6.5 Konsep Kebijakan Publik
Politik sebagai suatu proses interaksi antar elemen dalam suatu negara memandang penting bagaimana proses serta hasil pengambilan keputusan
kebijakan publik dilakukan, siapa menentukan apa dan mendapatkan apa dan bagaimana proses pengaruh-mempengaruhi dalam proses pembuatan kebijakan
pendistribusian sumber-sumber yang ada dalam sebuah negara. Secara umun, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjuk perilaku seorang
aktor atau sejumlah aktor dalam suatu kegiatan tertentu.Pada dasarnya terdapat banyak batasan dan defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan
publik dalam literatur ilmu politik. Masing-masing defenisi tersebut memberikan penekanan yang berbeda-
beda. Salah satu defenisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robet Eyestone.
26
Berbeda dengan dua ahli sebelumnya, James Anderson memberikan penjelasan yang lebih jelas mengenai defenisi kebijakan ini. Ia menyatakan bahwa
kebiajakan merupakan arah tindakan atau apa yang telah dilakukan tidak semata- mata menyangkut usulan tindakan. Menurut Anderson kebijakan merupakan arah
tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah.
Ia mengatakan bahwa kebijakan publik merupakan hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Seorang pakar ilmu politik lain, yakni
Richard Rose memberikan defenisi mengenai kebijakan publik bahwa, kebijakan publik dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyaknya
berhubungan, beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan sebagai suatu keputusan tersendiri.
27
26
Robert Eyestone, The Threads of Policy: A Study In Policy Leadership, Indianapolis: Bobbs-Merril, hal.18.
27
James Anderson, Public Policy Making, Second Editions, Newyork: Holt, Renehart and Wilson, 1969, hal.4.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Anderson, konsep kebijakan publik ini kemudian mempunyai beberapa implikasi, yakni pertama, kebijakan publik yang berorientasi pada
maksud dan tujuan namun kebijakan publik dalam sistem politik modern bukan sesuatu yang terjadi begitu saja melainkan telah direncanakan oleh aktor-aktor
yang terlibat dalam sistem politik. Kedua, kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan bukan merupakan keputusan
sendiri. Ketiga, kebijakan sebenarnya adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi atau lainnya dan
bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan politik bersifat positif atau negatif. Secara positif, mencakup tindakan pemerintah untuk
mempengaruhi suatu masalah tertentu sedangkan secara negatif, kebijakan mencakup sebuah keputusan yang tidak memerlukan keterlibatan pemerintah.
Sementara itu, Amir Santoso dengan mengkomparasi berbagai defenisi kemudian menyimpulkan bahwa pandangan kebijakan publik dibagi kedalam dua
wilayah kategori.
28
Dalam kebijakan publik terdapat dua pendekatan, yakni pendekatan analisis kebijakan dan pendekatan kebijakan publik politik. Pada pendekatan
pertama, studi analisis kebijakan lebih terfokus pada studi pembuatan keputusan dan penetapan kebijakan dengan menggunakan model-model statistik dan
matematika yang canggih. Sedangkan pendekatan yang kedua, lebih menekankan kepada hasil dari kebijakan publik dengan melihat interaksi politik sebagai faktor
penentu dalam bebagai bidang. Pertama, menyamakan kebijakan publik dengan tindakan-
tindakan pemerintah dan yang kedua, memandang kebijakan publik sebagai sebuah keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu dan kebijakan
tersebut dapat diramalkan. Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dirinci menjadi beberapa kategori antara lain adalah tuntutan kebijakan, keputusan
kebijakan, pernyataan kebijakan, hasil kebijakan dan dampak kebijakan.
28
Amir Santoso, Analisis Kebijakan Publik: suatu Pengantar, Jurnal Ilmu Politik 3, Jakarta: Granmedia, hal.3.
Universitas Sumatera Utara
Dewasa ini, para ilmuan politik mempunyai perhatian yang meningkat terhadap studi kebijakan publik deskriptif analisis dan penjelasan terhadap sebab-
sebab dan akibat-akibat dari kegiatan pemerintahan. Sebagaimana Thomas Dye mengatakannya, hal ini menyangkut tentang deskriptif akan sebuah substansi
kebijakan non-publik, penilaian terhadap dampak-dampak pengaruh lingkungan pada substansi kebijakan, suatu analisis dari efek bermacam-macam aturan
kelembagaan, suatu penyelidikan dari sebuah konsekuensi kebijakan publik bagi sistem politik dan suatu evaluasi terhadap dampat kebijakan publik pada
masyarakat. Kebijakan dapat dipandang sebagai variabel terikat dan variabel bebas.
Kebijakan publik dipandang sebagai variabel bebas, jika kita melihat dampak kebijakan pada sistem politik dan lingkungan, namun apabila sistem politik dan
lingkungan yang berpengaruh terhadap kebijakan maka itu dipandang sebagai variabel terikat. Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang
kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang terus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik mengkaji kebijakan publik ke dalam
beberapa tahap, yakni:
29
a Tahap Perumusan Masalah :Memberikan informasi mengenai kondisi
kondisi yang menimbulkan masalah. b
Tahap Peramalan :Memberikan informasi mengenai
konsekuensi dimasa mendatang dari diterapkannya alternative kebijakan,
termasuk apabila tidak membuat kebijakan. c
Rekomendasi Kebijakan :Memberikan informasi dari setiap alternatif
dan merekomendasikan setiap alternatif kebijakan yang membuat manfaat yang
paling tepat.
29
William Dunn, Analisa Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1999, hal.24.
Universitas Sumatera Utara
d Monitoring Kebijakan
:Memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang dan masa lalu dari
diterapkannya aternatif kebijakan dan kendala-kendalanya.
e Tahap Evaluasi Kebijakan :Memberikan informasi mengenai kinerja
atau hasil dari sebuah kebijakan. Secara tradisional, kebijakan publik terdiri dari beberapa tahap yakni,
kebijakan substantif misalnya: kebijakan pemburuhan, kesejahteraan sosial, hak-
hak sipil, masalah luar negeri, kebijakan kelembagaan pemerintahaan misalnya: kebijakan legislatif, judikatif dan departemen, dan kebijakan menurut kurun
waktu misalnya: kebijakan reformasi, orde baru dan Orde lama. Terdapat
kategori lain dari kebijakan yang dikemukakan oleh James Anderson 1979 yakni sebagai berikut:
1. Kebijakan Substantif vs Kebijakan Prosedural.
Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan pemerintah dan kebijakan prosedural adalah bagaimana
kebijakan substantif itu dijalankan. 2.
Kebijakan Distributif vs Kebijakan Regulatori vs Kebijakan re-distributif. Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan dan
kemanfaatan pada masyarakat, kebijakan regulatori adalah kebijakan mengenai batasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau
perilaku masyarakat tertentu dan kebijakan re-distributif merupakan kebijakan alokasi kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak
berkelompok. 3.
Kebijakan Material vs Kebijakan Simbolis. Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan
sumber daya yang konkrit pada kelompok sasaran. Sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis kepada
sasaran.
Universitas Sumatera Utara
6.6 Ideologi dan Ideologi Politik