Dinamika Motivasi pada Perempuan yang Menjalin Relasi Romantis dan

studi kasus adalah keterikatan kasus yang diangkat untuk menjadi bahan penelitian memiliki kekhususan terkait waktu, tempat kejadian dan informan penelitian. Keterikatan ini oleh Smith Merriam, 1998; Asmadi, 2004 disebut sebagai faktor istimewa yang membedakan studi kasus dengan penelitian kualitatif lainnya. Dengan pendekatan studi kasus seorang peneliti memungkinkan untuk mendapat pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai hubungan berbagai fakta terkait Poerwandari, 2005. Metode studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila digunakan pada pokok pertanyaan yang berkenaan dengan How atau Why , bila peneliti hanya mampu sedikit mengontrol serta konteks penelitiannya berada pada situasi nyata Yin, 2002. Dalam penelitian ini, studi kasus yang digunakan adalah studi kasus dengan single level analysis . Menurut Mooney 2008, studi kasus tunggal, single level analysis , adalah studi kasus yang menyoroti perilaku individu dengan satu masalah utama. Bentuk studi kasus ini yang dipakai dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini yang diteliti adalah pola motivasi perempuan yang dilabeli bispak dalam menjalin relasi romantis.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada menemukan serta memaparkan motivasi yang mendorong seorang wanita yang dicap sebagai bispak bisa dipakai dalam melakukan hubungan seksual-emosional. Motivasi diteliti dengan melihat dinamika antara kebutuhan, dorongan, motif yang ada pada wanita sehingga mengarahkan mereka atau melatarbelakangi mereka untuk menjadi bispak.

C. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan oleh penelitian ini antara lain adalah:

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dari responden dengan menguak kesadaran responden terhadap sesuatu Downs et al, 1980. Hal ini dikarenakan adanya interaksi dua arah yang digunakan peneliti memberikan pertanyaan dan responden menjawab pertanyaan. Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur ini digunakan karena memungkinkan peneliti untuk bebas menanyakan informan. Wawancara tidak terstruktur ini merupakan pengembangan dari hasil tes BFI dan SSCT yang dirasa mengganjal dan butuh pertanyaan lebih lanjut. Dengan begitu, hasil tes tersebut menjadi kerangka atau rambu- rambu dalam melakukan wawancara. Dalam prosesnya, peneliti melakukan probing . Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dibacakan secara urut karena pertanyaan yang diajukan dapat dikembangkan menjadi lebih luas. Dalam proses wawancara, partisipan diminta untuk menceritakan pengalaman menjalin hubungan romantis. Selama proses wawancara, peneliti memiliki kebebasan untuk menanyakan lebih jauh apabila ada hal-hal menarik yang muncul. Wawancara dengan partisipan dilakukan di tempat dan waktu yang terpisah sesuai dengan kesepakatan yang dibuat kedua belah pihak. Hasil wawancara kemudian direkam agar selanjutnya bisa dianalisis secara verbatim agar peneliti menjadi lebih mudah dalam mencari tema- tema yang muncul. Informasi yang akan digali terhadap informan dilakukan dengan menggunakan panduan sebagai berikut : a Wawancara mengenai latar belakang informan Berisi tentang pertanyaan yang bermaksud untuk menggali latar belakang informan, perlakuan pasangan yang sedang, dan yang sudah pernah dialami oleh informan. Dalam wawancara ini juga akan digali lebih mendalam tentang motivasi informan dalam berhubungan seksual dengan pasangan-pasangannya. b Wawancara mengenai keadaan informan saat ini Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui akibat secara psikologis dari perlakuan pasangan terhadap informan di masa lalu dan masa kini.

2. Tes Psikologi

a. Tes SSCT

SSCT Saks Sentence Completion Test adalah suatu teknik proyeksi yang dikembangkan oleh Joseph M. Sacks, Sidney Levy dan beberapa psikolog lainnya dari New York Veterans Administration Mental Hygiene Service. SSCT sendiri berbentuk kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus dilengkapi oleh testee sehingga menjadi sebuah kalimat yang utuh C ompletion task . Dalam penelitian ini, SSCT digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang dapat menampakkan diri individu dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi terhadap lingkungan. Dalam kaca mata klinis, tes ini dapat menampakkan suatu gangguan sehingga tes ini bermanfaat untuk terapi. SSCT juga dapat digunakan sebagai bahan awal untuk suatu wawancara eksploratif lebih dalam, karena jika waktunya cukup kita dapat menanyakan tiap aitem yang terdapat pada tes ini Hutagalung, 2012. Tes ini berisi 60 item pertanyaan, yang didalamnya terdapat 15 tema yang berbeda. Kelima belas tema tersebut adalah : 1. Sikap terhadap Ibu 14, 29, 44, 59 2. Sikap terhadap Ayah 1, 16, 31, 46 3. Sikap terhadap kehidupan keluarga 12, 27, 42, 57 4. Sikap terhadap wanita 10, 25, 40, 55 5. Sikap terhadap hubungan heteroseksual 11, 26, 41, 56