Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
oleh Cannon 1929, saat seseorang dihadapkan pada suatu masalah
stressor
, maka terdapat dua kemungkinan perilaku yang muncul, yaitu
fight
, melawan; atau
flight
, kabur dari masalah. Dalam cerita ynag dipaparkan oleh subjek, subjek memiliki harapan untuk memiliki relasi
dengan komitmen didalamnya. Akan tetapi, hal tersebut selalu membentur masalah dalam pemenuhannya. Saat menemui masalah tersebut, informan
lebih memilih untuk kabur dari masalah tersebut dan mencoba peruntungannya dengan relasi baru lainnya. Hal ini ditunjukkan dari
bergantinya pasangan yang dimiliki informan, sebanyak enam relasi berbeda yang telah ia alami dalam kurun waktu satu tahun.
Pola tersebut memiliki bentuk yang sama pada tiap hubungan yang informan jalani. Pada relasinya pada pria no. 1, kebutuhan akan materi telah
terpenuhi, lalu lanjut dengan kebutuhan untuk relasi yang dipuaskan juga dengan adanya sosok pria yang menemani dan berada disampingnya, yang
membuatnya merasa aman dan nyaman. Akan tetapi, pada hubungannya tersebut, Sm menemukan masalah. Pasangan pertamanya tersebut
menunjukkan perilaku kasar secara verbal yang akhirnya membuat Sm memilih untuk meninggalkan pria tersebut. Cerita pertama ini menunjukkan
bahwa Sm telah baerhasil memenuhi kebutuhan E dan R, akan tetapi gagal dalam memenuhi kebutuhan G. Dari cerita tersebut, terjadi frustasi-regresi,
yang membuat Sm kembali mencari kepuasan yang lebih dalam hal relasi. Sm dalam ceritanya tentang hubungannya yang kedua, Sm mengaku
bahwa ia mencari sosok pria yang tidak kasar terhadap dirinya. Ia mendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perlakuan kasar dari pria kedua yang menjalani hubungan dengannya. Pencarian sosok lain ini sejalan dengan teori yang dikatakan Alderfer.
Alderfer 1969, mengatakan bahwa saat kebutuhan untuk berkembang tidak terpuaskan, maka kebutuhan akan relasi yang sebelumnya telah
terpenuhi akan bertambah. Sm mencari pria untuk mengisi kekosongan dalam kebutuhan akan berelasi tersebut.
Dalam pencariannya tersebut, Sm pun menjalani hubungan dengan pria yang kedua yang seturut dengan kebutuhannya tersebut. Dalam
relasinya kedua tersebut, Sm mendapatkan masalah lagi dalam pemenuhan untuk tumbuh-kembangnya. Sm merasa bahwa pria yang kedua tersebut
bukan sosok pria yang ideal menurutnya, karena dirasa kurang tegas dan Sm pun tidak mendapat kepuasan secara seksual. Frustasi-regresi pun kembali
terjadi. Sm meninggalkan pria kedua itu, dengan rasa ketidakpuasan dalam kebutuhannya untuk bertumbuh-kembang.
Telah diketahui bahwa saat kebutuhan untuk berkembang tidak terpuaskan, maka kebutuhan akan relasi yang sebelumnya telah terpenuhi
akan bertambah. Sm akhirnya menjalani relasi dengan pria ketiga yang menurutnya sosok tersebut adalah sosok yang paling ideal menurutnya. Sm
mengaku mendapat kenyamanan yang dapat mengisi kebutuhan untuk berelasi yang semakin bertambah. Ia juga memandang bahwa sikapnya yang
manutan punya pengaruh dengan rasa nyaman yang ia peroleh. Karena manutan, ia mengalami perlakuan kasar.
Sm memang mengaku mendapatkan “titik cerah” pada pria ketiga tersebut, akan tetapi, hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk
timbulnya masalah. Sm merasa tidak diperhatikan oleh sosok pria yang ketiga ini. Sm merasa bahwa pria yang ketiga tersebut terlalu cuek.
Peristiwa ini membuat Sm kembali mengalami frustasi-regresi, yang membuat kebutuhan akan berelasinya kembali dalam keadaan tidak stabil
dan harus dipuaskan. Sm mengambil langkah untuk meninggalkan pria ketiga dan mencari pria berikutnya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Perilaku
flight
kembali dilakukan oleh Sm saat mendapat masalah, yang akhirnya menjalin relasi dengan pria keempat, dengan alasan haus
akan rasa kasih sayang dan perhatian yang harus dipenuhi. Setelah kepuasan tersebut terpenuhi, Sm menemukan masalah saat Sm mengalami kekerasan
fisik yang membuatnya rehat dan rasa trauma dalam membentuk relasi romantis dengan pria.
Hubungan terakhirnya dengan pria keempat meninggalkan kebutuhan akan pria yang bisa membuatnya memenuhi gairahnya dalam
bertumbuh-kembang dirinya. Hal tersebut juga otomatis membuat diri Sm memiliki kebutuhan akan berelasi yang harus dipuaskan kembali. Sebelum
kembali kedalam pencariannya untuk pemuas kebutuhanya tersebut, Sm mendapat kesimpulan bahwa Sm terlalu menerima keadaan dan tidak
berusaha melawan masalah yang terjadi, akan tetapi lebih memilih mencari sosok-sosok lain untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Bracha 2004, yang mengatakan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saat individu dihadapkan dengan situasi
fight or flight
, dan
stressor
terus menumpuk, maka dapat terjadi trauma terhadap suatu kejadian. Seiring
berjalannya trauma tersebut, maka semakin kuat juga kebutuhan yang muncul pada diri Sm.
Dalam teori milik Murray, Murray mengatakan bahwa dalam motivasi terlibat sisi ekstrinsik. Sisi ekstrinsik tersebut merupakan tekanan
dari luar diri individu yang dapat merubah perilaku seseorang. Tekanan dari luar tersebut ikut ambil bagian dalam perilaku yang dimunculkan Sm. Selain
itu, Sm yang telah diketahui membutuhkan sosok pria yang dapat menggantikan sosok ayahnya dalam kehidupannya. Maka, setelah rehat dan
berusaha membenahi pikirannya, Sm akhirnya membuka dirinya terhadap pria untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lama tidak terpenuhi.
Sm memiliki niatan untuk mengisi kebutuhan berelasi yang telah ditinggalkannya kosong setelah sekian lama. Kebutuhan tersebut terpenuhi
dengan hadirnya sosok pria kelima. Bila sebelumnya, Sm mencari sosok pria dengan niatan menjalin relasi dengan komitmen untuk kelanjutannya,
pada pria yang kelima ini Sm murni hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan yang telah mengering dan mendorong dirinya untuk mengisinya
kembali. Dalam prosesnya tersebut, Sm terbentur dengan masalah lagi.
Frustasi-regresi pun kembali terjadi. Dari masalahnya dengan pria kelima tersebut, Sm akhirnya memutuskan kembali menjalin relasi dengan pria
ketiga yang disebut sebagai “titik cerah”. Proses regresi yang dilakukan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sm dengan menjalin relasi dengan pria ketiga tersebut menunjukkan bahwa relasi romantis yang selama ia lakukan adalah bentuk dari pemenuhan rasa
nyaman yang dapat ia penuhi secara maksimal dengan pria ketiga tersebut. Dalam proses menjalani relasi romantis yang dijalani oleh Sm, dapat
terlihat bahwa Sm mencari sosok yang sempurna sebagai pemenuhannya sebagai wanita. Dengan berbagai kebutuhan-kebutuhan yang dimilikinya,
Sm menggunakan relasi romantis didalamnya untuk proses seleksi dan memungkinkan dirinya untuk mendapat kepuasan seksual. Sedari awal
sudah dijelaskan bahwa kebutuhan akan eksistensi milik Sm tidak ada masalah sama sekali. Permasalahan selalu muncul saat Sm ingin
memuaskan dahaga akan berkembang. Sm selalu memilih untuk mencari sosok lain saat terdapat masalah pada relasi romantis yang ia jalani.
Dari cerita Sm, terdapat hal yang menarik bila melihat label “bispak” tersebut. Bispak merupakan akronim dari “bisa dipakai”. Imbuhan “di-“
menunjukkan bahwa sosok tersebut adalah sosok yang pasif, atau sebagai korban. Akan tetapi, dalam cerita milik Sm, dapat terlihat bahwa Sm
bukanlah sosok pasif yang menunggu datangnya seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Ceritanya tersebut menunjukkan ada aktivitas
yang menunjukkan Sm mencari dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan miliknya. Sm bahkan berontak pada saat ada masalah dalam
relasinya, walaupun hal tersebut ditunjukkan dengan caranya meninggalkan relasi tersebut dan memulainya lagi dengan proses seleksi. Dengan
demikian, logika penyebutan “bispak” tersebut terlalu memaksakan kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sm sebagai representasi perempuan. Apalagi Sm dalam kasus ini justru menjadi pihak yang seakan-
akan “ambil untung” dengan hubungannya. Lewat berganti-ganti pasangan, ia memperoleh apa yang dikehendakinya.
64