PENDAHULUAN Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

3 Proses pembelajaran di sekolah mempengaruhi tingkat pemahaman siswa sehingga guru perlu memperhatikan tahap perkembangan anak untuk mengetahui tingkat intelektual yang dimiliki oleh anak. Di dalam periode operasi konkret concrete operasional yang berlangsung dari 7-11 tahun, anak masih tergantung pada rupa benda, tetapi dia telah mempelajari tentang lingkungan, masih menggunakan logika yang sederhana di dalam memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali berhadapan dengan benda nyata. Pada tahap ini anak mendapat kemampuan satuan langkah berpikir untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri Piaget dalam Nasution, 1993: 56. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif Matematika SD-MI, 2006: 416. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi dasar mata dari pemecahan masalah. Matematika sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam lingkup sekolah maupun keluarga dan masyarakat. Matematika dirasa sulit karena dalam penanaman dan pemahaman konsep Heruman, 2007: 3, hal ini sangat wajar karena tingkat pemahaman anak dalam berpikir secara abstrak masih sangat terbatas dan siswa sering merasa kesulitan dalam membayangkan suatu operasi hitungan yang sederhana sekalipun. Keadaan seperti itu yang mempersulit guru untuk melakukan pembelajaran, selain itu rendahnya pemahaman guru akan pentingnya inovasi pendidikan akhirnya melahirkan metode pembelajaran yang konvensional. Metode pembelajaran itu, dinilainya terlalu monoton, tidak kreatif dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Perlu adanya perbaikan dalam model pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru sehingga siswa dapat memahami pembelajaran secara optimal. Prestasi geometri siswa SD masih rendah Sudarman, 2000:3. Siswa SD seringkali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal geometri menggunakan 4 rumus, terutama menghitung luas bangun datar. Kesulitan tersebut disebabkan banyaknya rumus bangun datar yang harus dikuasi oleh siswa, sehingga siswa merasa khawatir ketika menemui soal menggunakan rumus. Geometri adalah salah satu cabang tertua matematika dianut oleh beberapa kebudayaan kuno seperti India, Babilonia, Mesir dan Cina, serta Yunani Mateya, 2008: 9. Tahap berpikir siswa dimulai dari hal yang paling bawah yaitu mulai belajar mengelompokkan, menggolongkan, menghubungkan dan paling terahir adalah membanding perbedaan yang dikhususkan pada materi geometri van de Wale, 2008:154. Geometri digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari- hari. Ilmuwan, arsitek, artis, insinyur, dan pengembang perumahan adalah sebagian kecil contoh profesi yang menggunakan geometri secara reguler. Dalam kehidupan sehari-hari, geometri sering ditemui seperti pintu dan jendela yang berbentuk bangun persegi panjang, keramik yang berbentuk bangun persegi, layang-layang berbentuk bangun layang-layang, jam berbentuk bangun lingkaran, dan berbagai contoh lain. Penanaman konsep geometri pada siswa menggunakan model pembelajaran van Hiele dapat melatih siswa menyelesaikan soal dengan bantuan tahapan pembelajaran yang dimiliki oleh van Hiele. Teori van Hiele adalah model pemikiran dalam belajar geometri yang digagas oleh pasangan suami –istri Belanda, Dina van Hiele-Geldof dan Piere van Hiele dalam penelitian disertasinya pada tahun 1957 di Universitas Utrecht Crowley, 1987:2. Tahapan model pembelajaran van Hiele diawali mengenal 1 informasi, 2 orientasi terarah menemukan konsep geometri seperti simbol, definisi, sifat dan hubungan, 3 eksplisitasi mendapatkan wawasan lebih luas dalam konsep geometri, 4 orientasi bebas, siswa belajar memecahkan masalah dengan caranya sendiri, 5 Integrasi, siswa dapat merangkum pembelajaran yang diberikan. Dalam menerapkan model pembelajaran van Hiele peneliti akan menggunakan proses kognitif Bloom. Kognitif terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis dalam pembelajaran Kurikulum 2006. Mengaplikasi berarti mampu menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan lain-lain di dalam kondisi pembelajaran. Siswa mampu menerapkan apa yang dipelajari di kelas ke dalam suatu situasi yang sama sekali baru di tempat 5 kerja. dan menganalisis berarti membagi-bagi atau menstruktur informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit Basuki, 2014: 14. Peneliti memilih kemampuan mengaplikasi dan menganalisis agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan siswa dalam mengaplikasi dan menganalisis model pembelajaran van Hiele pada kelompok eksperimen. Elemen dari kemampuan mengaplikasi, yaitu mengeksekusi dan mengimplementasi. Elemen dari kemampuan menganalisis, yaitu membedakan, mengorganisasi dan mengatribusi. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan model pembelajaran van Hiele pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis di SD Negeri Demangan Yogyakarta tahun ajaran 20152016. Model penelitian yang digunakan adalah pembelajaran van Hiele. Populasinya yang digunakan adalah kelas V dan sampel yang diambil kelas VA dengan jumlah 25 siswa sebagai sampel kelompok kontrol dan VB dengan jumlah 25 siswa sebagai sampel kelompok eksperimen. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis diukur dari hasil pretest dan posttest. Standar Kompetensi yang digunakan adalah SK. 6 Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dan KD yang digunakan adalah 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran van Hiele pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016? 1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran van Hiele pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016? 6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika berpengaruh terhadap kemampuan mengaplikasi siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016. 1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 20152016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam menerapkan model pembelajaran van Hiele pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika sehingga peneliti dapat menguasai penerapan model pembelajaran van Hiele dan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti dalam menggunakan model pembelajaran van Hiele untuk mengajar di kelas. 1.4.2 Guru mendapatkan pengalaman dalam menerapkan konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika dengan model pembelajaran van Hiele dan diharapkan dapat menerapkannya kembali dalam pembelajaran yang selanjutnya sebagai variasi model pembelajaran. 1.4.3 Siswa mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran van Hiele pada siswa dan dapat mempengaruhi kemampuan mengaplikasi dan menganalisis dalam belajar. 1.4.4 Sekolah dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran bagi guru dan sebagai referensi perpustakaan bagi warga sekolah. 1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. 1.5.2 Model Pembelajaran suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan 7 untuk menentukan materialperangkat pembelajaran yang termasuk di dalamnya buku-buku, media film-film, tipe, program media komputer, dan kurikulum. 1.5.3 Model Pembelajaran van Hiele adalah pengajaran yang dikhususkan dalam materi geometri yang dikembangkan berdasarkan teori van Hiele dengan menggunakan tahapan pembelajaran yang diawali dengan tahap informasi, orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi. 1.5.4 Kemampuan kognitif menurut Bloom adalah kemampuan kognitif yang meliputi enam dimensi, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. 1.5.5 Kemampuan mengaplikasi adalah kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan lain-lain, di dalam kondisi pembelajaran. 1.5.6 Kemampuan menganalisis adalah kemampuan mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 1.5.7 Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. 1.5.8 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 1.5.9 Kurikulum 2006 adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan 1.5.10 Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. 1.5.11 Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan. 1.5.12 Geometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang. 1.5.13 Siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta adalah subjek yang digunakan dalam penelitian ini. 8

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ini akan membahas kajian pustaka;teori yang relevan, penelitian yang relevan, pembelajaran tematik, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang relevan 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain Santrock dalam Desmita, 2009: 258. Sama halnya dengan aspek perkembangan lainnya kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan perkembangannya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari Desmita, 2009: 98. 1. Ide-Ide Dasar Teori Piaget Piaget dalam Desmita, 2009: 98 mengemukakan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, di antaranya: a. Anak adalah pembelajar yang aktif. Piaget meyakini bahwa anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif. Sebaliknya, mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi itu. Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan apa yang disebut oleh Piaget dengan “scheme” skema, yaitu konsep atau kerangka yang ada dalam pikiran anak digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. 9 b. Anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari pengalamannya. Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa yang mereka pelajari dari fakta- fakta yang terpisah menjadi suatu kesamaan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak. Misalnya, dengan mengamati bahwa makanan, mainan, atau objek-objek lain yang selalu jatuh ketika mereka lepaskan, anak mulai membangun pemahaman awal tentang gravitasi. c. Anak memnyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam menggunakan dan mengadaptasi skema mereka, ada dua proses bertanggung jawab, yaitu assimilation dan accommodation. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya. d. Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih kompleks. Menurut Piaget, melalui kedua proses penyesuaian-asimilasi dan akomodasi-sistem kognisi seseorang berkembang dari satu tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium , yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalaman di lingkungan. Ada pula kondisi yang dapat menimbulkan konflik kognitif atau disequilibrium, yakni semacam ketidaknyamanan mental yang mendorong untuk mencoba membuat pemahaman tentang apa yang mendorong untuk mencoba membuat pemahaman tentang apa yang mereka saksikan. Dengan melakukan penggantian, mengorganisasi kembali atau mengintegrasikan secara baik skema-skema mereka dalam kata lain, melalui akomodasi, anak-anak akhirnya mampu memecahkan konflik, mampu memahami kejadian-kejadian yang sebelumnya membingungkan, serta kembali mendapatkan keseimbangan pemikiran. Pergerakan dari equilibrium ke disequilibrium dan kemudian kembali lagi menjadi equilibrium atau proses meningkatkan perkembangan pemikiran dan pengetahuan anak dari satu tahap 10 ke tahap yang lebih kompleks inilah yang disebut Piaget dengan istilah equilibrium ekuilibrasi. 2. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Piaget Desmita, 2009: 101 membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap, sebagai berikut: a. Tahap Sensorimotor Usia 0 - 2 tahun. Bayi bergerak dari tindakan refleks dengan instinkig pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. b. Tahap Pra-operasional Usia 2 - 7 tahun Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar- gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik. c. Tahap Operasional Konkret Usia 7 - 11 tahun Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda. d. Tahap operasional formal Usia 11 tahun - dewasa Remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, bahwa secara bertahap anak mampu berinteraksi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Piaget mengemukakan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak dan mendeskripsikan empat tahap perkembangan anak yang dimulai dari tahap sensorimotor, pra-operasional, konkret-operasional, dan operasional formal. Teori perkembangan yang dikemukakan Piaget ini dipandang sebagai teori yang sesuai dengan perkembangan siswa yang akan menjadi subjek penelitian siswa kelas V yang saat ini sedang berada pada tahap operasional konkret. Piaget mengemukakan bahwa anak sudah mulai memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan orang. Pada tahap ini siswa

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami mata pelajaran IPA siswa kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 199

Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

0 8 230

Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

0 0 223

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 213

Pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA terhadap kemampuan mengingat dan memahami kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

1 3 182

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 210

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan-Yogyakarta.

0 0 192

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

0 2 190

Pengaruh penggunaan model pembelajaran Van Hiele terhadap kemampuan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika kelas V SD - USD Repository

0 8 257