B. Penelitian Yang relevan
Pakar-pakar IPA dari Unesco 1983 dalam Kaligis Jenny RE dan Darmojo Endro 1992:6 pada penelitian ilmiahnya mengatakan bahwa
pendidikan IPA harus dapat menolong anak didik untuk dapat memikir logis terhadap kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Kemampuan berfikir semacam itu dijadikan pengembangan KTSP sesuai dengan tujuan IPA sendiri.
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mengantarkan siswa untuk dapat berfikir ilmiah. Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut
untuk menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Karena dalam pembelajaran IPA mencakup materi yang luas,maka seorang guru dituntut
untuk kreatif dalam melakukan pembelajaran serta harus cerdas dalam memilih metode dan media pembelajaran. Akan tetapi jika pembelajaran
tidak baik tentu akan membawa dampak kurang baik juga. Diantaranya disebabkan oleh pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran belum
maksimal. sehingga siswa tidak memahami materi dan prestasi belajar yang baik tidak tercapai.
Berdasarkan penelitian oleh Nugraheni Diah pada tahun 2007 mahasiswa jurusan fisika, FMIPA, UNES Semarang membuktikan bahwa
penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan di kelas V SD.N Kedung Mandu 01
Semarang TH 20062007 menunjukkan peningkatan hasil nilai rata-rata dari kondisi awl 65 dan pada siklus II meningkat menjadi rata-rata nilai 85,38.
Penelitian oleh Nugraheni Diah telah relevan dengan skripsi yang telah peneliti tulis pada pembelajaran IPA yang menggunakan pendekatan
kontekstual. Peneliti mengharapkan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SDN Tamanagung
3 Muntilan dapat meningkat
C. Kerangka Berfikir
Materi kompetensi dasar “ Proses pembentukan tanah karena pelapukan “ bersifat riil nyata, artinya dapat dilihat secara langsung dengan
bukti-bukti hasil dari proses pembentukannya, dan lebih mudah untuk mencari contoh benda-benda yang dibutuhkannya. Oleh karena itu guru selalu
berusaha untuk meyakinkan kepada siswa tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan, baik secara biologi,
fisika, maupun kimia. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual serta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan inovatif sehingga menciptakan
suasana yang menyenangkan, akan dpat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kondisi akhir
Dari kerangka berfikir di atas dapat disajikan dalam bentuk skema berikut ini:
Gbr. 1 Kerangka Berfikir
Pendekatan kontekstual dan Penggunaan alat peraga alami dalam bembelajaran IPA, mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut :
1. .Dapat mengaktifkan siswa. Hal ini disebabkan materi yang disajikan
siswa dapat mencari sendiri wujud benda yang dibutuhkan, seperti bebatuan, pelapukan-pelapukan baik secara fisika, biologi maupun kimia,
dan jenis-jenis tanah yang semuanya mudah diperoleh. 2.
Meningkatkan daya tarik siswa dalam pembelajaran karena siswa terlibat langsung dalam menemukan dan memecahkan masalah .
Kondisi aw al
Dalam pembelaja- ran guru belum
m enggunakan CTL
Hasil belajar sisw a r endah
rendah
Siklus II Pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual dan anak ikut terlibat dalam
pem belajaran Tindakan
Guru Siklus I
pempem belajaran m enggunanakan
pendekat an kontekstual yang ditunjukkan guru
gur u
Hasil belajar Sisw a t inggi
Hasil belajar Sisw a meningkat
DIduga melalui pendekatan kont ekstual hasil belajar IPA pada siswa meningkat
3. Menumbuhkan pengertian dan rasa suka terhadap pembelajaran IPA
khususnya materi proses pembentukan tanah karena pelapukan, selain itu siswa akan memanfaatkannya di lingkungannya sebagai sumber
penghasilan.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kajian teori dan merujuk dari pendapat para ahli di
atas tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual prestasi belajar siswa kelas V SD Tamanagung 3 Muntilan dalam pelajaran
IPA tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan diduga dapat meningkat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN