Sedangkan untuk tes BFI, skor diberikan pada tiap 44 soal pertanyaan, yang mengandung 5 dimensi BFI didalamnya. Informan diminta untuk menjawab
44 pertanyaan, dengan skala 1 sangat tidak setuju hingga 5 sangat setuju. Lalu, jumlah tiap dimensi dijumlahkan dan diurutkan berdasarkan skor mana
yang tinggi dan yang rendah. Hasil analisa data dari wawancara dan tes psikologi digabungkan
untuk mendapatkan gambaran mengenai informan. Hasil tersebut di dinamikakan dengan latar belakang informan sehingga didapatkan suatu
kesimpulan mengenai motivasi informan dalam melakukan hubungan seksual.
a. Tes
Big F ive Inventory
Tes BFI berisi 44 soal pertanyaan. Setiap pertanyaan diisi dengan skor yang paling menggambarkan diri informan. Terdapat 5 dimensi
didalamnya. Kelima dimensi tersebut adalah O
Openess to Experience
, C
Conscientiousness
, E
Extraversion
, A
Agreeableness
, dan N
Neuroticism
. Berdasarkan data informan, pada dimensi A
Agreeableness
, informan mendapatkan skor 34 poin. Kemudian, pada dimensi O
Openess to Experience
, informan mendapatkan hasil sebesar 32 poin. Pada dimensi E
Extraversion
, informan mendapatkan poin sebesar 31 poin. Selanjutnya, pada dimensi C
Conscientiousness
, informan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapatkan poin sebesar 30 poin. Sedangkan pada dimensi N
Neuroticism
, informan mendapatkan skor 22 poin. Berdasarkan hasil data BFI, informan mendapatkan skor yang
hampir sama antara dimensi O, A, C, dan E, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sedangakan untuk dimensi N, subjek mendapatkan skor
yang terdapat dalam kategori rendah. Dalam dimensi O
Openess to Experience
, informan memiliki kecenderungan nilai imajinasi, ingin tahu, kreatif,
broadmindedness
, berani mengambil resiko, dan inovatif dalam membuat rencana dan
mengambil keputusan. Pada dimensi A
Agreebleness
, informan cenderung memiliki sifat yang menyenangkan, lembut, dapat dipercaya, penurut, suka membantu,
pemaaf, cenderung penuh kasih sayang, dan peduli kepada orang lain. Selanjutnya, pada dimensi C
Conscientiousness
, informan cenderung teratur, berdisiplin tinggi, pekerja keras, dapat diandalkan,
disiplin, tepat waktu, rapi, dan hati-hati. Pada dimensi E
Extraversion
, informan cenderung mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, aktif, banyak bicara,
orientasi pada hubungan sesama, optimis,
fun-loving
,
affectionate,
ramah, dan bersahabat. Akan tetapi pada dimensi N, informan mendapatkan skor yang
paling rendah diantara kelima dimensi tersebut, yaitu 22 poin. Hal ini menunjukkkan bahwa informan memiliki kecenderungan untuk
bersikap tenang, santai, merasa aman, puas terhadap dirinya, tidak emosional, tabah, dan riang.
b. Tes SSCT
Dalam SSCT, terdapat 15 tema didalamnya. Tema yang pertama adalah sikap terhadap ibu. Pada tema ini, informan mendapat rating 1,
yang menunjukkan bahwa informan memiliki masalah terhadap ibunya, akan tetapi masih bisa menyelesaikan konfliknya. Informan melihat
sosok ibunya sebagai sosok yang banyak menuntut dan sering berlawanan pada dirinya. Akan tetapi, informan melihat ada nilai positif
di dalamnya. Tema yang selanjutnya adalah sikap terhadap ayah. Pada tema ini,
informan mendapat rating 1. Informan memiliki masalah pada pandangannya terhadap ayahnya. Informan melihat sosok ayahnya
sebagai sosok yang sangat menyayanginya, akan tetapi saat ayahnya jatuh sakit, informan merasa kehilangan sosok ayahnya tersebut.
Tema berikutnya adalah sikap terhadap kehidupan keluarga. Informan memiliki rating 1. Informan memiliki masalah terhadap
kehidupan keluarganya. Informan merasa diberikan tuntutan sebagai anak pertama. Informan juga merasa bahwa keluarganya tidak sebahagia
saat dirinya masih anak-anak. Tema selanjutnya adalah sikap terhadap wanita. Informan mendapat
rating 1, karena informan melihat sosok wanita sebagai sosok yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI