Buku Siswa Kelas X
48
Tetapi ia tidak menyadari bahwa air matanya menetes di pipi Nabi Muhammad Saw., sehingga beliau terbangun. Beliau melihat Abu Bakar sedang menagis lalu
berkata, “Katakanlah wahai Abu Bakar mengapa kamu menangis?” Mendengar hal itu ia terkejut karena tidak tahu bahwa Rasulullah Saw. , telah terjaga dari tidurnya. Maka
ia pun menjawab,”Sesungguhnya aku melihat lubang sarang hewan melata di sana dan ia hewan itu hendak keluar maka aku tutupi lubang itu dengan kakiku supaya tidak
mengganggumu wahai Rasul Allah.” Mendengar hal itu Rasulullah Saw., menangis lalu berkata,” Berikan kakimu”, kemudian beliau meludahinya dan seketika luka Abu Bakar
sembuh. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju Yastrib.
2. Proses Pemilihan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Nabi Muhammad Saw., tidak menunjuk siapa yang akan menggantikan sepeninggalnya dalam memimpin umat yang baru terbentuk. Memang wafatnya beliau mengejutkan,
tetapi sesungguhnya dalam sakitnya yang terakhir ketika beliau mengalami gangguan kesehatan sekurang-kurangnya selama tiga bulan, Nabi Muhammad Saw. telah merasakan
bahwa ajalnya akan segera tiba. Masalah suksesi mengakibatkan umat Islam menjadi sangat tegang. Padahal semasa
hidupnya, Nabi bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang kokoh di antara sesama pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dilambatkannya
pemakaman jenazah beliau menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi itu. Ada tiga golongan yang bersaing keras dalam perebutan kepemimpinan ini; Anshar, Muhajirin,
dan keluarga Hasyim. Dalam pertemuan di balai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar
mencalonkan Sa’ad bin Ubadah, pemuka Khazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena ia dipandang yang paling
layak untuk menggantikan Nabi. Di pihak lain ada sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena Nabi telah menunjuk secara terang-terangan sebagai
penggantinya. Situasi itu demikian kritis, pedang hampir saja terhunus dari sarungnya. Masing-
masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus Nabi. Namun berkat tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah
yang memaksa Abu Bakar sendiri sebagai deputi Nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka persatuan umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas
muslim sulit terwujud. Dengan semangat ukhuwah Islamiyyah terpilihlah Abu Bakar. Dia adalah orang
Quraisy yang merupakan pilihan ideal, karena sejak mulai pertama menjadi pendamping Nabi, dialah sahabat yang paling memahami risalah Muhammad Saw.
49
Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasulullah Saw., Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah pengganti Rasul Allah yang dalam perkembangan selanjutnya
disebut khalifah. Berikut pidato perdana Abu Bakar ketika diangkat sebagai pengganti peran dan posisi Rasulullah Saw., dalam masyarakat, “Wahai manusia, sungguh aku telah
memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika
aku berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu penghianatan. Orang yang lemah di antara kamu adalah orang yang kuat
bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu
meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah Swt. akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama
aku patuh kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, jika aku tidak menaati kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, sekali-kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah
Swt. merahmatimu”. Ucapan pertama kali ini menunjukkan garis besar politik dan kebijakan Abu Bakar
dalam pemerintahannya. Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat
sebagai intisari taqwa. Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana
pada masa Rasulullah Saw., bersifat sentral. Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga
melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Rasulullah Saw., Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat
besarnya bermusyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah.
3. Prestasi Besar a. Kebijakan Pemerintahan