“Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan untuk membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak yang mengakibatkan
pajak terutang bertambah.”2007:116 Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau
penggantian kepada Pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
2. Penagihan pajak aktif
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila jumlah utang pajak yang tercantum pada STP, SKPKB, SKPKBT, SK. Pembetulan, SK. Keberatan, dan
Surat Putusan Banding setelah 1 bulan belum atau kurang bayar, maka akan diikuti dengan tindakan paksa sampai penyitaan. Perlu diketahui bahwa Undang-
undang KUP No. 16 Tahun 2000 mendefinisikan penagihan pajak dalam arti sempit, yaitu hanya meliputi penagihan pajak aktif. Sebagai tambahan, sebagian
besar aturan mengenai penagihan pajak aktif ini diatur dalam Undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang-undang No. 19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
2.2.1.5 Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Menurut Pormandita dan Yuda Aryanto dalam buku Kompilasi UU Perpajakan 2011 disebutkan bahwa penaagihan pajak di Indonesia harus
didasarkan pada hukum yang jelas dan mengikat, sehingga Wajib Pajak dan pihak yang terkait dapat mematuhinya. undang-undang dan peraturan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
serta keputusan-keputusan yang mengatur tentang penagihan pajak dengan
surat paksa adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. 3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
24PMK.032008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan dan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan
Sekaligus sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85PMK.032010.
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561KMK.042000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan
Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.
2.2.1.6 Surat Teguran
Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sesuai dengan Pasal 1 angka 10 UU Penagihan Pajak adalah “surat yang
diterbitkan oleh pejabat pajak untuk meneguur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi untang pajaknya”.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sesuai Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No. 561KMK.042000 bahwa tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan surat
teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa pejabat setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
Penerbitan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan
pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan surat paksa. Apabila terdapat Wajib Pajak tidak pernah diberikan surat
teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis namun langsung diterbitkan dan diberikan surat paksa, maka secara yuridis surat paksa
tersebut dianggap tidak ada karena tidak didahului dengan pengeluaran surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
2.2.2 Surat Paksa
2.2.2.1 Pengertian Surat Paksa