Pengertian Relasi Romantis Relasi Romantis dan Hubungan Seksual

monogami satu pasanagan, individu yang menjalani satu atau lebih dari bentuk-bentuk CSR akan lebih cenderung terkena berbagai penyakit kelamin atau bahkan HIV-AIDS. Akan tetapi, disisi lain remaja yang melakukan CSR memiliki pengalaman seks yang memadai sebelum akhirnya siap untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Hal ini menjadi bagian penting karena kepuasan seksual adalah salah satu faktor pentingnya dalam menjalani kehidupan berumah tangga Farley Davis, 1980; Przybyla Byrne, 1981; Frederick, Lever, Gillespie Garcia, 2017.

C. Dinamika Motivasi pada Perempuan yang Menjalin Relasi Romantis dan

Melakukan Hubungan Seksual secara Berulang Untuk memahami perilaku, perlu untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi seseorang melakukan perilaku tersebut. Dalam diri individu terdapat motivasi yang didefinisikan sebagai energi dari diri individu untuk membangun atau mempertahankan keadaan tertentu dalam diri individu dengan cara mencari informasi mengenai dirinya, menginterpretasikan ketepatannya, dan bermaksud untuk merubah perilakunya Anseel, Lievens, Levy, 2007; Cast Burke, 2002; Leary, 2006. Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan, motif, dorongan, dan tekanan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan memunculkan tegangan dan individu berusaha untuk menghilangkan atau menguranginya dengan cara bertindak untuk memuaskan kebutuhan tersebut Murray, dalam Schultz 2009. Sehingga, kebutuhan akan memberikan kekuatan dan mengarahkan perilaku untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan miliknya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan berubah menjadi motif. Motif sendiri akan menjadi penyebab seseorang dalam melakukan segala sesuatu Handoko, 1992. Keadaan ketidakseimbangan dalam diri individu akan mendorong individu untuk bereaksi dalam rangka untuk mencapai keseimbangannya. Dorongan merupakan kecenderungan bereaksi dalam rangka pemenuhan kekurangan dan memotivasi untuk mengembalikan keseimbangan Matsumoto, 2009. Dengan adanya tuntutan menuju keseimbangan ini, maka tidak terpenuhinya kebutuhan frustrasi mendorong individu kembali pada kebutuhan yang belum terpenuhi ini regresi Aldeyfer, 1969. Pada perempuan yang menjalin relasi dengan pergantian pasangan yang cukup sering, dasar yang mendorong untuk membentuk pola perilaku ini masih menjadi pertanyaan. Apalagi, dalam kasus yang terjadi, pergantian pasangan disertai hubungan seksual ini berakibat perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa Sarwono, 2003. Akibat yang sering dirasakan pihak perempuan ini berdasarkan pada keadaan masyarakat bahwa isu soal kemurnian perempuan yang didasarkan pada keadaan kelaminnya sendiri. Kondisi ini tidak menguntungkan perempuan apabila melakukan hubungan seksual. Tak pelak lagi, istilah sexist se perti “bispak” hadir dalam dunia gaya maskulin ini. Pengalaman tidak menguntungkan dari para perempuan yang terlibat dalam hubungan seksual ini berimplikasi pada cara mereka menghadapi lingkungan yang demikian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI