. (2016). Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan mengingat, kemampuan memahami, pelajaran IPA

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat kemampuan IPA sesuai dengan studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Sokowaten Baru yang berjumlah 80 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VA yang berjumlah 27 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VC yang berjumlah 28 siswa sebagai kelompok eksperimen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 (atau p < 0,05) dengan df = 50 dan t = -3,637. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 1,60; SD = 0,61; SE = 0,12 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,93; SD = 0,76; SE = 0,15 untuk kelompok kontrol. Besar effect size adalah r = 0,45 atau 20% setara dengan efek besar. (2) Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,041 (atau p < 0,05) dengan df = 51 dan t = -2,091. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,98; SD = 0,79; SE = 0,15 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,58; SD = 0,61; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besar effect size adalah r = 0,28 atau 8% setara dengan efek menengah.


(12)

ix

ABSTRACT

Pratiwi, Nindya Deni (2016). The effect of inquiry method implementation on the ability to remember and understand in Science subject at 5th grade students in SD Sokowaten Baru Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Primary School Teacher Education (PGSD) Study Program. Sanata Dharma University.

Keyword: inquiry method, ability to remember, ability to understand, Science subject.

Background of this research began with the concerned because of the comprehension level of Science ability based on PISA study in 2009 and 2012. Goal of this research is to know the effect of inquiry method implementation on the ability to remember and understand in Science subject.

This research takes quasi experimental method that is non-equivalent control group design type. The object or this research population is fifth grades in SD Sokowaten Baru that is eighty students. The research sample is fifth grades in VA that is twenty seven students as the control group and VC class that is twenty eight students as the experiment group.

The result of this research shows that (1) the implementation of inquiry method effects on remember Sig. (2-tailed) is 0,001 (or p < 0,05) with df=50 and t= -3,637. The average of experiment group’s score is higher than control group’s score that is M = 1,60; SD= 0,61; SE=0,12 for experiment group and M=0,93; SD= 0,76; SE= 0,15 for control group. Standard of effect size is r= 0,45 or 20% equal as an high effect. (2) implementation of inquiry method effects on understand Sig. (2-tailed) is 0,041 (or p < 0,05) with df = 51 and t = -2,091. The average of experiment group’s score is higher than control group because M = 0,98; SD = 0,79; SE = 0,15 for experiment group and M = 0,58; SD = 0,61; SE = 0,21 for control group. Standard of effect size is r = 0,28 or 8% equal as medium effect.


(13)

x PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar tentunnya berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Ketua Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing, mendampingi, dan memotivasi dengan penuh sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen pembimbing II yang telah

membimbing, mendampingi, dan memotivasi kami dengan penuh kesabaran dan perhatian.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. Dosen penguji ke III yang telah memberikan saran dan menguji dengan penuh kesabaran.

6. Siti Maryani, S.Pd. Kepala SD Sokowaten Baru Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

7. Herni Nurmawati, S.E. Guru mitra SD penelitian yang telah membantu pelaksanaan penelitian.


(14)

xi 8. Guru-guru dan staf karyawan SD Sokowaten Baru Yogyakarta yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

9. Siswa kelas VA dan VC SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

10.Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang membantu proses perijinan penelitian skripsi.

11.Kedua orang tuaku, Sukardi dan Sri Hartini yang selalu memberikan doa terbaik, semangat, motivasi, nasihat, dan materiil kepada saya.

12.Adikku, Desi Nugraheni yang selalu memberikan semangat kepada saya. 13.Kakakku, Paskalis Raswantoro Djebagun yang selalu memotivasi dan

memberikan semangat kepada saya.

14.Nenek dan Kakekku, yang selalu memberikan doa dan nasihat kepada saya.

15.Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung Tira, Dewi, Wikan, Andan, Stepani, Agnes, Dea, Adi, Bayu, Vega, Ami, Desti.

16.Sahabat-sahabatku mahasiswa PGSD 2012 sahabat seperjuangan selama kuliah.

17.Sahabat-sahabatku dan kakak-kakakku di Kos Parkit nomor 7 yang selalu memberikan keceriaan.

18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Tentunya segala saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan.

Peneliti


(15)

xii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ... 7

2.1.1.2 Metode Pembelajaran ... 10

2.1.1.3 Metode Inkuiri ... 10

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 10

2. Prinsip Metode Inkuiri ... 11

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri ... 11


(16)

xiii

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 12

6. Keunggulan Metode Inkuiri ... 14

2.1.1.4 Teori kognitif Bloom ... 14

2.1.1.5 Kemampuan Mengingat ... 16

2.1.1.6 Kemampuan Memahami ... 17

2.1.1.7 Hakikat IPA ... 18

2.1.1.8 Perubahan Sifat Benda ... 19

1. Sifat Benda ... 20

2. Perubahan Wujud Benda yang Dapat Balik dan Tidak Dapat Balik ... 22

2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 23

2.1.2.1 Penelitian tentang inkuiri ... 23

2.1.2.2 Penelitian tentang kemampuan proses berpikir kognitif ... 24

2.1.2.3 Literature Map ... 26

2.2 Kerangka Berpikir ... 27

2.3 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Setting Penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi Penelitian... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Instrumen Penelitian ... 35

3.7 Teknik Pengujian Instrumen... 36

3.7.1 Validitas Instrumen ... 37

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 38

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 39

3.8.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal... 40

3.8.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 42


(17)

xiv

3.8.5.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 44

3.8.5.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 44

3.8.5.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 46

3.8.5.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan... 47

3.8.5.5 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 48

3.8.5.6 Pembahasan Lebih Lanjut ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Implementasi Penelitian ... 51

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 51

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 52

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol... 52

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 53

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 55

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 56

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 57

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 59

4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 61

4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut ... 61

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 61

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 63

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 64

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 66

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 68

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data... 69

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 70

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 72

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 74

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ... 74

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 74

2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 76

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 77

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 79


(18)

xv

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengingat ... 81

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Memahami ... 84

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 88

4.2.4 Pembahasan Lebih Lanjut ... 89

BAB V PENUTUP ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 93

5.3 Saran ... 93

DAFTAR REFERENSI ... 94

LAMPIRAN ... 98


(19)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 20

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan ... 26

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 30

Gambar 3.2 Skema Variabel Penelitian ... 33

Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Distribusi Normal ... 42

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Distribusi Tidak Normal ... 43

Gambar 3.5 Rumus Persentase Uji Peningkatan ... 44

Gambar 3.6 Rumus Besar Efek untuk Distribusi Data Normal ... 44

Gambar 3.7 Rumus Besar Efek untuk Distribusi Data Tidak Normal ... 45

Gambar 3.8 Rumus Persentase Uji Retensi ... 48

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengingat ... 61

Gambar 4.2 Perbedaan selisih skor pretest ke posttest I kemampuan mengingat ... 62

Gambar 4.3 Garfik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengingat ... 68

Gambar 4.4 Diagram rerata selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengingat … 72 Gambar 4.5 Perbedaan selisih skor pretest ke posttest I kemampuan memahami ... 74


(20)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 31

Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ... 35

Tabel 3.4 Validitas Instrumen ... 38

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 38

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 39

Tabel 3.7 Kriteria Menghitung Besar Pengaruh Perlakuan ... 43

Tabel 3.8 Kriteria Menghitung Besar Pengaruh Perlakuan ... 45

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen Sesudah Perlakuan ... 49

Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Guru Sesudah Perlakuan ... 49

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengingat ... 56

Tabel 4.2 Hasil Uji Asumsi Terhadap Homogenitas Varians ... 57

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampan Mengingat ... 58

Tabel 4.4 Hasil Uji Asumsi Terhadap Homogenitas Varians ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikasi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Mengingat ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat .... 62

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengingat ... 65

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Mengingat ... 66

Tabel 4.11 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat ... 67

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Memahami ... 69

Tabel 4.13 Hasil Uji Asumsi Terhadap Homogenitas Varians ... 71

Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Memahami ... 71


(21)

xviii Tabel 4.16 Hasi Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami ... 73 Tabel 4.17 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan pada Kemampuan Memahami ... 74 Tabel 4.18 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest, Posttest I, Posttest II

Kemampuan Memahami ... 75 Tabel 4.19 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I

Kemampuan Memahami ... 76 Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan

Memahami ... 78 Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest II Kemampuan Memahami . 79 Tabel 4.22 Hasi Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami ... 79


(22)

xix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 100 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Instrumen ... . 101

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ... 102 Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Ekperimen ... 106 Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 111 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 116 Lampiran 3.1 Soal Uraian ... 126 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ... 130 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ... 133 Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement ... 141 Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ... 143 Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ... 144 Lampiran 4.1 Resume Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Kemampuan Mengingat ... 145 Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Kemampuan Mengingat ... 147 Lampiran 4.3 Resume Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Kemampuan Memahami ... 151 Lampiran 4.4 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Kemampuan Memahami ... 153 Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data ... 157 Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Perbedaan Rerata Pretest ... 159 Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 161 Lampiran 4.8 Uji Besar Pengaruh Perlakukan ... 163 Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest ... 165 Lampiran 4.10 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ... 171


(23)

xx Lampiran 4.11 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest ... 173 Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Perlakuan ... 175 Lampiran 4.13 Transkrip Wawancara ... 179 Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 186 Lampiran 5.2 Surat Pernyataan Penelitian ... 187


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 263). Pendidikan di sekolah merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan akan menghasilkan generasi yang cerdas secara kognitif dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sering menjadi sorotan masyarakat. Masalah-masalah pendidikan di Indonesia saat ini semakin banyak, sehingga kinerja guru sebagai pendidik kembali dipertanyakan. Pada tahun 2012 mutu pendidikan di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development atau OCED) meluncurkan hasil Program Penilaian Pelajar Internasional (Program for International Student Assesment atau PISA), pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara di dunai (OCED, 2013: 232). Sedangkan, pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat 57 dari 65 negara di dunia (OCED, 2010: 8). Usaha yang dilakukan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan melalui sertifikasi dan gaji dua kali lipat untuk guru pada kenyataannya tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan pembelajaran di kelas (Chang dkk, 2014: 117). Besarnya gaji guru


(25)

2 sangat disayangkan jika tidak diimbangi dengan kinerja yang baik. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan nyatanya tidak tepat sasaran. Guru yang dalam hal ini berada paling dekat dengan siswa tidak secara langung memperbaharui metode pembelajaran yang digunakan. Perbaikan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki metode pembelajaran yang diterapkan.

Metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar (Ginting, 2008: 42). Sedangkan Ahmadi & Prastya (2005: 52) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Guru memiliki tugas yang penting dalam mendesain pembelajaran, yakni menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Guru memiliki wewenang untuk memilih metode pembelajaran yang digunakan di kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

Berdasarkan hasil kaijan teori dijelaskan bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah penerapan metode pembelajaran yang yang sesuai. Hairuddin (2007: 2-1) mengungkapkan bahwa salah satu keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pendekatan dan metode yang digunakan oleh guru. Pembelajaran sebaiknya dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga guru perlu menggunakan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Djamarah & Zain, 2010: 323). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Perbaikan tingkat keberhasilan pembelajaran dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat


(26)

3 diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya metode inkuiri. Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009: 194). Pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah (Ngalimun, 2012: 33). Berdasarkan kajian teori mengenai metode inkuiri, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mengajarkan siswa untuk aktif dan berpikir secara kritis dalam memecahkan sebuah permasalahan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri efektif diterapkan dalam pembelajaran. Sabahiyah, Marhaeni & Suastra (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA siswa kelas V gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu metode eksperimen semu dengan desain Posttest Only Control Group. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA. Praptiwi, Sarwi & Handayani (2012) meneliti efektifitas model pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing berbantuan my own dictionary untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa SMP RSBI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan Control Pretest Posttest Design. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantu My Own Distionary efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa SMP RSBI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa metode inkuiri efektif diterapkan dalam pembelajaran.

Pada taksonomi Bloom yang telah direvisi terdapat enam proses kognitif yakni kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam keterampilan mengingat meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan


(27)

4 ini (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-105). Keterampilan memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami (Anderson & Krathwohl, 2010: 105-115).

Berdasarkan kajian hasil penelitian, penerapan metode inkuiri untuk kemampuan mengingat dan memahami belum pernah dilakukan. Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan uji coba mengenai penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami. Sarana penelitiannya adalah menguji metode inkuiri dengan menggunakan pelajaran IPA atau sains. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdinas, 2004: 33). Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Susanto (2013: 167) yang mengungkapkan bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan, prosedur, dan penalaran sehingga mendapat kesimpulan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa metode inkuiri sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA.

Penelitian ini dibatasi pada penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Peneliti ingin mengetahui kemampuan siswa pada taksonomi Bloom tingkat paling rendah yakni mengingat dan memahami sebagai dasar untuk mengembangkan tingkat kognitif yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi. Kelas VA dipilih sebagai kelompok kontrol dan kelas VC dipilih sebagai kelompok eksperimen. Standar Kompetensi yang digunakan adalah “4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses” . Kompetensi

Dasar yang digunakan yaitu “4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap”. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan sifat benda.


(28)

5 1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.2.2 Apakah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman yang menarik dan menyenangkan melalui penerapan metode inkuiri dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa berlatih untuk menemukan jawaban dari suatu pertanyaan melalui kegiatan bereksperimen.

1.4.2 Bagi guru

Guru dapat lebih mengerti dan memahami langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri. Guru juga mendapat pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri pada pelajaran IPA.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menambah dan memperbanyak referensi bacaan mengenai metode inkuiri pada pelajaran IPA yang pelaksanaan pembelajarannya berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP).


(29)

6 Peneliti mendapatkan pengalaman dan wawasan baru dalam menyusun kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode inkuiri dan berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Pengalaman yang diperoleh peneliti kelak dapat menjadi bekal untuk menerapkan metode inkuiri dengan lebih baik.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk merumuskan sendiri permasalahan dan menemukan pemecahannya dengan tujuh langkah yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan

hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan,

mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

1.5.2 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang kegiatan dalam pembelajarannya dilaksanakan oleh siswa dengan bimbingan dan pendampingan guru.

1.5.3 Kemampuan mengingat adalah kecakapan dalam mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang, yang terdiri dari aspek mengenali dan mengingat kembali.

1.5.4 Kemampuan memahami adalah kecakapan dalam membangun makna berdasarkan pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran, serta menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama, yang terdiri dari menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

1.5.5 Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai fenomena yang terjadi di alam semesta.

1.5.6 Siswa SD adalah siswa kelas V di SD Sokowaten Baru Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.


(30)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf & Sugandhi, 2011: 1). Perkembangan tidak terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan dan belajar (Desmita, 2005: 4). Berdasarkan pendapat-pendapat dari ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi secara kompleks yang dialami oleh individu. Perkembangan tidak hanya berkenaan dengan penambahan beberapa kilogram pada berat badan, ataupun penambahan beberapa sentimeter untuk tinggi badan, akan tetapi perkembangan juga berkenaan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah.

Teori perkembangan anak dalam penelitian ini didasarkan pada teori perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori perkembangan Lev Vygotsky (1896-1934). Peneliti menggunakan teori-teori tersebut karena adanya kesesuaian dengan variabel penelitian. Piaget membagi proses kognitif menjadi lima tahapan yaitu 1) Skema adalah tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan. 2) Asimilasi adalah proses tergabungnya


(31)

8 informasi baru ke dalam pengetahuan yang ada. 3) Akomodasi adalah proses menyesuaikan skema untuk menyesuaikan informasi dan pengalaman baru. 4) Organisasi adalah perilaku atau pikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih tinggi. 5) Ekuilibrium adalah mekanisme yang menjelaskan proses perpindahan dari satu tahap ke tahap pemikiran selanjutnya. Teori Piaget adalah pandangan konstruktivis yang kuat. Ide dasar dari konstruktivisme adalah bahwa siswa belajar dengan baik ketika mereka secara aktif membangun informasi dan pengetahuan.

Piaget menjelaskan bahwa setiap tahapan berhubungan dengan usia dan terdiri atas cara pemikiran yang berbeda. Piaget menyebutkan empat tahapan perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun).

Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain. Pada tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun).

Tahap pemikiran praoperasional dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun).

Pada tahap ini anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret.

4. Tahap operasi formal (lebih dari 11 tahun).

Pada tahap ini remaja sudah mampu berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap ini logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara


(32)

9 berpikir yang abstrak mulai dimengerti (Piaget & Inhelder, 1969; Piaget, 1981).

Interaksi sosial berpengaruh terhadap perkembangan dan pemikiran manusia. Perbedaan pemikiran dan perilaku setiap manusia akan berpengaruh terhadap perbedaan kultur. Salah satu pendekatan dari psikolog bernama Lev Vygotsky dikenal sebagai teori sosiokultural (sociocultural theory). Keyakinan Vygotsky mengenai pentingnya pengaruh sosial pada perkembangan kognitif anak tercermin pada konsep zona perkembangan proksimal atau zone of proximal development (ZPD). Zona perkembangan proksimal adalah istilah Vygotsky untuk berbagai tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri, tetapi dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang yang lebih terampil. Zona proksimal menunjukkan perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam pemecahan masalah secara mandiri serta kemampuan yang dimiliki anak dalam memecahkan masalah dengan bantuan orang lain. Terkait erat dengan zona perkembangan proksimal adalah konsep perancah (scaffolding). Scaffolding adalah teknik yang melibatkan perubahan tingkat dukungan untuk belajar. Hal ini orang yang lebih terampil akan memberikan bantuan sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh anak. Ketika siswa belajar tugas baru, orang yang terampil dapat menggunakan instruksi langsung. Apabila anak sudah menunjukkan peningkatan kompetensi maka orang yang terampil tersebut mengurangi bimbingan yang diberikan.

Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget dan Lev Vygotsky sebagai dasar untuk menentukan pembelajaran yang sesuai untuk usia anak Sekolah Dasar. Teori ini memberikan pedoman bagi peneliti untuk menerapkan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan nyata. Subjek penelitian yang ditentukan oleh peneliti adalah siswa kelas V Sekolah Dasar yang berada pada usia sekitar 11 tahun. Anak pada tahap operasional konkret (7-11 tahun) lebih mengarah pada kejadian yang nyata. Anak mampu menyelesaikan pemasalahan yang rumit selama permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan hal-hal yang konkret. Anak menggunakan panca inderanya dalam


(33)

10 mengamati hal-hal konkret tersebut, sehingga anak lebih mudah dalam menemukan dan memahami permasalahan serta mencari pemecahannya.

2.1.1.2 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan pada pembelajaran di kelas (Suyono & Hariyanto, 2011: 19). Selain itu, metode pembelajaran dapat diartikan teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik (Ahmadi & Prastya, 2005: 52). Kesimpulan berdasarkan pendapat para ahli tersebut adalah metode pembelajaran berisi mengenai cara dan prosedur yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.1.3 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Metode inkuiri adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran dengan mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah dan menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya (Sanjaya, 2006: 194). Metode inkuiri merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran berbasis kontekstual yang membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri (Trianto, 2009a: 114). Pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah (Ngalimun, 2012: 33).

Ciri utama strategi pembelajaran inkuiri adalah 1) strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, 2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri, 3) tujuan dari penggunaan strategi


(34)

11 pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2006: 194-195). Berdasarkan pendapat para ahli data disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah langkah-langkah pembelajaran yang menekankan proses berpikir kritis dan aktif dalam pembelajaran. Serta melakukan analisis terhadap permasalahan guna menemukan jawabannya sendiri sehingga memperoleh pengetahuan dan pemahaman.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sebelum diterapkan dalam pembelajaran. Sanjaya (2006: 196-199) menyebutkan prinsip-prinsip inkuiri adalah sebagai berikut 1) berorientasi pada pengembangan intelektual, metode inkuiri selain berorientasi pada hasil belajar siswa juga berorientasi pada proses belajarnya, 2) prinsip interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan, 3) prinsip bertanya adalah guru sebagai penanya, sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir, 4) prinsip belajar untuk berpikir, belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, 5) prinsip keterbukaan, siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

3. Jenis-jenis Metode Inkuiri

Metode inkuiri terdiri dari tiga jenis (Mulyasa, 2007: 109) yakni sebagai berikut.

1. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry).

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.


(35)

12 Peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan, sehingga peserta didik harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modifed free inquiry).

Inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Metode inkuiri terdiri dari beberapa macam, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Metode inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode guided inquiry atau inkuiri terbimbing, karena anak usia Sekolah Dasar masih memerlukan bimbingan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

4. Pengertian Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu dengan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (Mulyasa, 2007: 109). Selain itu, Inkuiri terbimbing yaitu kegiatan inkuiri dimana pelaksanaan atas dasar arahan dari guru berupa seperangkat pertanyaan inti dan pertanyaan melacak yang mengarahkan siswa pada kesimpulan yang diharapkan (Hanafiah & Suhana, 2010: 77). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan langkah-langkah pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan pemecahan permasalahannya akan tetapi masih dengan bimbingan dari guru serta arahan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Langkah-langkah metode inkuiri menurut Sanjaya (2006: 198-201) menyebutkan enam rangkaian kegiatan dalam inkuiri, yakni:


(36)

13 Langkah orientasi adalah langkah untuk membina atau iklim pembelajaran yang responsif. pada tahap orientasi hal yang dilakukan oleh guru adalah mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Peran guru pada tahap ini adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran.

Komalasari (2010: 74) menyebutkan ada lima langkah pembelajaran inkuiri yakni merumuskan masalah, melakukan observasi, menganalisis, menyajikan hasil, mengkomunikasikan hasil, melakukan refleksi dari hasil


(37)

14 kegiatannya, memajang hasil. Langkah-langkah kegiatan inkuiri antara lain merumuskan masalah, melakukan observasi, menganalisis, dan menyajikan hasil (Trianto, 2009: 114). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti memilih menggunakan langkah-langkah pembelajaran inkuiri yakni orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan melakukan evaluasi.

6. Keunggulan Metode Inkuiri

Sanjaya (2006: 204) menyebutkan keunggulan-keunggulan jika metode inkuiri diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna. b. Metode inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

c. Metode inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah metode ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2.1.1.4 Teori kognitif Bloom

Bloom (dalam Sudjana, 2006) menjelaskan hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Penelitian ini fokus pada ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Dalam taksonomi Bloom yang telah direvisi, terdapat 6 level dalam proses kognitif yaitu


(38)

15 mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-133).

1. Mengingat

Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Level ini merupakan level proses kognitif yang paling sederhana. Pengetahuan yang dibutuhkan meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Kata kerja operasionalnya meliputi mengenali dan mengingat kembali.

2. Memahami

Memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya pengetahaun yang baru masuk dan dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Kata kerja operasionalnya adalah menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan. 3. Mengaplikasikan

Proses mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kata kerja operasional kemampuan mengaplikasi tediri dari mengeksekusi dan mengimplementasikan.

4. Menganalisis

Proses menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antar setiap bagian serta struktur keseluruhannya. Kata kerja operasional pada kemampuan menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.


(39)

16 5. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kata kerja operasionalnya adalah memeriksa dan mengkritik.

6. Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sebuah elemen atau bagian menjadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Kata kerja operasional kemampuan mencipta adalah merumuskan, merencanakan dan memproduksi. Peneliti membahas lebih mendalam mengenai kemampuan mengingat dan memahami, karena kedua kemampuan tersebut merupakan variabel dependen pada penelitian ini.

2.1.1.5 Kemampuan Mengingat

Mengingat adalah proses mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Pegetahuan yang dibutuhkan meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini (Anderson & Krathwohl, 2010: 99).

Anderson & Krathwohl (2010: 103-105) menyebutkan kemampuan mengingat dibagi ke dalam dua aspek, yaitu mengenali dan mengingat kembali yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Mengenali

Mengenali adalah proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Nama lain dari mengenali adalah mengidentifikasi.

2. Mengingat kembali

Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencari informasi dari memori jangka panjang dan membawa


(40)

17 informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. Nama lain dari mengingat kembali adalah mengambil.

2.1.1.6 Kemampuan Memahami

Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson & Krathwohl, 2010: 104-105). Kemampuan memahami siswa akan menghubungkan pengetahuan baru mereka dengan pengetahuan lama yang mereka miliki. Pengetahuan yang baru akan dipadukan dengan skema-skema kognitif yang sebelumnya telah ada. Anderson & Krathwohl (2010: 106-11) menyebutkan proses kognitif dalam kemampuan memahami yakni sebagai berikut.

1. Menafsirkan

Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan terjadi ketika siswa diberikan informasi dalam bentuk tertentu, kemudian siswa dapat mengubahnya menjadi bentuk lain. Nama lain dari menafsirkan adalah mengklarifikasi, memparafrasakan, mempresentasikan,dan menerjemahkan.

2. Mencontohkan

Proses kognitif mencontohkan terjadi saat siswa memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan dimulai dengan konsep atau prinsip umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh tertentu. Nama lain mencotohkan adalah mengilustrasikan dan memberi contoh.

3. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Mengklasifikasikan merupakan proses kognitif yang melengkapi proses mencontohkan. Nama lain dari mengklasifikasikan adalah mengkategorikan dan mengelompokkan.

4. Merangkum

Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan


(41)

18 sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat sebuah ringkasan informasi, dan proses mengabstraksikan ringkasannya. Nama lain dari merangkum adalah mengabstraksi dan menggeneralisasi.

5. Menyimpulkan

Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah contoh. Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif membandingkan seluruh contohnya. Menyimpulkan berpusat pada penarikan pola informasi yang diberikan. Nama lain menyimpulkan adalah menyarikan, mengekstraporasi, menginterpolasi, memprediksi.

6. Membandingkan

Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara kedua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi. Nama lain dari membandingkan adalah mengkontraskan, memetakan, dan mencocokan.

7. Menjelaskan

Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori atau didasarkan pada hasil penelitian atau pengalaman. Nama lain dari menjelaskan adalah membuat model.

2.1.1.7 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences (Samatowa, 2011: 1). Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasi lebih lanjut (Samatowa, 2011: 1). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 167). Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang disiplin


(42)

19 ilmu yang mempelajari alam semesta yang dapat dilakukan dengan pengamatan atau eksperimen.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu 1) pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2) perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar (Samatowa, 2011: 2-4). Penerapan mata pelajaran IPA pada jenjang Sekolah Dasar dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan berlatih untuk memecahkan masalah. Samatowa (2011: 4) menyebutkan ada empat alasan Ilmu Pengetahuan Alam perlu diajarkan di Sekolah Dasar yakni : (a) Ilmu Pengetahuan Alam sangat bermanfaat bagi suatu bangsa, (b) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melatih siswa untuk berpikir kritis, apabila Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan dengan metode yang tepat misalnya

“menemukan sendiri” pada saat siswa dihadapkan pada suatu masalah maka siswa

akan berusaha menyelidiki untuk memecahkan masalah tersebut, (c) apabila Ilmu Pengetahuan Alam diajarkan dengan percobaan maka siswa tidak sekedar menghafal akan tetapi memahami, dan (d) mata pelajaran ini berpotensi membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Metode inkuiri dianggap sebagai metode yang peling tepat dalam pembelajran IPA (Susanto, 2013: 172).

2.1.1.8 Perubahan Sifat Benda

Standar kompetensi dalam penelitian ini adalah “4. Memahami hubungan

antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil

suatu proses”, dan kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah “4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara

maupun tetap”. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah perubahan sifat

benda. Materi yang dibahas yakni sifat benda, faktor perubahan sifat benda (pembakaran, pembusukan, pemanasan, perkaratan, dan pendinginan), serta perubahan sifat benda secara tetap dan sementara.


(43)

20

2.1 Bagan Materi Pembelajaran

1. Sifat Benda

Setiap benda mempunyai sifat tertentu yang membedakannya dengan benda lain (Azmiyawati, 2008: 70), antara lain:

a. Bentuk

Bentuk benda bermacam-macam. Benda yang berupa bangun datar mempunyai bentuk persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Benda yang berupa bangun ruang mempunyai bentuk bola, kubus, balok, kerucut, dan tabung.

b. Warna

Warna benda juga bermacam-macam, misalnya batu berwarna hitam, mangga mentah berwarna hijau, dan jeruk matang berwarna kuning, dan lain sebagainya.

c. Kelenturan

Kelenturan adalah sifat benda yang mudah dilengkungkan. Benda yang bersifat lentur dapat dibengkokkan dan tidak mudah patah.

d. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan suatu benda untuk menahan goresan. Suatu benda bersifat lebih keras daripada benda lain jika dapat menggores benda tersebut.

e. Bau

Benda ada yang berbau dan ada yang tidak berbau. Bau benda meliputi harum, busuk, dan amis.

Perubahan Sifat Benda

Sifat Benda Faktor Perubahan Sifat Benda

Perubahan Sifat Benda Secara Tetap dan


(44)

21 Benda dapat mengalami perubahan sifat karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah pemanasan, pendinginan, pembakaran, pembusukan,dan perkaratan.

a. Pemanasan

Pemanasan mengakibatkan benda mengalami perubahan wujud. Benda padat apabila dipanaskan akan berubah menjadi cair dan benda cair apabila dipanaskan akan berubah menjadi uap. Saat keadaan padat, molekul-molekul penyusun zat terus bergetar di sekitar posisi kesetimbangannya. Ketika suhunya ditambah, energi getarannya akan semakinbesar dan jarak antar molekul menjadi semkain jauh. Apabila suhu ditambah terus, gaya tarik-menarik molekul menjadi semakin lemah. Ketika hal tersebut terjadi molekul-molekul akan dapat bergerak pindah tempat atau mengalir dan zat padat akan berubah wujud menjadi cair.

b. Pendinginan

Pendinginan menyebabkan benda mengalami perubahan wujud. Benda cair akan berubah wujudnya menjadi benda padat. Saat keadaan cair, molekul-molekul penyusun zat terus bergetar di sekitar posisi kesetimbangannya. Ketika suhunya berkurang, energi getarannya akan semakin kecil dan jarak antar molekul menjadi semkain dekat. Apabila suhu dikurangi terus menerus, gaya tarik-menarik molekul menjadi semakin kuat. Ketika hal tersebut terjadi molekul-molekul tidak akan dapat bergerak pindah tempat atau mengalir dan zat cair akan berubah wujud menjadi padat.

c. Pembakaran

Salah satu contoh kegiatan yang menunjukkan peristiwa pembakaran yakni membakar kertas yang berwarna putih. Pada saat di bakar kertas tersebut mengalami perubahan warna dan bentuk. Sebelum dibakar kertas tersebut berwarna putih, namun setelah dibakar warna kertas berubah menjadi hitam. Selain perubahan warna, kertas juga mengalami perubahan bentuk dari berupa lembaran menjadi abu. Jika membakar karet maka selain bentuk dan warnanya akan berubah, kelenturan dan baunya pun menjadi berubah. Oleh karena itu,


(45)

22 pembakaran dapat menyebabkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, kelenturan, dan bau.

d. Pembusukan

Salah satu contoh kegiatan yang menunjukkan peristiwa pembusukan yakni pada saat menyimpan buah di udara terbuka dalam waktu beberapa hari. Tentunya buah itu akan menjadi lembek, layu, dan warnanya pun berubah. Hal ini terjadi karena buah yang dibiarkan di udara terbuka akan mengalami pembusukan. Jadi, pembusukan juga mengakibatkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau.

e. Perkaratan

Logam seperti besi, dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama. Perkaratan ini menyebabkan warna besi berubah dan besi menjadi rapuh. Perkaratan dapat menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan. (Azmiyawati, 2008: 71-73)

2. Perubahan Wujud Benda yang Dapat Balik dan Tidak Dapat Balik Benda dapat mengalami perubahan karena pemanasan, pendinginan, pembakaran, pembusukan, dan perkaratan. Perubahan benda tersebut meliputi perubahan, warna, bentuk, kelenturan, kekuatan, dan bau. Perubahan wujud pada benda dikelompokkan menjadi dua, yaitu perubahan wujud yang dapat dibalik dan perubahan wujud yang tidak dapat dibalik.

a. Perubahan Wujud Benda yang Dapat Balik

Pada perubahan wujud yang dapat balik, benda yang mengalami perubahan dapat kembali ke bentuk semula. Salah satu contohnya adalah perubahan pada air. Air jika didinginkan akan menjadi es. Es ini apabila dipanaskan akan kembali menjadi air. Dalam hal ini perubahan air merupakan perubahan wujud yang dapat balik.

b. Perubahan Wujud Benda yang Tidak Dapat Balik

Sebagian besar benda yang mengalami perubahan wujud tidak dapat kembali ke bentuk atau wujud semula. Apabila kertas dibakar maka kertas menjadi serpihan abu yang berwarna hitam. Serpihan abu yang berwarna hitam ini


(46)

23 tidak dapat kembali menjadi kertas. Perubahan wujud kertas merupkan contoh perubahan wujud benda yang tidak dapat balik (Azmiyawati, 2008:73-74).

2.1.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.

2.1.2.1 Penelitian tentang inkuiri

Praptiwi, Sarwi dan Handayani (2012) meneliti efektifitas model pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing berbantuan my own dictionary untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa SMP RSBI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan Control Pretest Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2011/2012. Rata-rata persentase unjuk kerja siswa kelas eksperimen sebesar 82,50% dan kelas kontrol sebesar 81,40%. Gain <g> pada kelas eksperimen diperoleh 0,72 (tinggi) dan kelas kontrol diperoleh 0,66 (sedang). Pada kelas eksperimen diperoleh ketuntasan klasikal 82% dan kelas kontrol 68%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantu My Own Distionary efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa SMP RSBI.

Sabahiyah, Marhaeni dan Suastra (2013) meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA siswa kelas V gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu metode eksperimen semu dengan desain Postest Only Control Group. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA pada siswa kelas V gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Penentuan sampel kelas dilakukan melalui teknik Random Sampling, dengan sampel sebanyak 68 orang siswa. Hasil penelitian ini adalah: (1) terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains (F= 4,01 ; p < 0,05), (2) terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap penguasaan konsep IPA (F= 25,741; p <


(47)

24 0,05); (3) terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing secara simultan terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA (F= 13,854; p < 0,05).

Matthew dan Igharo (2013) meneliti mengenai pengaruh metode inkuiri terbimbing pada prestasi siswa dalam hal logika. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat pencapaian dua kelompok sekolah mengenai pengajaran konsep matematika. Metode pengajaran yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing pada kelompok eksperimen, dan metode pengajaran konvensional pada kelompok kontrol. Tes yang diberikan sebanyak 25 soal meliputi aljabar dalam logika. Sampel penelitian berjumlah 197 siswa yang diambil secara acak dari Sekolah Menengah Atas di Jalingo Nigeria. Penelitian dilaksanakn selama dua bulan, data yang diperoleh dianalisi menggunakan ANCOVA dengan skor pretest-posttest sebagai kovariat pada ( p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing memiliki nilai prestasi lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode pengajaran konvensional. Nilai pretest-posttest yang diperoleh pada kelompok eksperimen dengan pengajaran inkuiri terbimbing adalah 13,96 dan 68,72. Nilai pretest-posttest pada kelompok kontrol dengan pengajaran konvensional adalah 14,72 dan 55,17. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pretest-posttest menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memiliki nilai prestasi lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

2.1.2.2 Penelitian tentang kemampuan proses berpikir kognitif

Masrah, Siti dan Kaspul (2009) meneliti upaya meningkatkan kemampuan mengingat konsep sistem gerak melalui peta konsep dalam bentuk leaflet pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 17 Banjarmasin. Penelitan ini dilaksanakan dalam dua siklus dalam lima kali pertemuan. Siklus satu sebanyak tiga kali pertemuan. Hasil penelitian siklus satu menunjukkan kemampuan mengingat konsep gerak pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 17 Banjarmasin mengalami peningkatan sebanyak


(48)

25 87,13%, ketuntasan belajar 88,69% dan hasil selama proses pembelajaran 87,67%. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus dua mengalami peningkatan yaitu membaca buku yang relevan 15,46%, membuat peta konsep 12,67%, membaca peta konsep yang mereka buat 5,36%, dan bertanya kepada siswa lain atau kepada guru 8,59%. Hal ini menunjukkan bahwa siklus 2 pembelajaran telah berpusat pada siswa. Respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan peta konsep dalam bentuk leaflet 100% menyatakan menyenangkan. Kesimpulannya adalah pembelajaran menggunakan peta konsep dalam bentuk leaflet dapat meningkatkan kemampuan mengingat siswa, ketuntasan belajar, dan hasil selama proses pembelajaran

Hardjosoesanto dan Siswanto (2014) meneliti pengaruh belajar dengan cara menghafal terhadap mengingat kosakata dalam bahasa Inggris. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini merupkan studi populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas 4 SD Marsudirini Gedangan Semarang yang memiliki nilai Bahasa Inggris antara 75

84. Analisis data menggunakan uji Within Subject Anava (repeated measure) untuk menguji hipotesis mayor dan t-test untuk menguji hipotesis miror. Pada pengujian hipotesis mayor diperoleh hasil Fhitung = 20,663 dan taraf signifikansi 0,005 dengan p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara belajar dengan cara menghafal terhadap mengingat kosakata dalam Bahasa Inggris yang sangat signifikan. Kesimpulannya adalah belajar dengan cara menghafal berpengaruh terhadap mengingat kosakata dalam Bahasa Inggris.

Marlina, Iswadi dan Ramadansyah (2014) meneliti kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik naskah drama dengan menggunakan teknik inkuiri siswa kelas VIII MTs TI Batang Kabung Padang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan mengidentifikasi unsur instrinsik naskah drama siswa kelas VIII MTs TI Batang Kabung Kota Padang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs TI Batang Kabung yang berjumlah 110 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII MTs TI Batang Kabung Kota Padang mengidentifikasi unsur-unsur


(49)

26 instrinsik naskah drama dengan menggunakan teknik inkuiri berada pada kualifikasi baik (B) dengan nilai rata-rata 76 berada pada rentang 76-85. Gambaran kemampuan siswa mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik naskah drama sebagai berikut: (1) kemampuan siswa mengidentifikasi unsur tema berada pada kualifikasi Lebih dari Cukup (LC). (2) Kemampuan siswa mengidentifikasi unsur amanat berada pada kualifikasi Baik (B). (3) Kemampuan siswa mengidentifikasi unsur berada pada kualifikasi Baik (B). (4) Kemampuan siswa mengidentifikasi unsur alur berada pada kualifikasi Lebih dari Cukup (LC). (5) Kemampuan siswa mengidentifikasi unsur latar naskah drama berada pada kualifikasi lebih dari Cukup (LC).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan, belum ada yang melakukan penelitian untuk mengukur pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami. Peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

2.1.2.3 Literature Map

Penerapan Metode Inkuiri Kemampuan Mengingat

dan Memahami

Praptiwi, Sarwi & Handayani (2012)

Inkuiri terbimbing- penguasaan konsep dan unjuk kerja

Masrah, Siti & Kaspul (2009)

peta konsep-kemampuan mengingat konsep

Sabahiyah, Marhaeni & Suastra (2013)

Inkuiri Terbimbing – Keterampilan proses sains dan penguasaan konsep

Marlina, Iswadi & Ramadansyah (2014)

Inkuiri-Mengidentifikasi


(50)

27 2.2 Kerangka Berpikir

Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mendorong siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan. Langkah-langkah metode inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan,mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

Kemampuan mengingat adalah kemampuan siswa untuk mengambil pengetahuan dari pengetahuan yang telah tertanam di dalam memori jangka panjang. Kemampuan memahami adalah kemampuan untuk mengkonstruksi makna dari suatu materi pembelajaran ataupun apa yang dituliskan, diucapkan dan digambarkan oleh guru.

Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi perubahan sifat benda. Perubahan sifat benda adalah perubahan yang terjadi pada suatu benda akibat faktor tertentu, seperti pemanasan, pendinginan, pembakaran, pembusukan, dan perkaratan.


(51)

28 Jika metode inkuiri diterapkan dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta, maka penerapan metode inkuiri akan berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

2.4.2 Penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan dalam metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen dan teknik analisis data. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe non equivalent control group. Penelitian quasi experimental yakni pengembangan dari true experimental design, dalam desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi


(52)

29 tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012: 77). Jenis penelitian quasi experimental tipe non equivalent control group design dengan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dipilih tanpa random assignment (Cohen, 2007: 282). Quasi Experimental digunakan dalam penelitian ini karena responden kedua kelompok tidak dipilih secara random (acak). Peneliti tidak mempunyai wewenang untuk mengubah komposisi kelas sehingga kelompok yang digunakan sesuai dengan kelas yang ada. Penelitian ini memiliki dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berasal dari responden yang berbeda, responden kelompok kontrol berasal dari kelas VA sedangkan responden kelompok eksperimen berasal dari kelas VC.

Kelompok kontrol dan eksperimen akan diberikan pretest dan posttest. Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal tiap kelompok yang dilaksanakan sebelum materi penelitian diberikan pada siswa dan butir soal dibuat dengan bahan yang sudah dikuasai peserta didik (Sudijono, 2011: 69). Setelah pemberian pretest, hasil dari kedua kelompok tersebut dibandingkan. Setelah diketahui kemampuan awal masing-masing kelompok, kelompok kontrol melakukan pembelajaran dengan metode ceramah. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode inkuiri. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen selanjutnya diberikan posttest. Posttest dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa akan materi pelajaran penting yang sudah diajarkan guru (Sudijono, 2011: 70). Pengaruh perlakuan (treatment) dihitung dengan menggunakan tiga langkah: (1) kurangi rerata skor posttest dengan pretest untuk kelompok eksperimen agar menghasilkan skor 1; (2) kurangi rerata skor posttest dengan pretest untuk kelompok kontrol untuk menghasilkan skor 2; dan (3) kurangi skor 1 dengan skor 2 (Cohen, 2007: 276-277). Pengaruh dari perlakuan (treatment) dapat dihitung dengan rumus : (O2 – O1) – (O4– O3). Jika hasilnya negatif maka tidak ada pengaruh dan jika hasilnya tidak sama dengan atau lebih besar dari nol, maka ada pengaruh perlakuan (treatment). Gambar 3.1 merupakan desain penelitian.


(53)

30

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

X =Treatment yaitu metode pembelajaran inkuiri O1 =Rerata skor pretest kelompok eksperimen O2 =Rerata skor posttest kelompok eksperimen O3 =Rerata skor pretest kelompok kontrol O4 =Rerata skor posttest kelompok kontrol

Pada gambar di atas terdapat garis putus-putus. Garis putus-putus menunjukkan cara penentuan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dilakukan tidak secara random atau acak (Cohen, 2007: 283). Garis putus-putus tersebut juga berfungsi untuk memisahkan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang disebut dengan non equivalent control group design (Cohen, 2007: 283).

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Sokowaten Baru Yogyakarta yang beralamat di Jalan Arimbi nomor 27 Sokowaten, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki tiga kelas pararel, yakni kelas A, B, serta C sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian jenis eksperimental. Penelitian ini membutuhkan dua kelas, yakni satu kelas untuk kelompok kontrol dan satu kelas untuk kelompok eksperimen. Selain itu, peneliti memilih SD Sokowaten Baru Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki prestasi yang sangat baik, sehingga diharapkan siswa lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Berikut prestasi yang pernah diraih siswa

Experimental O1 X O2

- - -

Control O3 O4


(1)

185

Wawancara Guru Sesudah Perlakuan

Hari, tanggal : Rabu, 9 September 2015

Baris Wawancara Keterangan 1 P: Apakah Ibu pernah melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan metode inkuiri?

3 G: Belum pernah. Belum pernah (W G B3) 4 P: Bagaimana karakteristik siswa di kelas kontrol yang

menggunakan metode ceramah?

6 G: Siswa pada kelompok kontrol kurang aktif saat mengikuti pembelajaran di kelas. Saat saya memberikan materi, siswa yang duduk di barisan belakang sering ramai. Siswa juga mudah lupa saat diberikan soal latihan setelah beberapa hari diberikan materi, sehingga dengan menerapkan metode ceramah kurang begitu efektif untuk mengembangkan daya ingatan siswa dalam jangka waktu yang lama.

Kurang aktif

13 P: Bagaimana karakteristik siswa di kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri?

15 G: Siswa di kelas eksperimen lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada saat akan melakukan percobaan siswa aktif bertanya. Selain itu selama percobaan berlangsung jika ada hal-hal yang dirasa belum paham, siswa selalu bertanya. Siswa juga lebih ingat dengan materi yang dipelajari.

Lebih aktif

21 P: Apa saja kesulitan mengajar dengan menggunakan metode inkuiri?

23 G: Tidak ada kesulitan. Hanya pada saat membentuk kelompok saja, siswa kadang sulit untuk dibentuk kedalam beberapa kelompok. Siswa sulit berkelompok dengan teman yang dirasa tidak akrab. Akan tetapi selama pembelajaran berlangsung siswa sangat tertarik dengan kegiatan-kegiatannya.

Tidak ada kesulitan (W G B23-27)

28 P: Apakah metode inkuiri lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran?

30 G: Menurut saya, metode inkuiri lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran. Dengan menerapkan metode inkuiri ini siswa lebih antusias dan

bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Lebih efektif (W G B30-35)

34 P: Apa saran Ibu untuk pembelajaran menggunakan metode inkuiri?

36 G: Saran saya dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode inkuiri, pertama guru harus selalu

mengawasi dan mendampingi siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung, agar selama kegiatan praktek tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua, siswa harus melakukan eksperimen sesuai dengan prosedur-prosedur yang sesuai.

Mengawasi dan mendampingi (W G B36-41)


(2)

186

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen


(3)

187


(4)

(5)

189

pasangan Sukardi dan Sri Hartini.

Lahir di

Gunungkidul pada tanggal 10 April 1994. Pendidikan

awal dimulai dari TK ABA Nogosari I, Bandung,

Playen, Gunungkidul tahun 1999-2000. Melanjutkan ke

jenjang Sekoah Dasar Mendongan, Bandung, Playen,

Gunungkidul

pada

tahun

2000-2006.

Penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Playen Gunungkidul pada tahun 2006 dan

lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 2 Playen Gunungkidul pada tahun 2009 dan lulus pada

tahun 2012. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, penulis

pernah mengikuti beberapa kegiatan. Berikut ini daftar kegiatan yang pernah

diikuti penulis.

No Nama Kegiatan Tahun Peran 1 English Club Program 2012 Peserta 2 Inisiasi FKIP 2012 Peserta 3 Inisiasi Sanata Dharma 2012 2012 Peserta 4 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa

(PPKM I)

2013 Peserta

5 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM II)

2013 Peserta

6 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD)

2013 Peserta

7 Week end moral 2013 Peserta 8 Diseminasi Hasil Magang Dosen International

Baccalaureate-Primary Years Programme (IB-PYP)

2014 Peserta

9 Pandu Konservasi Lingkungan 2014 Fasilitator 10 Studium Generale dengan tema “Family Problems

and Children’s Motivation to Learn” 2014 Peserta

11 Kuliah Umum dengan tema “Diseminasi Hasil

Magang Dosen : Curriculum Cambridge” 2014 Peserta

12 Kuliah Umum dengan tema “Diseminasi Hasil

Magang Dosen: Pendidikan Luar Biasa” 2014 Peserta

13 Seminar Love Datting and Sex “PACARAN

DENGAN AKAL SEHAT” 2014 Peserta

14 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2015 Peserta 15 Malam Kreativitas PGSD 2015 Co-P3K


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 199

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan-Yogyakarta.

0 0 192

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

0 3 146

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 197

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

0 2 190

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD SOKOWATEN BARU YOGYAKARTA

0 0 195