Implikasi Politik Tujuan Penelitian

4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : Menjelaskan implikasi politik yang terjadi akibat embargo ekonomi yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap pemerintahan Fidel Castro. 5. Signifikansi Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai kemampuan pemerintahan Fidel Castro yang bertahan dengan pemikiran dan tindakan politiknya dalam menghadapi embargo ekonomi Amerika Serikat. 2. Penelitian ini sekiranya dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Politik dan menjadi referensikepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU. 6. Kerangka Teori Salah satu unsur penting dalam penelitian adalah kerangka teori, karena teori berfungsi sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan darimana peneliti melihat objek yang diteliti sehingga penelitian dapat lebih sistematis. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 14

6.1 Implikasi Politik

Implikasi diartikan sebagai suatu konsekuensi atau akibat langsung dari sebuah tindakan. Dalam penerapannya di politik, implikasi biasanya dikaitkan dengan gejala-gejala politik yang ada. Politik yang diartikan sebagai usaha untuk mencapai suatu masyarakat yang lebih baik daripada yang dihadapinya atau apa yang disebut oleh Peter Merkl, 1976: 13, bahwa Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha untuk mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan yang 14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, hal.37. Universitas Sumatera Utara berkeadilan. Dalam menarik sebuah implikasi haruslah dikaitkan dengan konteks penelitian yang ada. Gejala-gejala politik yang timbul dalam sistem politik akan memperlihatkan dampak yang jelas dalam perkembangan politik, kemerosotan politik dan perubahan politik. Dalam perkembangan politik dinilai bahwa gejala- gejala yang timbul mengalami peningkatan sehingga berakibat pada proses transisi politik. Demikian pula keadaan yang disebut dengan kemerosotan politik. Hal itu bisa terjadi apabila gejala-gejala yang menimbulkan suatu perubahan politik menurun kapasitasnya dalam artian tidak begitu banyak membawa dampak pada perubahan politik yang ada. Gejala-gejala politik tersebut dapat dilihat dari beberapa hal yakni : 1. Kebijaksanaan. Kehidupan politik menurut pendirian yang lazim meliputi semua aktivitas yang berpengaruh terhadap kebijaksanaan dari yang khusus, yang diterima baik oleh sebuah masyarakat dan terhadap cara pelaksanaan kebijaksanaan ini. David Easton, 1953: 128. 2. Kekuasaan. Kekuasaan “power” diartikan sebagai kekuatan mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain sesuai dengan tujuan aktor yang berkuasa. Kekuasaan dalam konsep politik diartikan sebagai pengaruh kebijaksanaan pemerintah serta perwujudannya dan dampaknya sesuai dengan tujuan pemegang kekuasaan. Robert A. Dahl menyatakan bahwa kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk mempengaruhi diri seseorang kepada orang lain, dari satu pihak kepada pihak lain. Andrian Leftwich, dalam bukunya “What Is Politics? The Activity and Its Study” menjelaskan bahwa politik adalah jantung dari semua kegiatan sosial kolektif, formal maupun informal, publik maupun privat, dalam semua kelompok masyarakat. Politik melahirkan Universitas Sumatera Utara kekuasaan yang memperhatikan penciptaan, pendistribusian dan penggunaan sumber-sumber keberadaan sosial manusia. Dengan demikian politik memunculkan dimensi kekuasaan pengambilan keputusan, kekuasaan atas agenda setting dan kekuasaan atas kontrol pemikiran. 15 Bagian terpenting dari kekuasaan adalah adanya syarat keterpaksaan. Yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang mempengaruhi Mochtar Mas’oed dan Nasikun 1988:22. Menurut Walter Jones kekuasaan dapat diartikan sebagai alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal itu berarti kepemilikan atau lebih tepat koleksi kepemilikan menciptakan kepemimpinan. Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material dan tingkah laku yang masing-masing memiliki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor. Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan kepuasan aktor dalam politik internasional. Unsur-unsur kekuasaan yakni: sumber daya alam yakni sumber daya alam geografi, unsur psikologis dan sosiologis kekuasaan, dan unsur sintetik kekuasaan keterampilan penggunaan sumber daya manusia. 16 a. Kedudukan Menurut Haryanto 2005:22 kekuasaan dapat diperoleh melalui beberapa cara yakni: Kedudukan dapat memberikan kekuasaan pada seseorang atau sekelompok orang karena menduduki posisi. Semakin tinggi kedudukan maka semakin besar pula kekuasaan yang ada pada genggaman orang tersebut. 15 Ahmad Taufan Damanik, Relasi Kekuasaan, Kepentingan, dan Legitimasi dalam Analisa Politik, Jurnal POLITEA, Vol 4, Januari 2012, hal.28. 16 Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional :Kekuasaan, Ekonomi Politik Internasional dan Tatanan Dunia , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993, hal.3,6. Universitas Sumatera Utara b. Kekayaan Dari kekayaan yang dimilikinya, seseorang bisa memaksakan keinginannya kepada pihak lain agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang diartikan disini adalah kekayaan akan kepemilikan sumber-sumber ekonomi. Semakin besar kepemilikannya terhadap sumber ekonomi apalagi sumber ekonomi primer atau sumber ekonomi langka maka semakin besar pula kekuatan yang dimiliki oleh pemilik sumber ekonomi tersebut untuk memaksakan kehendaknya kepada pihak-pihak lain. Dalam realitanya, kekuasaan yang bersumber dari kekayaan akan lebih terasa pengaruhnya di masyarakat yang relatif kurang dari segi ekonominya dan tidak merata dalam hal kesejahteraan. c. Kepercayaan Seseorang atau kelompok dapat memiliki kekuasaan karena yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan masyarakat. Kekuasaan yang muncul karena kepercayaan biasanya berada ditengah-tengah masyarakat yang mempunyai kepercayaan yang sepenuhnya. Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok menimbulkan tujuan dan keinginan yang dimiliki oleh penguasa. Salah satu yang menjadi tujuannya adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan tersebut. Cara untuk mempertahankan kekuasaannya biasanya dilakukan dengan cara damai, antara lain dengan demokrasi atau mencari dukungan pihak lain atau dilakukan dengan cara kekerasan dan penindasan bagi siapa saja yang menentang kekuasaan tersebut. Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh faktor internal kekuasaan itu sendiri namun juga bisa akibat faktor eksternal Universitas Sumatera Utara seperti perang, konflik, kudeta, ataupun melalui aksi-aksi demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan. 3. Pemerintah. Selain memiliki wilayah, penduduk, dan kebebasan politik dari negara-negara lain, suatu negara juga harus memiliki suatu pemerintahan. Tanpa pemerintahan negara tidaklah ada, karena pemerintahanlah yang menjalankan kekuasaan dan fungsi-fungsi negara sehingga negara menjadi realitas politik. Kendati menyiratkan keberadaan orang-orang tertentu, istilah pemerintah itu tidak terdiri dari orang-orang saja. Pemerintah lebih merupakan suatu lembaga yang mengatur hubungan antar manusia. Seperti lembaga-lembaga lainnya, pemerintah juga mendasarkan keberadaannya pada kemampuan memuaskan berbagai kebutuhan manusia. Karena itu pemerintah memperhatikan perlindungan hidup dan hak-hak milik setiap orang yang ada dalam komunitas yang bersangkutan, perlindungan dari musuh asing atau pertahanan nasional, mengupayakan kesejahteraan bersama, mencegah terjadinya konflik horizontal, baik antar individu, kelompok ataupun etnik. Pemerintahan merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang negara dan yang melaksanakan tugas dan wewenang negara. Memerintah berarti melihat kedepan, menentukan berbagai kebijakan yang diselengarakan untuk mencapai tujuan demi kesejahteraan masyarakat, memperkirakan arah perkembangan masyarakat dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk menyongsong perkembangan masyarakat kepada tujuan yang telah ditetapkan. 4. Konflik dan Kerjasama. Perbedaan politik yang menjadi ciri dan sumber dari tindakan- tindakan dan tema-tema politik adalah perbedaan antara kawan dan Universitas Sumatera Utara lawan. Jika politik secara hakiki dipandang sebagai proses interaksi antar elemen di dalam suatu negara yang berisikan konflik dan konsensus, maka politik dimaknai sebagai suatu perjuangan memperebutkan sumber-sumber yang terbatas melalui kekuasaan di tengah hasrat atau keinginan manusia yang tidak terbatas.Politik terdiri dari pertarungan antara aktor-aktor yang mempunyai keinginan- keinginan yang saling bertentangan mengenai pokok-pokok pertentangan masyarakat Vernon van Dyke, 1973:38. Gejala-gejala politik tersebut terus berkembang dalam orientasi politik dan penerapannya. Dalam kenyataanya kekuasaan yang menjadi objek paling penting sebagai gejala politik dan memerlukan apa yang disebut dengan legitimasi. Terdapat perbedaan yang ada dalam tipe-tipe kekuasaan yang dijelaskan manusia. Yang paling mendasar adalah perbedaan antara kekuasaan yang tidak mendapat legitimasi dan memperoleh legitimasi. Kekuasaan yang tidak memiliki legitimasi menjalankan kekuasaan atas orang lain yang tidak mengakui hak dari mereka yang menjalankan kekuasaan untuk melakukan demikian. Jadi kekuasaan yang tidak memiliki legitimasi itu membutuhkan penggunaan atau ancaman kekuatan fisik untuk memaksakan kepatuhan. Sebaliknya jika kekuasaan yang memiliki legitimasi adalah kekuasaan yang penggunaanya dijalankan atas orang lain berdasarkan persetuajuan mereka dan mereka yang menjalankan kekuasaan tersebut memiliki hak untuk melakukan demikian. 17 Menurut Max Weber, legitimasi merupakan output yang dihasilkan oleh subsistem oleh pemeliharaan yang dibutuhkan sebagai input oleh subsistem pencapaian tujuan. Dalam masyarakat primitif, dimana proses pembuatan keputusan bersama dengan pengintregrasian nilai, misalnya kalau keputusan 17 Jurger Habermas, Krisis Legitimasi, Yogyakarta, Qalam, 2004, hal.18. Universitas Sumatera Utara kelompok dirumuskan dengan berkonsultasi langsung kepada dewa maka justifikasi atas setiap tindakan politik selalu bersifat langsung dan internal. Dengan pembedaan fungsi politis dan pengintregasian nilai, sebuah keputusan tidak lagi memiliki justifikasi normatif langsung seperti ini. Ketika prosedur yang komplek, diintrodusir pada setting tujuan kelompok, seperti tawar menawar, kompromi dan aturan mayoritas maka tidak mungkin lagi untuk meyakini setiap kebijakan pemerintah bisa langsung dipertanggungjawabkan pada sistem nilai. Sebaliknya yang dibutuhkan oleh negara adalah bentuk persetujuan lebih umum terhadap proses institusional dasar serta hasilnya. Weber menegaskan bahwa legitimasi didukung oleh otoritas nasional, yakni jenis otoritas yang dibentuk menurut ketentuan hukum dan diatur sesuai dengan prosedur yang merupakan karakteristik masyarakat modern. Kalau kepercayaan terhadap legitimasi dipahami fenomena empiris yang tidak memiliki keterkaitan khusus dengan kebenaran, maka landasan tempat ia didasarkan secara nyata hanya memiliki makna psikologis semata. Persoalan apakah landasan itu mampu menstabilkan keyakinan terhadap legitimasi, sepenuhnya tergantung pada praduga formal serta disposisi tingkah laku yang teramati dari kelompok yang sedang dipersoalkan. Kepercayaan terhadap legitimasi kemudian mengerucut terhadap legalitas, tuntutan terhadap proses hukum yang kemudian menghasilkan suatu keputusan sudah memadai. Dalam masalah kepercayaan terhadap legitimasi yang tergantung pada kebenaran tuntutan terhadap monopoli negara dalam menciptakan dan menerapkan hukum jelas tidak memadai. Prosedur itu sendiri mengalami tekanan untuk mendapatkan legitimasi. Oleh karena itu satu kondisi lagi harus dipenuhi yakni kekuasaan untuk melegitimasi harus diberi landasan. Johanes Winckelmann, menyatakan bahwa rasionalitas formal yang dipakai Weber sebagai landasan bagi legitimasi belumlah memadai. Legalitas bisa menciptakan legitimasi hanya ketika landsaan tersebut dapat diberikan untuk Universitas Sumatera Utara memperlihatkan bahwa prosedur-prosedur formal tertentu telah memenuhi substansi klaim keadailan berdasarkan kondisi-kondisi batas institusional tertentu. Landasan diciptakan supaya keputusan yang dibuat bisa diakui dan kekuatan sebuah keputusan diciptakan serta dilegitimasi namun dipisahkan dari kekuatan yang diterapkan secara nyata. 18

6.2 Embargo