menyangkal anak yang dikandung atau dilahirkan oleh istrinya, dan suami berhak mengajukan perkara tersebut ke Pengadilan Agama, didalam Kompilasi Hukum
Islam dipaparkan dengan jelas tidak hanya pengertian tentang li’an namun proses penyelesaian dalam perkara li’an dijelaskan dalam beberapa pasal.
2. Dasar Hukum Li’an Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist
Didalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menetapkan ketentuan-ketentuan tentang li’an yang menjadi acuan sebagai dasar atau asas dalam menentukan hukum
li’an.Ada beberapa ayat didalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan li’an dan pada Hadist Rasullah SAW juga menerangkan tentang li’an.
Firman Allah SWT surah An – Nuur ayat 6-7:
ُﺓَﺩﺎَﻬَﺷَﻓ ﱠﻻِﺈْﻣُﻬُﺳُﻔْﻧَﺃ ُءﺍَﺩَﻬُﺷ
ْ ﻥُﻛَﻳْﻣُﻬَﻟ
ْﻡَﻟ َﻭ َﻥﻭُﻣ ْﺭَﻳْﻣُﻬَﺟﺍ َﻭ ْﺯَﺃ
ﱠﻟﺍ َﻭ َﻥﻳِﺫ
َﺕَﻧْﻌَﻟ ﱠ
ﻥَﺃ ُﺔَﺳِﻣﺎَﺧْﻟﺍ َﻭ. َﻥﻳِﻗِﺩﺎﱠﺻﻟﺍ
َﻥِﻣَﻟ ُﻪﱠﻧِﺇ
ٍ ﺕﺍَﺩﺎَﻬَﺷِﻬﱠﻠﻟﺎِﺑ ۙ◌
ُ ﻊَﺑ ْﺭَﺃ
ْﻡِﻫِﺩَﺣَﺃ
. َﻥﻳِﺑِﺫﺎَﻛْﻟﺍ
َﻥِﻣ َﻥﺎَﻛ
ْ ﻥِﺇ
ِ ﱠہﺎِﻬْﻳَﻠَﻋ
Artinya : “Dan orang –orang yang menuduh istrinya berzina, padahal
mereka mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengannama Allah, sesungguhnya dia
adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan sumpah yang kelima :Bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.”
An-Nuur:6-7
83
83
Departement Agama RI ,Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, Bandung: CV.Penerbit Diponegoro, 2010, hal., 350.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkansurah An-Nuur ayat 6-7 ialah orang yang menuduh istrinya
berbuat zina dengan tidak dapat menghadirkan empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah SWT empat kali, bahwa ia adalah benar dalam
tuduhannya itu, kemudian ia bersumpah sekali lagi bahwa ia akan menerima laknat Allah SWT jika ia berdusta, masalah ini dapat membawa kepada li’an.
84
Pada ayat diatas menguraikan tentang tuduhan suami terhadap istrinya, Ayat tersebut
menjelaskan sanksi hukum terhadap orang-orang yang menuduh istri mereka berbuat zina, padahal tidak ada bagi mereka saksi-saksi yang menguatkan tuduhannya itu
selain dirinya sendiri, maka persaksian salah seorang mereka, yaitu suami ialah empat kali kesaksian yakni bersumpah empat kali sambil menggandengkan ucapan
sumpahnya itu dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk kelompok orang-orang yang benar dalam tuduhannya kepada istrinya itu. Dan
sumpah yang kelima adalah bahwa laknat Allah atasnya, jikaia berbohong sehingga dengan kebohongannya menuduh istrinya secara tidak sah menjadikan ia termasuk
kelompok para pembohong.
85
Firman Allah SWT surah An-Nuur ayat 8-9:
. َﻥﻳِﺑِﺫﺎَﻛْﻟﺍ
َﻥِﻣَﻟ ُﻪﱠﻧِﺇ
ِ ﱠہﺎِﺑ ٍ
ﺕﺍَﺩﺎَﻬَﺷ ْ
ﻥَﺃَﺩَﻬْﺷَﺗَﻌَﺑ ْﺭَﺃ َﺏﺍَﺫَﻌْﻟﺍ
ﺎ َﻬْﻧَﻋ
ُﺃَﺭْﺩَﻳ َﻭ
. َﻥﻳِﻗِﺩﺎﱠﺻﻟﺍ
َﻥِﻣ َﻥﺎَﻛ
ْ ﻥِﺇ
ِ ﱠہﺎَﻬْﻳَﻠَﻋﺍ َﺏَﺿَﻏ
ﱠﻧَﺃ َﺔَﺳِﻣﺎَﺧْﻟﺍ َﻭ
84
Ibid
85
M. Quraish Shihab, Al-Lubab Makna Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an, Tangerang: Lentera Hati, 2012, hal., 586.
Universitas Sumatera Utara
Artinya : “Dan istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat
kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar ternasuk orang-orang yang yang dusta, dan sumpah yang kelima : Bahwa lanat
Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.” An- Nuur : 8-9
86
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwasannya apabila istri tidak membantah, maka ia dijatuhi sanksi hukum perzinaan, namun menurut ayat 8 sanksi hukum itu
dapat dihindarkan darinya dengan jalan bersumpah demi Allah SWT, sebanyak empat kali sumpah, bahwa: “sungguh suaminya itu benar-benar termasuk kelompok
para pembohong”, lalu sumpah kelima yang harus diucapkan oleh istrinya tersebut sesuai dengan surah An-Nuur ayat 9 yaitu “ Murka Allah SWT, menimpanya jika
suaminya itu termasuk kelompok orang-orang yang benar”.
87
Asbabun Nuzul turunnya ayat ini ialah ketka Hilal bin Umayyah menuduh istrinya berzina dengan
Syarik Ibnu Samha’, kepada Rasulullah saw turunlah wahyu melalui malaikat Jibril yaitu Surah An-Nuur ayat 6-7.
88
86
Departement Agama RI, Loc.Cit.
Pada ayat diatas Allah SWT menguraikan bahwa apabila istri tidak membalas tuduhan suami dengan mengangkat sumpah balasan atau
hanya berdiam diri maka ia dapat dijatuhi sanksi hukuman zina dan agar istri tersebut terhindar dari tuduhan yang dituduhkan oleh suami terhadap istrinya, Ayat tersebut
menjelaskan maka istri harus mengajukan kesaksian dengan mengangkat sumpah atas nama Allah SWT sebanyak empat kali yang menegaskan bahwasannya
suaminya itu adalah berbohong atas tuduhannya, dan untuk memperkuat kesaksian
87
M. Quraish Shihab, Loc.Cit.
88
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juzz VIII, Bandung : Alma’arif, 1980, hal., 135.
Universitas Sumatera Utara
dan sumpah istrinya itu, maka istrinya itu harus mengangkat sumpah yang kelima bahwa murka Allah atasnya jika dia yakin suaminya itu termasuk kedalam golongan
orang-orang yang benar. Penafsiran dari Surah An-Nuur ayat 6-9 tersebut diatas merupakan dasar
hukum li’an yang dijelaskan melalui firman Allah SWT didalam Al-Qur’an. Pada surah An-Nuur ayat 6-7 menjelaskan tentang tuduhan suami terhadap istrinya yang
melakukan perbuatan zina, tanpa memiliki bukti yang kuat ataupun tidak dapat menghadirkan empat orang saksi yang secara hukum merupakan alat bukti yang kuat
dalam hal perzinaan maka keabsahan dari pada tuduhan suami yang seharusnya menghadirkan empat orang saksi, namun ia hanya memiliki keyakinan yang kuat atas
dirinya, maka diharuskan kepadanya untuk melakukan kesaksian dengan mengangkat sumpah atas tuduhan terhadap istrinya, bahwa tuduhan perzinaan terhadap istrinya
tersebut adalah benar dan pada keempat sumpahnya dia harus bersumpah atas nama Allah, dan sumpah yang kelima laknat Allah atasnya jika dia termasuk orang yang
berdusta. Pada surah An-Nuur ayat 8-9 merupakan kesempatan istri untuk menolak
tuduhan suami dan menunjukkan kesuciannya serta kepalsuan sumpah suaminyaagar terhindar dari sanksi hukuman zina, dengan mengangkat kesaksian dan sumpah
sebanyak empat kali atas nama Allah SWT, yang kelima murka Allah atasnya jika dia termasuk orang-orang yang benar, dalam hal ini istri wajib melakukan sumpah
balasan sebagai bukti penolakan atas tuduhan yang dituduhkan kepadanya oleh
Universitas Sumatera Utara
suaminya.Dengan adanya sumpah yang diucapkan oleh kedua belah pihak, dalam hal ini suami dan istri yang mengakibatkan terjadinya li’an.
Didalam sejarah dicatat sahabat Rasulullah saw bahwa Uwaimir al-Ujlani dengan istrinya, serta antara Hilal bin Umayyah dengan istrinya, yang dimuat
didalam hadist shahih. Juga berdasarkan petunjuk dansabda Rasulullah saw.
89
Bahwa Hilal bin Umayyah r.a pernah menuduh istrinya berzina dengan Syarik ibnu Sahma’
dihadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasullah saw bersabda, “Kamu harus dapat mebuktikan, atau kalau tidak hukuman had menimpa punggung mu”. Lalu Hilal bin
Umayyah r.a berkata, “Ya Rasullah, jika seorang di antara kami telah melihat seorang laki-laki berada diatas istrinya, masihkah dituntut untuk mencari bukti?”,
Rasulullah saw bersabda, “Kamu harus dapat membuktikan, dan jika tidak maka hukuman had di punggungmu”, Hilal bekata , “Demi dzat yang telah mengutusmu
dengan membawa kebenaran, sesungguhnya saya benar-benar jujur. Maka saya harap sudi kiranya Allah menurunkan ayat Al-Qur’an yang bisa membebaskan punggungku
dari hukuman dera”.
90
Maka turunlah malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu kepada Beliau, yang artinya “Dan orang–orang yang menuduh istri mereka, padahal tidak ada bagi
mereka saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian salah seorang mereka ialah empat orang saksi dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk
89
Rahmat Djatnika dan Ahmad Supemo, Op.Cit, hal., 217.
90
Jalaluddin As Shuyuti, Lubabun Nuqul fi Asbabn Nuzul, Dar At Taqwa Kairo, Jakarta : Gema Insani Press, 2008, hal., 389-391
Universitas Sumatera Utara
orang-orang yang benar, dan yang kelima bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk para pendusta, dan dihindarkan darinya hukuman dengan bersaksi dengan
empat kesaksian dengan nama Allah sesungguhnya dia benar-benar termasuk orang– orang yang benar, dan yang kelima bahwa murka Allah atasnya jika dia termasuk
orang-orang yang berdusta”.
91
91
Jamaluddin, hal., 132-133.
Kemudian Rasullah beranjak dari tempatnya sambil menyuruh Hilal bin Umayyah menemui istrinya. Kemudian Hilal datang lagi kepada
Rasulullah saw, lalu memberi kesaksian, Rasullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tahu bahwa seorang diantara kamu berdua ini ada yang bohong. Adakah
diantara kalian berdua ini yang bertaubat?”, Kemudian istrinya bangun dan memberi kesaksiannya. Maka tatkala ia hendak mengucapkan sumpah yang kelima, maka
orang-orang menghentikannya agar tidak jadi mengucapkan sumpah yang kelima, dan mereka berkata, “Sesungguhnya perempuan ini wajib djatuhi hukuman”. Ibnu
Abbas berkata, “Lalu ia istrinya itu pelan-pelan”. Kemudian ia berkata , “Aku tidak akan membuat malu kaumku sepanjang hari”. Kemudian terus berlalu begitu saja.
Rasulullah saw bersabda , “ Perhatikan dia, jika dia datang dengan membawa bayi yang juling matanya, besar pinggulnya dan kedua betisnya besar juga maka ia bayi
itu milik Syarik Ibnu Sahma’, Ternyata dia datang membawa bayi persis seperti yang disabdakan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah bersabda, “Kalaulah tidak
Universitas Sumatera Utara
ada ketetapan didalam Kitabullah, sudah barang tentu saya punya urusan dengan dia”.
92
Didalam Hadist Rasulullah saw yang lain diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy ra ,
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d Al-S’idi r.a , :”Uwaimir Al-‘Ajlani pernah menemui ‘Ashim bin ‘Adi Al-Anshari seraya bertanya ,
“Bagaimanakah pendapat engkau wahai ‘Ashim, kalau seorang suami mendapatkan istrinya berbut zina dengan laki-laki lain , bolehkah suaminya
itu membunuhny, apakah engkau akan membunuh laki-laki itu atau bagaimanakah yang engkau lakukan terhadap laki-laki itu? Tanyakanlah hal
itu kepada Rasulullah SAW wahai ‘Ashim ” Kemudian ‘Ashim menanyakan kepada Rasulullah SAW, tetapi beliau benci mendengar pertanyaan itu dan
mencelanya sehingga ‘Ashim sendiri merasa kecewa mendengar celaaan Rasulullah SAW, setelah ‘Ashim pulang ke rumahnya , ‘Uwaimir datang
menanyakannya. ‘Uwaimir berkata, “Hai ‘Ashim Bagaimanakah kata Rasulullah SAW” ‘Ashim menjawab, “Maslah itu tidak membawa kebaikan
bagi saya.Rasulullah SAW benar-benar benci setelah saya menanyakan kepada beliau.”‘Uwaimir berkata, “Demi Allah, saya tidak akan berhenti
sebelum saya menanyakannya kepada beliau.” Kemudian ‘Uwaimir langsung bergegas menemui Rasulullah SAW., yang kebetulan saat itu Rasulullah
SAW.sedang di tengah orang banyak .Dia bertanya , “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurutmu apabila seorang suami mendapatkan istrinya
sedang berbuat zina dengan laki-laki lain? Bolehkah sang suami membunuh laki-laki itu? Kalau suami itu membunuhnya, apakah engkau akan
membunuhnya juga atau bagaimanakah yang engkau lakukan terhadap sang suami? “Lalu Rasulullah SAW.bersabda, “Telah diturunkan ayat Al-Qur’an
berkenaan dengan kamu dan istri kamu, pergilah kamu dan bawalah dia kemari”, Akhirnya kedua orang itu berli’an , sedangkan saya bersama
orang banyak menyaksikan disamping Rasulullah SAW. Setelah selesai ber- li’an , ‘Uwaimir menalak istrinya dengan tiga talak sebelum Rasuullah SAW.
Menyuruhnya. Ibn Sihab berkata , “Itulah cara melaksanakan li’an..
93
92
Jalaluddin As Shuyuti, Op. cit, hal.393
93
Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Bandung : PT Mizan Pustaka, hal.,492-493.
Universitas Sumatera Utara
Kedua Hadist yang diriwayatkan sahabat Rasulullah saw yang berisikan sunnah Rasul dalam menyelesaikan masalah perceraian karena tuduhan yang
dituduhkan suami terhadap istrinya tanpa dapat menghadirkan saksi-saksi, namun hanya memiliki keyakinan atas dirinya dan bukti-bukti yang nyata. Maka Rasulullah
saw bersabda sesuai dengan wahyu yang diturunkan kepada beliau, dan beliau menganjurkan kepada pasangan suami istri tersebut untuk mengangat sumpah li’an.
Seorang suami jangan begitu mudah menuduh istrinya berzina, hanya dengan melihat laki-laki lain keluar dari tempat istrinya atau duduk bersama, sebab tuduhan
itu haruslah disertai dengan bukti-bukti yang nyata.Seorang suami yang melihat istrinya mengandung jangan cepat-cepat menuduh berzina.Sebab anak yang di
kandung bisa saja hasil hubungan dengan dirinya, kecuali sudah benar-benar yakin bahwa istrinya berbuat zina.
Para Ulama berbeda pendapat mengenai waktu mulainya terjadi perkara li’an.Sebagian Ulama seperti Ibnu Hibban mengatakan bahwa perkara li’an.Orang
yang pertama kali melakukan li’an adalah Hilal bin Umayyah,dalam islam terjadi pada bulan Sya’ban tahun 9 H tepat malam Jum’at di Mesjid Nabi.
94
Sebagian yang lain mengatakan bahwa perkara li’an dalam Islam terjadi pertama kali pada tahun 10
H, sedangkan Nabi SAW wafat pada tahun 11 H.
95
94
Ibid
Para ulama bersepakat bahwa
95
Abdurrahman Al-Jaziri, al-Fiqh ‘Ala madzahib al-Arba’ah, Juz V, Beirut : Dar Al-kutub al-Ilmiyah, hal., 97.
Universitas Sumatera Utara
mengenai perkara li’an merupakan suatu ketentuan yang sah menurut Al-Qur’an, As- Sunnah, Qiyas dan Ijma’.
96
B. Prosedur Perceraian dengan Cara Li’an Menurut Fiqih Islam dan