INTERVENSI AS KE KUBA (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)

(1)

commit to user

i

INTERVENSI AS KE KUBA

(Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)

SKRIPSI Oleh: Fitriyanto K 4406023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

INTERVENSI AS KE KUBA

(Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)

Oleh : Fitriyanto K 4406023

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 6 Januari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sutiyah M. Pd. M. Hum. NIP. 195907081986012001

Drs. Syaiful Bachri, M. Pd. NIP. 195206031985031001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Senin

Tanggal : 10 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Djono, M. Pd. ……… Sekretaris : Dra. Sri Wahyuni, M. Pd. ………

Anggota I : Dra. Sutiyah, M. Pd. M. Hum ………

Anggota II : Drs. Saiful Bachri, M.Pd ………

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Fitriyanto. U.S. INTERVENTION TO CUBA (Study About U.S. Economic Embargo Against Government and Political Implications of Fidel Castro). Skripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, December 2010.

The purpose of this study is to describe: (1) The background and motivation of the United States to intervene Cuba, (2) Realization of U.S. intervention into Cuba, (3) The implications of political and economic intervention against Cuba.

This study uses the historical method. Data sources used were primary written sources and secondary sources written in the form of books, newspapers and magazines that are relevant to the research problem. Technique of collecting data used is book study, using the card system / catalog or computer and use the Internet. while technique of Analysis used is historical analysis, which analyzes the priority sharpness and sensitivity in interpreting the historical data approach the theoretical framework derived from the history of science with science approach of Politics and Sociology. The procedure through four stages of research with activities that are heuristic, criticism, interpretation, and historiography.

Based on the results of this study, it is concluded: (1) Since Fidel Castro seized power in 1959, began a renewal of adverse U.S. capitalism by; (a) establishing the Agrarian Law tahun1959. This Act contains provisions to nationalize 1 / 3 of land owned by individuals and do not allow foreigners to own land in Cuba. This situation makes the United States suffered losses of up to U.S. $ 1.5 million; (b) Castro's nationalization program economy exacerbated in diplomatic relations with Cuba-Soviet Union that threaten U.S. hegemony in the Caribbean region (2) Realization of the U.S. intervention against Cuba by performing the invasion and economic blockade, starting from the Bay of Pigs invasion that carried the president to bring 14,000 troops Kennedy . The U.S. also hit Cuba in the fields of politics by inviting the OAS states to decide the relationship refional and remove Cuba from the OAS membership. Economic blockade against Cuba continued after Kennedy is on the Caribbean Basin Initiative, Reagan, George Bush with the Cuban Democracy Act, and Bill Clinton with the Helms Burton Act. U.S. economic embargo was strengthened in 2000 with presence: (a) ban on import - export to Cuba, (b) prohibition of foreign ships docked, (c) ban on visits to Cuba, (d) restrictions on cash remittances to Cuba (3) U.S. economic embargo has caused Cuba to lag behind in development in the country for 15 years. The imlication of politics and economic intervention, in the economic this embargo also led to loss of a significant Cuban economy, Cuban trade in the area suffer a loss of 3,8 billion U.S. dollars, from the tourism sector losses reached 900 million U.S. dollars. U.S. Intervention in the political field brings a result of Castro's rule pattern. Cuban government changed to Communism as a response to intervention and the U.S. embargo.


(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

Fitriyanto. INTERVENSI AS KE KUBA (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang dan motivasi Amerika Serikat (AS) melakukan intervensi ke Kuba, (2) Realisasi intervensi AS ke Kuba, (3) Dampak intervensi terhadap politik dan perekonomian Kuba.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis primer dan sumber tertulis sekunder yang berupa buku-buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka, dengan menggunakan sistem kartu/katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan kepekaan dalam menginterpretasi data sejarah dengan pendekatan kerangka teoritik yang berasal dari ilmu sejarah dengan pendekatan Politik dan Sosiologi. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Sejak Fidel Castro berhasil merebut kekuasaan pada tahun 1959, mulai mengadakan pembaruan yang merugikan kapitalisme AS yaitu dengan; (a) menetapkan Undang-undang Agraria tahun1959. Undang-Undang ini memuat ketentuan menasionalisasi 1/3 tanah milik perorangan serta tidak mengijinkan orang asing memiliki tanah di Kuba. Keadaan ini membuat AS mengalami kerugian hingga mencapai US $ 1,5 juta; (b) Program nasionalisasi ekonomi Castro semakin diperparah dengan terjalinya hubungan diplomatik Kuba-Uni Sovyet yang mengancam hegemoni AS di kawasan Karibia (2) Realisasi intervensi AS terhadap Kuba yaitu dengan melakukan invasi dan blokade ekonomi, dimulai dari Invasi Teluk Babi yang dilakukan presiden Kenney dengan membawa 14.000 pasukan. AS juga menekan Kuba dalam bidang politik dengan mengajak negara OAS untuk memutuskan hubungan regional dan mengeluarkan Kuba dari keanggotaan OAS. Blokade ekonomi terhadap Kuba dilanjutkan setelah Kennedy yaitu pada masa Reagan dengan Carribean Basin Initiative, George Bush dengan Cuban Democracy Act, dan Bill Clinton dengan Helms Burton Act. Embargo ekonomi AS semakin diperkuat pada tahun 2000 dengan adanya: (a) larangan ekspor – impor ke Kuba, (b) larangan berlabuh bagi kapal asing yang masuk ke Kuba dan singgah di AS, (c) larangan kunjungan ke Kuba, (d) pembatasan pengiriman uang kontan ke Kuba (3) Implikasi intervensi terhadap politik dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, embargo ekonomi AS telah mengakibatkan Kuba mengalami ketertinggalan pembangunan dalam negeri selama 15 tahun. Embargo ini juga menyebabkan kerugian perekonomian Kuba yang cukup signifikan, dalam bidang perdagangan Kuba menderita kerugian sebesar 3,8 milyar dollar AS, dari sektor pariwisata kerugian mencapai 900 juta dollar AS. Dalam bidang politik intervensi AS membawa akibat terhadap pola pemerintahan Castro. Pemerintahan Kuba berganti kepada Komunisme sebagai langkah mengatasi intervensi dan embargo AS.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

Ø

Patria o Muerte (tanah air atau mati). Che Guevara

Ø

Berusaha bukan untuk menjadi pemenang namun berusaha untuk tidak

kalah (Sieze The Day)

Ø

Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung

jawab, mencintai hidup dan pekerjaannya (Kahlil Gibran)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada: 1. Ayah dan ibu tercinta

2. Adikku Rini dan Yuni tersayang 3. Seluruh keluarga besarku

4. Jakamnia Solo Raya

5. Bang U dan Edwin atas saran dan motivasinya


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Sutiyah, M. Pd. M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. Saiful Bachri, M. Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Drs. Herimanto, M. Pd. M. Si. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.


(10)

commit to user

x

Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang setimpal.

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRACT ….. ... v

ABSTRAK... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. . xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakekat Intervensi ... 7

2. Hakekat Hubungan Internasional … ... 10

3. Hakekat Kekuasaan ... 16

B. Kerangka Berfikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian ... 26

C. Sumber Sejarah ... ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29


(12)

commit to user

xii

F. Prosedur Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Motivasi AS Melakukan Intervensi ke Kuba ... 34

1. Sejarah Singkat Kuba ... 34

2. Perjuangan Fidel Castro dalam Revolusi Kuba ... 47

3. Kuba di bawah Fidel Castro ... 42

B. Realisasi Intervensi AS ke Kuba ... 46

1. ... Kuba Pasca Revolusi... ... 46

2. ... Sanksi Ekonomi... ... 51

C. Implikasi Terhadap Politik dan ekonomi Kuba ... 59

1. ... Dampa k Bidang Ekonomi... ... 59

2. ... Dampa k Bidang Politik... ... 62

3. ... Kebija kan Castro Menghadapi Embargo Ekonomi AS... ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Implikasi... 80

1. Teoritis ... 80

2. Praktis ... 81

3. Metodologis ... 81

C. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kuba Tahun 1962-1980... 56 Tabel 2. Tabel Kerugian rata-rata Kuba per Tahun... 61


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Teluk Babi... 88

Lampiran 2. Gambar Fidel Castro Presiden Kuba... 89

Lampiran 3. Gambar Presiden AS John F Kennedy... 90

Lampiran 4 Gambar Ronald Reagan Presiden AS... 91

Lampiran 5. GDP perkapita Kuba... 92

Lampiran 6 Cuban Liberty and Democratic Solidarity Act of 1995... 93

Lampiran 7. Jurnal Ines Handayani “Berdikari Cara Kuba”... 119

Lampiran 8. Castro, Tak Tumbang di Guncang Amerika... 121

Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out... 122

Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi... 123


(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah mengalami penjajahan bangsa Eropa selama tiga abad membuat hasrat daerah jajahan di Amerika Latin untuk mencapai kemerdekaan. Perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin tidak terjadi secara serentak, tetapi secara sendiri – sendiri oleh rakyat masing – masing jajahan tanpa ada koordinasi perjuangan dengan bangsa lain. Secara umum motivasi untuk melepaskan dari belenggu penjajahan asing dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Faktor intern berasal dari dalam negeri, yaitu terjadinya diskriminasi serta adanya pemerasan demi kepentingan merkantilisme ekonomi. Faktor ekstern berasal dari luar, komunikasi rakyat di berbagai daerah jajahan dengan dunia luar baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan inspirasi terbesar bagi munculnya gagasan – gagasan baru dalam menemukan cara – cara memperjuangkan kemerdekaan.

Kuba merupakan negara di kawasan Amerika Latin yang menjadi jajahan Spanyol. Pada waktu negara – negara jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah berhasil merebut kemerdekaan, Kuba masih berada dalam jajahan Spanyol. Ini tidak berarti kejadian – kejadian revolusioner Amerika Latin tidak mempengaruhi hasrat Kuba untuk mendapatkan kemerdekaan. Upaya untuk menggulingkan pemerintahan penjajah timbul antara tahun 1826 – 1868, tetapi upaya tersebut selalu gagal. Baik melalui gerakan bawah tanah maupun perang terbuka dengan penjajah Spanyol.

Pada tahun 1895 muncul revolusi besar – besaran dan terorganisasi melawan Spanyol dengan tokoh Jose Martii. Perang ini berakhir dengan kematian Jose Martii yang kemudian menjadi simbol perjuangan rayat Kuba. Revolusi ini menyebabkan intervensi secara langsung dari Amerika Serikat (AS) terhadap penjajahan Spanyol di Kuba, karena banyak penduduk AS yang meninggal dan menjadi korban (Gabriel, 1971: 86)


(16)

commit to user

Keterlibatan AS dalam perang Spanyol – AS 1899 karena terjadi peledakan terhadap kapal perang AS “Maine” yang mengangkut pengungsi warga AS dari Kuba di pelabuhan Havana. Peledakan ini mendapat reaksi keras dari AS dengan mengatakan rakyat Kuba berhak merdeka. Dengan reaksi ini mulai pecah perang antara Spanyol dan AS secara resmi dan berakhir dengan pendudukan Kuba oleh AS pada tanggal 1 Januari 1899, sebagai akibat dari kekalahan Spanyol. Kekalahan ini juga membawa dampak lepasnya Puerto Rico, Filipina, dan Guam dari tangan Spanyol ke AS.

Kemenangan AS dalam perang antara AS dengan Spanyol tidak membuat Kuba mendapatkan kemerdekaan sejati, yang terjadi hanya sebuah transisi pengaruh dari Spanyol ke tangan AS. Kuba mendapatkan kemerdekaan secara resmi pada tahun 1902 dengan Estrada Palma sebagai presiden, namun Kuba mendapat kemerdekaan setelah menerima Plat Amandemen sebagai konstitusi baru bagi Kuba. Plat Amandemen itu membuat Kuba menjadi suatu jajahan AS. Plat Amandemen itu menjadikan AS dapat menerapkan sebuah tekanan yang besar terhadap Kuba atas dasar hak istimewa yang dimiliki AS.

Keterlibatan AS ini merupakan intervensi asing yang timbul sebagai akibat dari campur tangan AS terhadap Kuba. Intervensi asing merupakan sebuah era baru neokolonialisme penjajahan asing. Sebagai alasan adalah untuk melindungi jiwa dan harta yang dimiliki warga negara yang berada di luar negeri atau dengan menyatakan ikut bertanggung jawab membina perdamaian kawasan. Intervensi itu digunakan untuk menangkal kekhawatiran pengaruh asing yang timbul setelah perang kemerdekaan berakhir. Saat AS dan Inggris memperluas perdagangan, muncul suatu kekhawatiran bangsa – bangsa di Amerika Latin terhadap pengaruh asing, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan, investasi modal asing dalam sektor industri, serta lebih luas lagi kepada pengaruh dari nilai – nilai kebudayaan asing. Di Kuba terjadi serangkaian pemberontakan, kudeta, dan perjuangan intern pada tahun 1910 yang melahirkan sebuah pemerintahan diktator di bawah Gerardo Machado Y. Morales. Pemerintahan diktator Machado kemudian berhasil digulingkan oleh gerakan revolusioner pimpinan Fulgencio Batista, namun Batista


(17)

commit to user

juga menerapkan pemerintahan diktator mulai tahun 1934 dan mendapatkan dukungan penuh dari AS (Widyadara, 1989: 242).

Selama masa pemerintahan diktator Batista membuat kesengsaraan bagi rakyat Kuba. Selain itu juga terjadi penjualan aset – aset negara kepada swasta yang sebagian besar dijual kepada orang – orang AS. Keadaan ini semakin membuat Kuba terlilit masalah ekonomi dan semakin menggantungkan diri pada AS. Selama pemerintahan Batista pengaruh kapitalisme Kuba cukup kuat, selain dari status kepemilikan aset negara dikuasai swasta juga dalam sistem pemerintahan sendiri dengan adanya orang AS mendapatkan jabatan penting dalam pemerintahan.

Kondisi ini menjadi alasan bagi Fidel Castro melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Batista dengan melakukan penyerangan terhadap kesatuan Tentara di Santiago de Cuba. Upaya penyerangan pertama itu gagal dan Fidel Castro dijatuhi hukuman 15 tahun, namun baru 11 bulan menjalani hukuman Castro mendapat pengampunan dari Batista dan dibebaskan.

Sejak bebas dari penjara perjuangan Castro kembali dimulai. Berawal dari pendaratan pasukan kecil di pantai Provinsi Oriente, pasukan ini berhasil dihancurkan oleh tentara Batista dan hanya tersisa 12 orang. Dengan 12 orang inilah Castro mulai melakukan gerilya di Sierra Mastra. Keadaan pemerintahan Batista semakin memburuk dengan adanya demonstrasi dan pemogokan secara massal. Pada 17 Maret 1958 Castro secara terbuka mengumumkan perang terhadap Batista. Gerakan Castro makin memperoleh simpati dan dukungan dari rakyat Kuba, bahkan dari kalangan AS. Sebaliknya tidak ada satupun adari negara komunis memnbantu. Perjuangan ini ditutup dengan merebut kekuasaan Batista tanpa bantuan Uni Sovyet dan dari negara Komunis lain. Hal ini merupakan kebanggan Castro yang semula bukan orang komunis, tetapi lebih merupakan Ultranasionalis yang revolusioner. Babak selanjutnya adalah konsolidasi kemenangan, dengan mengadakan perubahan besar dalam pemerintahan mulai Januari 1959. Pembersihan dari sisa – sisa kekuatan Batista, penahanan dan pembunuhan yang mengejutkan dunia. Pada tanggal 27 Januari 1959 misi militer AS berhasil diusir. Penguasa di Kuba sebagian besar berasal dari militer, ini


(18)

commit to user

menunjukkan golongan militer lebih dominan karena golongan militer merupakan faktor dinamisasi pendobrak dalam perjuangan kemerdekaan melawan AS.

Dalam pemerintahan Castro cenderung anti AS dan menandai permusuhan antara Castro dengan AS. Fase awal permusuhan ditandai dengan adanya program nasionalisasi asset dan landreform. Dengan kebijakan itu membuat AS merasa dilecehkan. Kemarahan AS semakin menjadi ketika Castro melancarkan agresi retoris yang anti – AS. Upaya ini semakin membuat Castro semakin kuat dengan komunisme yang menjadikan AS semakin geram, karena maksud intervensi AS terhadap Kuba adalah untuk melindungi negara – negara Amerika Latin terhadap paham komunisme Uni Sovyet. (Andrik Purwasito, 1981: 71). Semakin kuatnya Castro dengan komunisme menandakan kegagalan AS dalam melindungi negara – negara Amerika Latin dari pengaruh komunisme.

Sebagai balasan dari tindakan Castro, AS memperkecil jumlah kuota pembelian gula dari Kuba. Hal ini membuat Uni Sovyet mendekati Kuba, melalui wakil Perdana Menteri Anastas Mikoyan, Uni Sovyet menyanggupi membeli gula dari Kuba. Keadaan ini membuat AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba dan mengumumkan embargo setiap bahan ke Kuba kecuali beberapa bahan makanan dan obat – obatan pada tanggal 19 Oktober 1960. Tindakan ini kemudian membuat Castro menasionalisasi semua perusahaan AS tanpa ganti rugi yang membuat AS menderita kerugian sekitar US $ 1,5 billion (Hidayat Mukmin, 1981: 138).

Hubungan AS – Kuba semakin memburuk, sehingga Kuba semakin mendekatkan diri dengan Uni Sovyet, membuat Castro secara lantang menyatakan diri sebagai Marxis – Leninis selamanya. Pada tahun 1961 AS melakukan penyerbuan di Teluk Babi. (Widyadara, 1989: 224). Penyerangan Teluk Babi mengalami kegagalan, serta menurunkan citra AS dimata internasional. Bagi Kennedy kegagalan ini merupakan aib, untuk menutupi langkah menyerbu Kuba AS meluncurkan Proyek Kuba. Perkembangan Kuba dengan AS semakin memburuk ketika dengan bantuan Uni Sovyet, Kuba membangun pangkalan rudal balistik rahasia. Presiden AS John F. Kennedy langsung memerintahkan Angkatan


(19)

commit to user

Laut dan Korps Marinir untuk memblokade dan dalam keadaan siap tempur, meskipun akhirnya tidak terjadi perang terbuka (Hidayat Mukmin, 1981: 140).

Perjuangan mengisolasi Kuba pindah ke arena politik melalui negara OAS (Organitation of American State). Awalnya AS mengajak negara – negara Amerika Latin secara individual memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba. Di bawah Rezim Fidel Castro, Kuba tidak hanya bertahan dalam mengalami tekanan isolasi, tetapi sedikit demi sedikit tumbuh menjadi negara sosialis,, namun sosialisme ini belum sepenuhnya melembaga di Kuba (Hidayat Mukkmin, 1981: 247).

Pada pemerintahan Castro, Kuba melakukan perubahan mendasar dalam berbagai bidang dan berusaha melepaskan diri dari belenggu kapitalisme di bawah kendali AS. Saat ini Kuba merupakan salah satu negara di Amerika Latin yang bebas dari belenggu ekonomi dan politik AS, meskipun masih terkena embargo ekonomi yang dikenakan AS sejak tahun 1960. Pasca embargo di tahun 1960 – an, Kuba praktis hanya mendapatkan bantuan ekonomi dari Uni Sovyet dan negara – negara Eropa Timur. Meski hingga kini Kuba masih terkena sanksi embargo oleh AS, tetapi rakyat Kuba mampu menyediakan bahan pangan yang memadai serta mengalami kemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan kesehatan gratis untuk rakyat yang diterapkan Kuba, telah memajukan banyak aspek kehidupan mereka. Kemajuan pada pengembangan teknologi pertanian telah berhasil menyamai sistem pertanian termaju di AS.

Dari uraian masalah tersebut perlu kiranya dikaji lebih jauh tentang Kuba, dibawah judul skripsi “Intervensi Amerika Serikat ke Kuba ( Studi Tentang

Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro)”. Dalam pembahasan ini penulis melakukan pembatasan masalah yaitu

sejak Fidel Castro berkuasa di Kuba sampai masa Castro meletakan jabatanya, yaitu dri tshun 1960 - 2006. Hal ini dikarenakan terjadi kebijakan – kebijakan politik yang diambil oleh Castro dalam mengatasi embargo yang dilakukan AS, dimana kebijakan politik tersebut akan menjadikan pertentangan antara AS dengan Castro.


(20)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dijadikan rumusan masalah sebagai berikut :

1) Apa motivasi AS mengadakan intervensi ke Kuba ? 2) Bagaimana realisasi intervensi AS ke Kuba ?

3) Bagaimana dampak intervensi AS terhadap perekonomian dan politik Kuba ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1) Untuk mengetahui sebab dan motivasi AS mengadakan intervensi ke Kuba.

2) Untuk mengetahui realisasi pelaksanaan intervensi AS ke Kuba. 3) Untuk mengetahui penggaruh dari intervensi AS terhadap politik

dan perekonomian Kuba.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a) Menambah kajian tentang strategi negara – negara besar

(superpower) terhadap saingan politik.

b) Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa

intervensi AS ke Kuba sehingga diharapkan nantinya ada studi lebih lanjut mengenai intervensi AS ke negara – negara lain.

2. Manfaat Praktis

a) Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b) Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti lebih lanjut mengenai intervensi AS ke Kuba.

c) Mencoba memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat


(21)

commit to user

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Hakekat Intervensi

a. Pengertian Intervensi

Soepono (1950: 161) mengatakan bahwa intervensi merupakan istilah dalam politik internasional yang berarti “ikut campur tangan suatu negara dalam soal – soal negara lain.”

Dalam Encyclopedia Americana (1990: 322) diuraikan bahwa:

“ Intervention in international law means the dictatorial interference by a state in internal affairs of another state or in relations between two other state.”

Intervensi yang dilakukan negara asing (khsusnya negara besar) merupakan tindakan yang sangat dramatik, karena diorganisasikan dengan amat baik. Intervensi merupakan semua tindakan yang mempunyai dampak tertentu secara langsung atau lambat laun pada politik dalam negeri suatu negara lain, termasuk di dalamnya semua bentuk bujukan dan program diplomatik, ekonomi serta militer (K.J. Holtsi, 1988: 9).

James Rosenau yang dikutip K.J. Holtsi (1988: 9) mengemukakan bahwa intervensi dapat dibedakan dari bentuk – bentuk lain tindakan negara, karena intervensi (a) merupakan pemutusan tajam dari bentuk-bentuk intervensi konvensional dalam hubungan suatu negara, (b) dengan sadar diarahkan untuk mengubah atau mempertahankan struktur penguasa politik di negara sasaran. Dengan demikian program-program bantuan asing walaupun mungkin mempunyai konsekuensi langsung atas penguasa politik dalam suatu masyarakat, tidak akan dianggap sebagai intervensi, karena tidak merupakan pemutusan radikal dari suatu hubungan konvensional.

Dari beberapa pendapat bentuk intervensi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa intervensi adalah bagian dari politik luar negeri lain dengan cara melakukan campur tangan terhadap masalah dalam negeri negara lain sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau meningkatkan nilai sosial diluar negeri melalui


(22)

commit to user

berbagai kegiatan dibidang politik, ekonmi, maupun militer. Intervensi merupakan suatu akibat dari kemelut, kemudian pengiriman pasukan dengan cepat, sering juga dengan menangkap pemimpin rezim sasaran.

b. Hal Pendorong Intervensi

Ada 3 hal yang menyebabkan berlansungnya intervensi terhadap suatu negara yaitu :

1) Banyak pemerintahan yang menyatakan bahwa mereka terpaksa melakukan intervensi militer ke negara lain karena adanya upaya destabilisasi pihak lain. 2) Intervensi sebagai awal dari sebuah revolusi melawan imperialisme dan

kolonialisme.

3) Adanya perselisihan domestik yang mengancam kepentingan ekonomi

negara-negara asing tertentu (Walter S. Jones, 1993: 201).

K.J.Holtsi (1988: 4) menguraikan situasi modern yang dapat mendorong munculnya intervensi antara lain :

1) Semua negara besar dan juga beberapa negara yang lebih kecil telah menambahkan pada teknik-teknik perundingan diplomatik tradisional mereka sebuah program bantuan militer dan ekonomi. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan politik, ekonomi dan sosial dalam negeri negara penerima. 2) Terdapat banyak ketidaksesuaian antara batas wilayah negara di satu pihak,

dan batas wilayah suku, keagamaan, dan kebahasaan di lain pihak. Jika ada perpecahan sosial di dalam dan beberapa kelompok masyarakat merasa tertindas, maka kemungkinan kekacauan sipil meningkat. Jika kelompok – kelompok minoritas ini merumuskan suatu strategi yang membutuhkan tindakan politik yang diorganisasi dengan sangat baik, mereka akan condong memerlukan dukungan dari luar.

3) Loyalitas politik yang secara tradisional telah meluas ke lembaga-lembaga politik atau para penguasa terkadang justru diarahkan ke badan-badan atau ideology politik luar negeri. Hal ini akan membuka peluang bagi negara – negara asing yang melambangkan ideologi trans nasional ini, untuk menjadi terlibat dalam politik dalam negeri bangsa lain.


(23)

commit to user

4) Terdapatnya jalan buntu terhadap penyelesaian masalah nuklir. Ini membuat para musuh utama perang dingin masuk ke sektor peperangan dan subversi yang tidak teratur, di mana kemungkinan peningkatan militer yang tidak terkendali kecil sekali.

5) Dengan tujuan revolusioner pemerintah cenderung menggunakan untuk tujuan

luar negeri jenis-jenis teknik yang sama degan teknik yang sudah berhasil digunakan pemimpin mereka dalam memperoleh kekuasaan dalam negeri. Intervensi Amerika Serikat (AS) ke Kuba dilatar belakangi oleh adanya upaya perlindungan terhadap warga negara AS yang berada di Kuba. Selain itu intervensi ini juga dimaksudkan untuk melindungi kawasan Amerika Latin dalam hal ini Kuba dari serangan negara – negara Eropa.

c. Bentuk Intervensi

Bentuk intervensi dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu :

1) Berbagai tindakan politik rahasia, yaitu adanya penyuapan penyebaran propaganda tersendiri.

2) Demonstrasi kekuatan, yaitu memperlihatkan atau mengancam untuk

menggunakan kekuatan baik untuk membantu maupun menghalangi pemberontakan dalam negeri dalam sebuah negara asing.

3) Subversi, yaitu merupakan kegiatan pemberontakan yang diatur, didukung atau diarahkan oleh kekuatan asing dengan menggunakan berbagai unsur yang tidak puas dalam suatu masyarakat bagi tujuanya sendiri.

4) Perang gerilya, yaitu jenis kegiatan yang menggabungkan teror dengan terang – terangan dan gerilya yang berpindah- pindah.

5) Intervensi militer, yaitu pengiriman sejumlah pasukan baik untuk

memantapkan suatu rezim terhadap para pemberontak atau membantu para pemberontak untuk menggulingkan suatu perangkat penguasa yang telah mapan (K.J.Holtsi, 1988: 9).

Pelaksanaan intervensi AS ke Kuba diawali dengan adanya penggunaan Plat Amandemen sebagai konstitusi baru Kuba. Plat Amandemen ini membuat AS memiliki hak istimewa di Kuba, selain itu AS juga mengadakan propaganda


(24)

commit to user

politik dengan mendukung pemerintahan Batista serta mampu menguasai lebih dari 70% aset negara Kuba.

2. Hakekat Hubungan Internasional

a. Pengertian Hubungan Internasional

Hubungan Internasional adalah cabang dari ilmu politik merupakan suatu studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-negara dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara-negara-negara, organisasi-organisasi antarpemerintah, organisasi-organisasi-organisasi-organisasi nonpemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hubungan Internasional adalah suatu bidang akademis dan kebijakan publik dan dapat bersifat positif atau normatif karena hubungan internasional berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu (K.J Holtsi, 1988: 286).

Hubungan internasional dapat dikatakan suatu kerjasama antar negara yang satu dengan yang lain. Istilah hubungan internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antara masyarakat yang berbeda. Sebagaimana manusia tidak dapat lepas dari pergaulan dengan sesama manusia, begitupun negara tidak lepas dari hubungan dengan sesama negara. Hubungan internasional dapat diartikan secara mendasar sebagai usaha – usaha negara – negara di dunia untuk saling berhubungan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan dari kepentingan negara masing – masing (Leo Agung, 1992: 28). Adanya ketergantungan dengan negara lain inilah yang menyebabkan tumbuhnya hubungan internasional. Dengan demikian hubungan internasional maing – masing negara bertujuan untuk mencapai kebutuhan negara, sehingga terbentuk suatu kerjasama dalam berbagai bidang baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, ideology, dan lain – lain. K.J. Holtsi ( 1988: 21) mengatakan bahwa “studi hubungan internasional mencakup analisis kebijaksanaan luar negeri atau proses antara bangsa – bangsa mencakup juga studi mengenai serikat perdagangan, turisme, perdagangan


(25)

commit to user

internasional, transportasi, komunikasi dan perkembangan nilai dan etika internasional.”

Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis kesatuan – kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan – keadaan relevan yang mengelilingi interaksi (Mc. Clelland, 1986: 27). Dalam hubungan internasional hubungan antara seseorang dengan orang yang lain merupakan arti utama. Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama (Cooperation), persaingan (Competition), dan pertentangan (Conflict) (May Rudy, 2003: 2). Hal yang diharapkan dari suatu hubungan atau interaksi berupa kerjasama. Di dalam hubungan internasional tidak dapat terhindar dari adanya persaingan dan konflik (pertentangan).

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hubungan internasional adalah hubungan antara satu negara dengan negara lain untuk mencapai tujuan dan dalam rangka memenuhi tuntutan serta kepentingan negara sendiri.

b. Jenis Hubungan Internasional 1). Hubungan Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu unsure yang memperkuat suatu negara. Hubungan internasional dibidang ekonomi sudah ada sejak dahulu. Suatu bangsa merupakan perkembangan dari ekonomi dunia (Fernandes: 1988: 32). Dalam menjamin hubungan ekonomi dapat terjadi konflik, sehingga untuk menghindari hal tersebut dibentuklah organisasi – organisasi yang berhubungan dengan ekonomi seperti ILO (International

Labour Organitation). FAO (Food And Agriculture Organitation), IMF

(International Monetery Found).

2). Hubungan Hukum

Hukum internasional merupakan suatu sistem norma yang merinci hak dan kewajiban, serta mengatur perilaku negara (Jones, 1993: 328). Schwareenberger yang dikutip Frans S. Fernandes (1988: 30) mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembentukan hukum internasional : (a) Prinsip umum hukum serta lebih luas dari peraturan


(26)

commit to user

undang – undang yang fungsinya terbatas, (b) Diakui bangsa – bangsa beradab, (c) Disusun oleh tokoh – tokoh bangsa beradab dan dapat dibuktikan sebagai prinsip hukum dunia. Hukum internasional bersumber pada : (a) Konvensi internasional, (b) Kebiasaan internasional, (c) Prinsip – prinsip umum hukum intenasional (Jones, 1993: 331).

3). Hubungan Diplomatik

Hubungan internasional berkaitan dengan hubungan beberapa negara. Hubungan intenasional dilaksanakan berdasarkan persamaan dan saling menghormati keanekaragaman atau perbedaan seperti kebudayaan, adapt istiadat, dan suku bangsa yang dimiliki masing – masing negara.

Hubungan internasional ditandai dengan saling menempatkan seorang diplomat. Seorang diplomat menjalankan tugas dalam bidang politik di bawah Menteri Luar Negeri. Hubungan antar negara akan berjalan dengan baik apabila diplomat mampu menjalankan tugas secara professional.

Diplomat menjalankan fungsi sebagai wakil kepala negara atau raja. Dua fungsi utama yang dilakukan duta mencakup : (a) Menginformasikan tentang situasi dan kondisi pemerintah di mana ditugaskan, (b) Melaksanakan misi politik luar negeri terutama mengadakan perundingan dengan negara tempat dia bertugas (Fernandes, 1988: 28).

Diplomasi merupakan suatu proses yang menggunakan

kebijaksanaan serta penuh taktik dalam menjalankan hubungan resmi antar negara. Seorang diplomat harus bijaksana dalam menjalankan tugas dan penuh perhitungan dalam menolak hal – hal yang tidak sesuai dengan tujuan negara.

4). Hubungan pendidikan dan kebudayaan

UNESCO (Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa – Bangsa) merupakan bentuk kerjasama di bidang pendidikan dan kebudayaan. UNESCO memprioritaskan tercapainya pendidikan dasar untuk sema yang disesuaikan dengan kebutuhan masa kini dan


(27)

commit to user

mengembangkan pendidikan tinggi. Melalui komite nasional UNESCO, tiap negara dianjurkan untuk memajukan kerjasama antar negara dalam bidang pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan dengan harapan bahwa kerjasama akan membawa perdamaian (Saifril Djamain, 1993: 25). c. Perangkat Hubungan Internasional

1) Diplomasi adalah praktik komunikasi dan negosiasi antara pelbagai perwakilan negara-negara. Pada suatu tingkat, semua perangkat hubungan internasional yang lain dapat dianggap sebagai kegagalan diplomasi. Perlu diingat, penggunaan alat-alat yang lain merupakan bagian dari komunikasi dan negosiasi yang tak terpisahkan di dalam negosiasi. Pemberian sanksi, penggunaan kekuatan, dan penyesuaian aturan perdagangan, walau bukan merupakan bagian dari diplomasi yang biasa dipertimbangkan, merupakan

perangkat-perangkat yang berharga untuk mempermudah serta

mempermulus proses negosiasi.

2) Pemberian sanksi biasanya merupakan tindakan pertama yang diambil setelah gagalnya diplomasi dan merupakan salah satu perangkat utama yang digunakan untuk menegakkan pelbagai perjanjian (treaties). Sanksi dapat berbentuk sanksi diplomatik atau ekonomi dan pemutusan hubungan dan penerapan batasan-batasan terhadap komunikasi atau perdagangan. 3) Mobilisasi tindakan mempermalukan secara internasional juga dapat

dianggap sebagai alat dalam Hubungan Internasional. Hal ini adalah untuk mengubah tindakan negara-negara lewat “menyebut dan mempermalukan” pada level internasional. Penggunaan yang terkemuka dalam hal ini adalah prosedur Komisi PBB untuk Hak-hak Asasi Manusia 1235, yang secara publik memaparkan negara-negara yang melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

4) Pemberian keuntungan-keuntungan ekonomi dan/atau diplomatik. Salah satu contohnya adalah kebijakan memperbanyak keanggotaan Uni Eropa. Negara-negara kandidat diperbolehkan menjadi anggota Uni Eropa setelah memenuhi kriteria Copenhagen.


(28)

commit to user

5) Faktor-faktor psikologis dalam Hubungan Internasional berupa

pengevaluasian faktor-faktor psikologis dalam hubungan internasional berasal dari pemahaman bahwa negara bukan merupakan kotak hitam seperti yang dikemukakan oleh Realisme bahwa terdapat pengaruh-pengaruh lain terhadap keputusan-keputusan kebijakan luar negeri. Meneliti peran pelbagai kepribadian dalam proses pembuatan keputusan dapat memiliki suatu daya penjelas, seperti halnya peran mispersepsi di antara pelbagai aktor. Contoh yang menonjol dalam faktor-faktor level sub-unit dalam hubungan internasional adalah konsep

pemikiran-kelompok (Groupthink), aplikasi lain yang menonjol adalah

kecenderungan para pembuat kebijakan untuk berpikir berkaitan dengan pelbagai analogi-analogi.

6) Politik birokrat mengamati peran birokrasi dalam pembuatan keputusan, dan menganggap berbagai keputusan sebagai hasil pertarungan internal birokratis (bureaucratic in-fighting), dan sebagai dibentuk oleh pelbagai kendala.

7) Kelompok-kelompok keagamaan, etnis, dan yang menarik diri. Mengamati

aspek-aspek ini dalam level sub-unit memiliki daya penjelas berkaitan dengan konflik-konflik etnis, perang-perang keagamaan, dan aktor-aktor lain yang tidak menganggap diri mereka cocok dengan batas-batas negara yang pasti. Hal ini terutama bermanfaat dalam konteks dunia negara-negara lemah pra-modern.

8) Ilmu dan teknologi, bagaimana ilmu dan teknologi berdampak pada perkembangan, teknologi, lingkungan, bisnis, dan kesehatan dunia yang akan menjadikan jaringan antar wilayah dunia semakin mudah dilakukan. d. Faktor Pendorong Hubungan Internasional

1) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi sangat besar doronganya terhadap suatu negara untuk melakukan hubungan internasional. Abad sekarang ini sulit bagi suatu negara untuk mengisolir dari dunia internasional. Hubungan internasional


(29)

commit to user

dari segi ekonomi demi memenuhi kebutuhan negara. Kebutuhan negara teraebut mengharuskan mereka untuk berhubungan dengan negara lain (Leo Agung, 1992: 5). Indonesia mengadakan hubungan dengan negara industri untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diproduksi sendiri. Jepang berhubungan dengan nengara agraris dan penghasil bahan baku untuk kepentingan produksi industri.

2) Faktor Budaya

Faktor budaya dan peranan sejrah masa lampau juga berperan dalam mendorong suatu negara berhubungan dengan negara lain. Hubungan kebudayaan antar negara merupakan hubungan intelek, atau merupakan proses psikologi (Fernandes, 1988: 34). Di dalam zaman modern hubungan antar budaya berbentuk misi kesenian, dan pertukaran pelajar. Tujuan dari kegiatan ini untuk menciptakan citra suatu bangsa di negara lain. Lebih lanjut dapat memberikan dampak dalam menumbuhkan saling pengertian sihingga menciptakan iklim baru dalam dunia internasional.

3) Faktor Pendidikan

Negara – negara berkembang membuthkan ilmu dan teknologi untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Untuk itu mereka membutuhkan pertukaran informasi ilmiah dan meminta bantuan dari negara maju untuk membantu mereka mengembangkan ilmu teknologi di negara mereka (Leo Agung, 1992: 5). Bidang pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengakses perkembangan teknologi negara lain.

e) Faktor Penghambat Hubungan Internasional

Kata terorisme saat ini gencar dibicarakanm isu terorisme menimbulkan kecurigaan yang mengakibatkan ketegangan hubungan antar negara. Definisi terorisme dikemukakan Pertahanan Amerika Serikat yang dikutip Ridwan Al – Makassary (2003: 10) yaitu “penggunaan kekuatan atau kekerasan yang tidak berdasarkan hukum atau mengancam menghancurkan individu dan harta benda untuk memaksa mengintimidasi pemerintah dan masyarakat, seringkali untuk mencapai tujuan – tujuan politik, agama, atau ideologi.”


(30)

commit to user

Salah satu korban dari isu terorisme adalah Afghanistan, negara ini telah di serang demi mencari tokoh Osama bin Laden. Tokoh yang diduga sebagai dalang teroris dunia. Indonesia tidak luput dari sasaran aksi terorisme yang memperburuk citra Indonesia dalam dunia internasional. Isu terorisme merupakan salah satu pengahambat dalam menjalin hubungan dengan negara lain di kawasan internasional.

3. Hakekat Kekuasaan

a. Pengertian Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian disini harus meliputi kemampuan untuk membuat keputusan mempngaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah orang lain.

Pengertian kekuasaan secara umum adalah ‘’kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain’’.

Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang mempengaruhi (Mochtar Mas’oed dan Nasikun, 1987:22). Dinyatakan oleh Ramlan Surbakti (1992:58)


(31)

commit to user

bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang mempengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat pada umumnya.

‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya (aset, kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan dari orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992:130).

Menurut Miriam Budiarjo (1982:35) kekuasaan adalah ‘’kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang ltu menjadi sesuai dengan keinginn dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan’’.

Menurut Walter S. Jones (1993:3) kekuasaan dapat didefinisikan sebagai berikut :

(1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; (2) Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku (yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; (3) Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan (4) Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional.

Lebih lanjut Walter S. Jones (1993:6) menyatakan unsur-unsur potensi kekuasaan adalah :

(1) Sumber daya alam sebagai sumber kekuasaan, dalam hal ini sumber daya alam yang penting adalah sumber daya alam geografi; (2) Unsur psikologis dan sosiologis kekuasaan, sama halnya besarnya penduduk


(32)

commit to user

suatu bangsa yang mempunyai arti penting bagi kekuasaan, seperti halnya citra, sikap, dan harapan penduduk. Yang paling penting adalah citra diri bangsa, yang sangat mempengaruhi konsep peran yang harus dimainkan bangsa itu; dan (3) Unsur-unsur sintetik dari kekuasaan ketrampilan penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mengkoordinir, mengembangkan, menyiagakan kekuasaan negara yang paling penting adalah kapasitas industri dan kesiagaan.

Menurut Benedict Anderson (1972:48) kekuasaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa. Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting kedudukannya dalam masyarakat, yang mana dengan kekuasaan suatu kelompok dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat mempengaruhi perbuatan-perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.

b. Tipe Kekuasaan

Walter S. Jones (1993: 15) mengidentifikasi ada lima bentuk kekuasaan yang dirasakan mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :

1) Kekuasaan ganjaran (Reward Power)

Merupakan suatu kekuasan yang diadasarkan atas pemberian harapan, pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seseorang pemimpin terhadap bawahannya.

2) Kekuasaan paksaan (Coercive Power)

Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang pengikut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman.

3) Kekuasaan legal (Legitimate Power)

Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang dalam kelompok atau hirarhi keorganisasian.


(33)

commit to user

4) Kekuasaan keahlian (Expert Power)

Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya menganggap bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin keahliannya itu melebihi keahlian mereka sendiri.

5) Kekuasaan acuan (Referent Power)

Yaitu suatu kekuasaan yang diasarkan atas daya tarik seseorang, seorang pemimpin dikagumi oleh pra pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas, bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan semangat dan menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang demikian tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya.

c. Cara Memperoleh Kekuasaan

Menurut Haryanto (2005:22) kekuasaan dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu :

1) Dari kedudukan

Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada genggaman orang yang menduduki posisi tersebut.

2) Dari kekayaan

Atas dasar kekayaan yang dimilikinya, seseorang atau sekelompok orang dapat sedikit banyak memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang digunakan untuk memperoleh kekuasaan biasanya dikaitkan dengan pemilikan sumber-sumber ekonomi. Semakin besar kepemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi, apalagi kalau sumber-sumber ekonomi itu merupakan sumber yang langka dan merupakan kebutuhan primer, maka akan semakin besar pula kekuatan pemilik sumber-sumber ekonomi untuk memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain. Dalam realitas kehidupan, kekuasaan yang bersumberkan pada kekayaan akan


(34)

commit to user

lebih terasa besar pengaruhnya apabila berlangsung di masyarakat yang relatif kurang sejahtera, dan sekaligus juga merupakan masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang tidak merata.

3) Dari kepercayaan

Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang dimiliki pemegang kekuasaan.

Menurut Miriam Budiardjo (1982:36) kekuasaan bisa diperoleh dari kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat); pada kedudukan (misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang atasan dapat memecat pegawainya); pada kekayaan (misalnya seorang pengusaha kaya dapat mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya); atau pada kepercayaan (misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya).

d. Cara Mempertahankan Kekuasaan

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu negara terhadap terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Untuk itu, penguasa berkeinginan mempertahankan kekuasaannya. Cara untuk mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan, antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang kekuasaannya.

Menurut Haryanto (2005:57) tindakan penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya berbeda-beda. Dalam masyarakat yang demokrasis, penguasa mencari dukungan warga masyarakat secara konseptual dan memperbesar kepercayaan warga terhadap penguasa. Sedang dalam masyarakat yang tidak demokratis, penguasa mempertahankan kekuasaannya dengan paksaan. Di masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan penguasa untuk masuk


(35)

commit to user

terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan, warga digiring untuk patuh pada penguasa.

Di antara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik, penguasa dapat mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk mendapat ketaatan warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif, legislatif dan yudikatif (Miriam Budiardjo,1982:37).

Ibnu Khaldun dalam Rahman Zainudin (1992:125) menjelaskan kekuasaan itu mempunyai dinamika dan prosesnya sendiri, yang dilaluinya mulai dari kelahirannya sampai kehancurannya. Penguasa atau kelompok yang berkuasa harus mempertahankan hubungan secara moralitas dan sifat-sifat kebaikan. Sifat-sifat terpuji itulah yang menunjukkan adanya kekuasaan. Selama Sifat-sifat-Sifat-sifat seperti itu ada, maka kekuasaan masih tetap ada. Dinyatakan Robert M. Macluer dalam Miriam Budiardjo (1982:36) bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa harus meluaskan pengaruhnya untuk meningkatkan kepercayaan dan ketaatan dari masyarakat atau warga di mana penguasa itu berkuasa.

Jadi meskipun dalam mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, tetapi ada beberapa persamaannya yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain.

Fidel Castro dalam upaya mempertahankan kekuasaanya dari pengaruh intervensi AS dengan cara menggandeng Uni Sovyet serta mengedepankan komunis sebagai langkah tandingan dari kapitalisme AS.


(36)

commit to user

e. Faktor Runtuhnya Kekuasaan

Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin (1992 : 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :

1) Kekuasaan yang sentralistik, dimana pemusatan kekuasaan dan kemegahan berada pada seorang atau sekelompok penguasa.

2) Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam

kemegahan.

3) Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan legitimasi.

Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh factor internal dalam kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bias dari factor eksternal, antara lain karena peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, konflik dan perang saudara, kudeta (penggulingan kekuasaan) baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan (Rahman Zainudin, 1992:321)


(37)

commit to user

B. KERANGKA BERPIKIR

Keterangan :

Langkah Kuba melepaskan diri dari penjajahan Spanyol memperoleh hasil karena bantuan dari Amerika Serikat (AS). Hal ini menjadikan Kuba mempunyai ketergantungan yang sangat besar terhadap AS. Berawal dari pemerintahan diktator Kuba di bawah pimpinan Fulgencio Batista setelah menyingkirkan Morales. Pemerintahan Batista ini mendapat dukungan penuh dari AS. Pada masa ini penduduk AS memiliki hamper 70% dari aset negara Kuba. Akibat dari pendudukan ini maka pada tahun 1959 terjadi kudeta dari kaum revolusioner di

Pemerintahan Diktator Batista

Kolonial AS

Revolusi Kuba Paham

Komunisme

Pemerintahan Fidel Castro

Kuba Negara Komunis

Embargo Ekonomi

Dampak Intervensi Intervensi AS

Kebijakan Fidel Castro


(38)

commit to user

bawah pipinan Fidel Castro serta berhasil menggulingkan kedektatoran Batista. Masa inilah yang menjadi babak utama dalam persaingan pandangan politik Kuba dan AS. Secara berani Castro mengatakan bahwa dia adalah seorang komunis. AS yang merupakan negara liberal merasa terancam dengan tampilnya Castro sebagai pemimpin Kuba, lebih-lebih dengan adanya nasionalisasi aset serta landreform sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan negara. Hal ini mendorong AS melakukan isolasi terhadap Kuba berupa embargo dengan menjatuhkan semua sektor riil perekonomian Kuba. Isolai ini membuat Kuba mau tidak mau menggandeng Uni Sovyet untuk mengatasi masalah perekonomian dan membuat Kuba menjadikan komunisme sebagai haluan negara karena hanya itulah yang dapat menyelamatkan perekonomian Kuba.


(39)

commit to user

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul Intervensi Amerika Serikat ke Kuba (Studi Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro), penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai berikut:

a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b.Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d.Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.

e. Perpustakaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini direncanakan mulai dari bulan Maret 2010, sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini yaitu pada bulan Desember 2010. Perencanaan pelaksanaan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan 2010

Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Pengajuan

Judul Skripsi Pengajuan Proposal dan Perijinan Pengumpulan Data

Analisis Data Penyusunan Laporan


(40)

commit to user

B. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos

yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan obyek yang diteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan, mendiskripsikan dan memaparkan Intervensi Amerika Serikat ke Kuba (Studi Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik terhadap Pemerintahan Fidel Castro). Peristiwa yang menjadi pokok penelitian tersebut adalah peristiwa masa lampau, sehingga metode yang digunakan adalah metode historis atau sejarah. Dengan metode sejarah penulis mencoba merekonstruksi kembali suatu peristiwa di masa lampau sehingga dapat menghasilkan historiografi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Louis Gottschalk (1975 : 32) mengemukakan bahwa metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Sedangkan Nugroho Notosusanto (1971 : 17) menyatakan bahwa metode penelitian sejarah merupakan proses pengumpulan, menguji, menganalisis secara kritis rekaman-rekaman dan penggalian-penggalian masa lampau menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya, metode ini merupakan proses merekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga menjadi kisah yang nyata.

Gilbert J Garraghan yang dikutip Dudung Abdurahman (1999 : 43-44) mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai


(41)

commit to user

dalam bentuk tertulis. Menurut Louis Gottschalk (1975 : 32) metode sejarah adalah proses menguji serta menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh guna menentukan proses historiografi.

Metode sejarah adalah rekontruksi imajinatif gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah. Dalam penulisan kisah masa lampau berdasarkan bukti-bukti yang ditinggalkan, sejarawan diharuskan memiliki prosedur kerja. Prosedur kerja inilah yang disebut metode sejarah, antara lain mencari jejak-jejak masa lampau, meneliti secara kritis, menggambarkan masa lampau berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak dan imajinasi ilmiah (Helius Sjamsuddin & Ismaun, 1994 : 19-24).

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil karya melalui historiografi. Oleh karena metode penelitian yang digunakan adalah metode historis, maka dilakukan langkah-langkah metode historis yang meliputi pengumpulan sumber-sumber sejarah, menguji validitas dan reliabilitas data sejarah tersebut kemudian menganalisis secara kritis untuk menghasilkan tulisan atau cerita sejarah yang menarik dan dapat dipercaya.

C. Sumber Sejarah

Setiap peristiwa sosial selalu mempunyai sejarah yang mendahuluinya yaitu berupa satu bentuk data sejarah yang di ketahui sekarang. Data sejarah itu memberi keterangan tentang kondisi penyebab sampai berakhirnya suatu peristiwa yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk memahami implikasinya lebih luas.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum


(42)

commit to user

Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 19) sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang keterangannnya diperoleh secara langsung dari seseorang yang menyaksikan suatu peristiwa dengan mata kepala sendiri, sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang keterangannya diperoleh oleh pengarangnya dari orang lain atau sumber lain. Klasifikasi sumber sejarah dapat dibedakan menurut bahannya, asal-usulnya atau urutan penyampaiannya dan tujuan sumber itu dibuat. Sumber menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Menurut urutan penyampaiannya sumber-sumber dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder sedangkan menurut tujuannya sumber-sumber dapat dibagi atas sumber formal dan informal (Dudung Abdurahman, 1999 : 31).

Pada penelitian ini penulis digunakan sumber data tertulis sebagai sumber primer dan sekunder. Sebagai sumber primer digunakan surat – surat kabar antara tahun 1960 – 1990, antara lain dari surat kabar Kompas tahun 1980, surat kabar Republika tahun 1990, sebagai pembanding juga menggunakan surat kabar luar negeri yaitu News terbitan tahun 1980 – 1990. Selain dari surat kabar juga digunakan artikel – artikel serta buku – buku yang relevan dengan penelitian sebagai sumber sekunder antara lain buku ”Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini” karangan Hidayat Mukmin terbitan tahun 1988, karya David Deutschmann yang telah di alih bahasakan oleh Sovia Veronika Purba yang berjudul ”Che Guevara dan Revolusi Kuba” terbitan tahun 2004, jurnal CSIS terbitan tahun 1980, karya Hugh S Thomas dkk. ”The Cuban Revolution 25 Years

Later” terbitan tahun 1992, karya Philip Brener “From Confrontation to

Negoitation, terbitan tahun 1988. Sumber data yang telah diperoleh kemudian

dikaji, diklasifikasikan dan selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya serta dianalisis data tersebut sehingga diperoleh data sejarah yang akurat yang dapat digunakan untuk menyusun cerita sejarah yang menarik dan dapat dipertanggungjawabkan.


(43)

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan tentang perpustakaan sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari materi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari literatur yang tersedia (Hadari Nawawi, 1993 : 133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di perpustakaan yang bertujuan mengumpulkan data dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat kabar, majalah dan dokumen. Data tersebut berfungsi sebagai wahana informasi terhadap materi yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi maka peneliti juga bisa memenfaatkan internet dalam rangka studi pustaka untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tema penelitian.

Studi pustaka ini dilakukan sistem kartu/katalog atau menggunakan komputer dengan cara mencatat beberapa sumber tertentu yang berkaitan dengan penelitian dengan mencantumkan keterangan mengenai nama pengarang, judul buku maupun subyek yang dicari.. Oleh karena itu perlu mengingat kata kunci yang terdapat dalam subyek yang dibahasnya, sehingga menemukan buku dan artikel yang dimaksudkan dalam katalog atau komputer. Buku-buku dan artikel yang telah ditemukan di perpustakaan dibaca dan dipahami, kemudian mencatat hal-hal yang dianggap penting dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang akan digunakan dalam penulisan skipsi ini.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah teknik analisis historis. Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca (Mohammad Nazir, 1988 : 419).


(44)

commit to user

Menurut Sartono Kartodirjo (1993 : 88) bahan utama yang digunakan sejarawan menyusun suatu cerita atau analisis sejarah adalah fakta, dan fakta itu pada hakikatnya adalah konstruk yang dibuat oleh sejarawan, sehingga interpretasi, baik analisis maupun sintesis orang bisa berbicara pendapat. Perbedaan pendapat itu sah meskipun datanya sama. Dari sinilah interpretasi sering disebut juga sebagai penyebab subyektivitas.

Sementara itu Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha pikiran manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang diwarisi. Untuk menganalisa suatu karya sejarah diperlukan adanya kritik ektern dan kritik intern. Hal ini dilakukan karena setiap peneliti cenderung memiliki unsur subyektivitas terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut, seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan metodologi yang kuat, sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisa, dikritik dan diinterpretasikan akan menjadi suatu penelitian sejarah yang dapat diakui kebenarannya

Pengkajian fakta-fakta oleh sejarawan memang tidak bisa lepas dari subyektivitas, karena itulah diperlukan alat-alat analisis seperti konsep-konsep dan teori-teori sebagai penyeleksi fakta, interpretasi dan kesimpulan yang cenderung memiliki subyektivitas terutama dalam abtraksi fakta, maka untuk menguranginya seseorang peneliti harus mempunyai kerangka berpikir teroritik dan metodologi yang kuat, setelah diadakan analisis, kritik sumber dan interpretasi, maka fakta sejarah dapat menjadi suatu cerita yang dapat dipercaya kebenarannya.

Dalam hal ini menggunakan teori – teori intervensi, hubungan internasional, dan kekuasaan untuk menganalisis dan mendapatkan fakta sejarah mengenai 1) Motivasi AS melakukan intervensi terhadap Kuba, 2) Realisasi pelaksanaan intervensi AS terhadap Kuba, 3) Implikasi intervensi terhadap politik dan perekonomian Kuba.


(45)

commit to user

F. Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian harus melalui prosedur atau urutan kerja yang baik agar suatu penelitian tersebut mencapai hasil yang maksimal. Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal yaitu membuat proposal sampai dengan penulisan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode historis, maka ada empat tahap yang harus dipenuhi, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan, sesuai dengan yang digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

1) Heuristik

Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 11), heuristik berasal dari kata Yunani yaitu ”heuriskein” yang berarti mencari dahulu, baru menemukan. Heuristik berarti proses mencari data untuk menemukakan sumber-sumber. Sidi Gazalba (1981 : 15) mengemukakan bahwa heuristik adalah kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan hasil penelitian. Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku serta bentuk kepustakaan lain yang relevan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari surat kabar Kompas tahun 1980, surat kabar Republika tahun 1990, surat kabar News , terbitan tahun 1980, jurnal CSIS terbitan tahun 1980. Buku – buku antara lain ”Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini” karangan Hidayat Mukmin terbitan tahun 1988, karya David Deutschmann yang telah di alih bahasakan oleh Sovia Veronika Purba yang berjudul ”Che Guevara dan Revolusi Kuba” terbitan tahun 2004, jurnal CSIS terbitan tahun 1980, karya Hugh S Thomas dkk. ”The Cuban

Revolution 25 Years Later” terbitan tahun 1992. Sumber-sumber tersebut diatas

Kritik

Heuristik Interpretasi Historiografi


(46)

commit to user

diperoleh dari beberapa perpustakaan di antaranya: Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Jurusan FKIP, Perpustakaan Program Studi Sejarah FKIP UNS, dan Perpustakaan Monumen Pers Surakarta

2) Kritik Sumber

Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau autentik dan dapat dipercaya atau tidak. Setelah ditemukan sumber-sumber yang mendukung permasalahan diatas, maka sumber-sumber tersebut diadakan kritik sumber secara intern dan ekstern. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan sumber.

Kritik ekstern adalah kritik terhadap keaslian sumber, apakah sumber yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik ekstern dilakukan terhadap sumber yang diperoleh berdasarkan bentuk fisik atau luarnya berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Uji keaslian sumber dilakukan dengan pertanyaan : kapan sumber dibuat?, di mana sumber dibuat?, siapa yang membuat?, dan dari bahan apa sumber dibuat?. Kritik ekstern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang. Sebagai contoh kritik ekstern terhadap buku“Pergolakan di Amerika Latin Dalam Dasawarsa Ini” karya Hidayat Mukmin, yang di buat tahun 1988 buku tersebut ditulis ketika sedang bertugas di Meksiko tahun 1973 – 1976 yang difokuskan pada masalah tertentu yang dapat menimbulkan pergolakan dalam hal ini yang terjadi di Kuba yang telah terjadi pergolakan terhadap kepemimpinan diktator Batista.

Kritik intern adalah kritik yang berhubungan dengan kredibilitas dari sumber sejarah apakah isi, fakta dan ceritanya dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Kritik intern dapat ditempuh dengan cara membandingkan berbagai isi dan fakta yang terdapat dalam sumber, misalnya kritik intern terhadap buku “Che Guevara dan Revolusi Kuba” yang membahas perjuangan Fidel Castro bersama Che Guevara menggulingkan pemerintahan Batista serta terhadap tekanan Amerika Serikat, dengan buku “Komunisme Uni


(1)

commit to user

Dukungan penuh dari AS membuat negara itu mempunyai hak yang dapat menekan pemerintahan. Hal ini berbeda sejak Castro menjadi pemimimpin, Casto menghapus corak politik yang kapitalis liberalis menjadi komunis. perubahan corak politik ini menjadi pemicu ketegangan AS – Kuba, karena mengancam perekonomian kapitalis ala AS. Keadaan ini semakin diperparah dengan adanya kebijakan Land Reform serta Nasionalisasi perusahaan AS yang berada di Kuba. Kuba menjalankan perekonomian sentralis yang berpusat pada rakyat (Hidayat Mukmin, 1981: 135).

Sejak Kuba di bawah Fidel Castro, Kuba tidak hanya bertahan dalam dalam mengalami tekanan isolasi AS, tetapi juga mengubah Kuba menjadi negara sosialis. Sosialisme ini belum sepenuhnya melembaga di Kuba, sistem sosialisme masih memerlukan koreksi, baik dalam falsafah maupun penerapan di Kuba sendiri. adanya embargo ekonomi AS terhadap Kuba pembangunan politik Kuba semakin mengarah kepada sosialis. hal ini dibuktikan dengan adanya amandemen Konstitusi negara Kuba pada tanggal 27 Juni 2002 sehingga sistem sosialis Kuba tidak dapat di ganggu gugat serta menutup peluang masuknya sistem kapitalis. langkah ini dilakukan untuk menjawab tantangan dari luar, khususnya AS yang menghendaki perubahan sistem politik Kuba ke arah reformasi yang lebih demokratis (www.mail-archive.com/[email protected]/msg00280.html, diunduh pada 4 Agustus 2010).

Perkembangan politik Kuba semakin tidak menentu sejak adanya tekanan dari berbagai pihak, baik PBB maupun negara – negara Amerika Latin serta Uni Eropa. Bahkan dari AS sendiri terdapat kalangan yang menghendaki pencabutan blokade ekonomi terhadap Kuba. Upaya itu semua tidak membuat AS mencabut embargo ekonomi terhadap Kuba melainkan semakin meningkatkan tekanan terhadap Kuba. Sampai saat ini blokade ekonomi terhadap Kuba masih tetap dilakukan AS, namun blokade itu semakin membuat Kuba bertahan dengan Komunisme serta menjadi negara yang berhaluan kiri di dalam kawasan pengaruh Kapitalis AS.

Embargo ekonomi AS terhadap Kuba yang diberlakukan pada tahun 1960-an dan berbagai tekanan-tekanan ekonomi dan politik lainnya telah


(2)

commit to user

77

menghancurkan berbagai sendi kehidupan di negara tersebut. Di berbagai negara yang juga terkena embargo harus berhadapan dengan rentannya konflik dan pertikaian horizontal akibat ketidakmampuan pemerintah menyediakan kebutuhan pokok rakyat. Keputusan untuk mengakhiri hubungan ekonomi dan politik AS di Kuba dan memilih untuk tidak mengadopsi pola kebijakan ekonomi politik yang didiktekan oleh negara-negara maju melalui agen-agennya adalah bacaan objektif yang menjadi kehendak rakyat Kuba. Ratusan tahun berada dalam dominasi negara-negara imperialis telah menguatkan komitmen rakyat Kuba untuk membentuk tatanan yang betul-betul baru meski harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang tidak menghendaki hal tersebut. Hal ini tentunya tidak terjadi dengan begitu saja, akan tetapi membutuhkan waktu untuk menginjeksikan kesadaran politik ke rakyat bahwa mereka adalah bagian yang terpenting dalam pengambilan kebijakan (www.cubanpolitic.com, diunduh tanggal 29 Juli 2010).

Kebijakan Castro dalam bidang politik adalah semakin menata sistem sosialis komunis yang diterapkan dalam pemerintahan Kuba sehingga mampu membawa Kuba bertahan dalam menghadapi tekanan kapitalisme AS. Sampai saat Castro meletakan jabatan, Kuba menjadi negara sosialis yang murni yang mampu bertahan di bawah tekanan AS untuk menancapkan hegemoni kapitalis di seluruh kawasan dunia.


(3)

commit to user

79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian intervensi AS terhadap Kuba maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Motivasi AS melakukan intervensi terhadap Kuba adalah, sejak Fidel Castro berhasil merebut kekuasaan pada tahun 1959, Castro mulai mengadakan pembaruan yang merugikan kapitalisme AS. Pertama kali yang dilakukan Castro adalah dengan menetapkan Undang-undang

Agraria tahun1959. Undang-Undang ini memuat ketentuan

menasionalisasi 1/3 tanah milik perorangan serta tidak mengijinkan orang asing memiliki tanah di Kuba. Keadaan ini mendapat kecaman dari pihak AS yang mempunyai kepentingan besar di Kuba. Setelah itu Castro menasionalisasikan seluruh peruasahaan di Kuba tanpa ganti rugi. Keadaan ini membuat AS mengalami kerugian hingga mencapai US $ 1,5 juta. Program nasionalisasi ekonomi Castro semakin diperparah dengan terjalinya hubungan diplomatik Kuba-Uni Sovyet yang mengancam hegemoni AS di kawasan Karibia. Kebijakan Castro itu membuat AS merasa terancam serta menjadi pemicu blokade ekonomi AS terhadap Kuba yang berlangsung lebih dari 60 tahun yang meruntuhkan seluruh perekonomian Kuba.

2. Realisasi intervensi AS terhadap Kuba adalah, AS melakukan invasi dan blokade terhadap Kuba. Hal pertama yang dilakukan AS adalah dengan melakukan sebuah penyerangan di Teluk Babi yang dilakukan oleh Presiden Kennedy dengan membawa 14.000 pasukan ke Kuba. Penyerangan ini gagal namun berlanjut dengan adanya Dekrit No. 3447, yang berisi ketentuan tidak ada satu produk asli Kuba yang datang dari dan melalui Kuba diimpor AS. AS juga menekan Kuba dalam bidang politik yaitu dengan mengajak negara anggota OAS untuk memutuskan hubungan


(4)

commit to user

80

regional dengan mengeluarkan Kuba dari keanggotaan OAS. Kegiatan melakukan blokade ekonomi terhadap Kuba terus dalukan pada masa setalah Kennedy, yaitu pada masa Reagan dengan program Caribbean

Basin Initiative (1981), George Bush dengan Cuban Democracy Act

(1992), dan Bill Clinton dengan Helms Burton Act (1995) yang semuanya berintikan menekan Kuba dengan melakukan embargo ekonomi, serta mamaksa para sekutu AS memutuskan hubungan perdagangan dengan Kuba. Pemberlakuan embargo ekonomi semakin diperkuat pada tahun 2000 yang melarang ekspor – impor ke Kuba, larangan berlabuh bagi kapal asing, larangan kunjungan ke Kuba serta adanaya pembatasan pengiriman uang kontan ke Kuba.

3. Dampak Intervensi AS terhadap Kuba bagi sektor perekonomian yaitu, runtuhnya sektor-sektor riil perekonomian Kuba. Embargo ekonomi AS telah mengakibatkan Kuba mengalami ketertinggalan pembangunan dalam negeri selama 15 tahun. Embargo ini juga menyebabkan kerugian perekonomian Kuba yang cukup signifikan, dalam bidang perdagangan Kuba menderita kerugian sebesar 69,7 juta dollar AS, dari sektor pariwisata kerugian mencapai 900 juta dollar AS.. Dalam bidang politik intervensi AS membawa akibat terhadap pola pemerintahan Castro. Pemerintahan Kuba berganti kepada Komunisme sebagai balasan terhadap intervensi dan embargo AS.

B. Implikasi

1. Teoritis

Secara teoritis implikasi dari intervensi AS terhadap Kuba adalah, adanya intervensi AS terhadap Kuba memunculkan sikap anti Amerika dari negara – negara Kawasan Amerika Latin seperti, Kuba, Bolivia, dan Venezuela. Ketiga negara tersebut berani menentang AS dan melakukan perlawanan terhadap kapitalisme AS.

Negara – negara Amerika Latin seperti Kuba, Bolivia, dan Venezuela melakukan pola pemerintahan dan sistem ekonomi yang mengacu pada


(5)

commit to user

komunisme Uni Sovyet. Hal ini dilakukan sebagai upaya menentang kebijakan kapitalisme dan intervensi AS di kawasan Amerika Latin. ketiga negara tersebut mampu bertahan menghadapi tekanan AS dan tetap berpandangan pada komunisme sampai saat ini.

2. Praktis

Munculnya masalah di Kuba terjadi karena AS sebagai negara Super Power dengan kekuatanya ingin menghancurkan negara yang menentang serta mengahalangi kepentingan AS di kawasan Amerika Latin. AS ingin menerapkan prinsip America for American yang tercantum dalam Doktrin Monroe sehingga AS merasa berkepentingan terhadap pengaruh Asing dalam hal ini pengaruh komunisme yang telah mengubah haluan Kuba. Intervensi AS ke Kuba akan menimbulkan reaksi dari dunia internasional karena akan menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kuba.

Dalam bidang pendidikan mahasiswa diharapkan mampu dalam pengembangan analisis sejarah Amerika Latin dan sejarah AS, sehingga diharapkan dapat memunculkan pemikir-pemikir baru yang handal dalam menganalisis dan memahami segala permasalahan di Amerika Latin yang melibatkan AS. Intervensi AS ke Kuba juga dapat memberi pelajaran bagi rakyat Indonesia untuk menambah rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap tanah air, serta menjunjung tinggi kedaulatan negara Indonesia agar tidak diinjak-injak oleh bangsa lain.

3. Metodologis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali suatu peristiwa di masa lampau sehingga dapat menghasilkan historiografi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah melalui prosedur sejarah yang sistematis dengan menggunakan tahap-tahap tertentu. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti mencari sumber-sumber primer terutama surat kabar dan majalah di tahun 1970-an dan 1980-an.


(6)

commit to user

82

Dari sumber surat kabar, masih mempunyai unsur subjektifitas yang tinggi sehingga diperlukan sumber pendamping sebagai pembanding. Peneliti mencari data dari surat kabar di Monumen Pers Surakarta, namun sumber yang di peroleh belum cukup sehingga perlu dicari dari surat kabar negara lain dan data dari kedutaan kedua negara sebagai sumber pendamping. Dari sumber sekunder peneliti juga menggunakan buku dalam bahasa Asing antara lain karangan Philip Brener yang berjudul “From Confrontation to Negoitation” terbitan tahun 1988.

C. Saran

1. Bagi Perpustakaan

Peneliti berharap kepada perpustakaan di program Studi Sejarah untuk lebih banyak menyediakan buku – buku tentang perjuangan Fidel Castro melakukan revolusi Kuba, karena buku – buku yang membahas masalah Amerika Latin khususnya Kuba masih sangat sedikit sekali. Peneliti juga berharap perpustakaan memberikan kumpulan jurnal – jurnal atau artikel – artikel tentang embargo ekonomi AS ke Kuba sehingga akan mempermudah lagi dalam pengumpulan sumber penulisan skripsi.

2. Bagi Mahasiswa Sejarah

Peneliti mengharapkan bagi mahasiswa sejarah hendaknya dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam mengenai Intervensi AS yang masih sedikit kajiaannya seperti perjuangan Hugo Chaves dalam menghadapi tekanan AS.

Bagi mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang intervensi AS baik ke Libya, Irak, Venezuela dapat mengumpulkan sumber-sumber primer di Monumen Pers Surakarta dan Perpustakaan Daerah Yogyakarta yang berupa surat kabar dan majalah.