nikah, kendatipun demikian anak-anak tersebuat harus diperlakukan seadil-adilnya terhadap apa yang harus menjadi hak mereka sebagai anak dan memperoleh
kesejahteraan serta sertiap anak baik anak sah maupun anak diluar kawin, memiliki kedudukan dan status hukum yang harus dilindungi dan mempunyai hak-hak sesuai
masing-masing golongan anak.
B. Hak-Hak Istri yang Telah Diceraikan karena Li’an
Menurut hukum yang berlaku setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban, hak kewajiban ini dilindungi oleh hukum.
206
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak
dalam rangka kepentingannya tersebut.
207
Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya.Kekuasaan yang
demikian itu yang disebut sebagai hak.
208
Disamping itu hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, melainkan terdapat juga unsur
kehendak.
209
Didalam perkawinan yang berakhir dengan perceraian melekat didalamnya akibat-akibat bagi masing-masing pihak, begitu pula hak-hak, dimana dalam
perceraian terdapat hak-hak tertentu. Baik istri suami maupun anak didalam percerain memiliki hak tertentu yang tidak dapat dipisahkan dan harus dilindungi.Istri yang
206
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2013, hal., 228.
207
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum ,Cet. ke-6, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal., 53.
208
Ibid
209
Ibid, hal., 54.
Universitas Sumatera Utara
diceraikan oleh suami memiliki hak-hak nya begitu juga istri yang diceraikan oleh suami melalui li’an .
Dalam Pasal 35 Undang-Undang No.1 Tentang Perkawinan menjelaskan bahwa 1 harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, 2
Harta bawaan masing–masing suami dan istri dan harata benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-
masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
210
Dalam hal perceraian karena li’an memiliki beberapa akibat yang berbeda dari percerai talak secara umum. Karena li’an merupakan cara penyelesaian lain dalam
perkara perceraian talak dengan alasan istri berbuat zina, yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur ikrar talak biasa.
Dalam pasal 35 ayat 1 tersebut dijelaskan bahwa harta yang diperoleh selama perkawinan merupakan hak
suami dan istri, dengan demikian baik pihak suami maupun istri memiliki hak yang sama terhadap harta bersama. Dalam Pasal 35 ayat 2 dijelaskan baha Harta bawaan
dari masing-masing suami dan istri yang mereka peroleh baik berupa hadiah atau warisan adalah hak masing-masing pihak, dalam hal ini tidak terdapat hak istri atas
hadiah ataupun warisan suami dan sebaliknya.
211
210
Lihat Pasal 35 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Hak-hak istri setelah terjadi perceraian selain masalah pembagian harta bersama dan kembalinya harta bawaan,
terdapat hak-hak tertentu yang berbeda dari perceraian talak.
211
A.Fuad Said, Op.Cit.,hal., 227.
Universitas Sumatera Utara
Istri yang dili’an oleh suaminya memiliki hak atas maharnya, sesuai dengan hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Umar r.a , yang artinya :
“Rasulullah SAW, bersabda kepada dua orangyang melakukan li’an , “Hanya Allah juga yang menetapkan perhitunganmu pada hari kiamat nanti
karena salah seorang dari kamu ada yang berdusta , tetapi tidak ada jalan bagimu untuk menuntut istrimu”. Sang suami bertanya kepada Rasulullah
SAW, “Bagaimana dengan harta saya ya Rasulullah ?” , Rasulullah menjawab , “Kamu tidak dapat menuntut hartamu lagi, kalau kamu benar
dalam tuduhanmu terhadapnya, hartamu merupakan mahar atas kehormatannya yang telah kamu lakukan dengan jalan halal. Dan jika kamu
berdusta , hartamu itu lebih jauh lagi darimu”.
212
Berdasarkan hadist Rasulullah SAW dengan adanya perceraian melalui cara li’an istri berhak atas mahar yang telah diberikan oleh suaminya, dan suami tidak
dapat meminta kembali hak yang telah diberikan olehnya kepada pihak istri, baik setengah dari mahar tersebut ataupun seluruhnya. Dalam Undang-Undang No.1
Tahun 1974 tentang perkawinan tidak diatur masalah mahar. Sedangkan dalam dalam Kompilasi Hukum Islam mahar diatur dalam Pasal 30-38 Kompilasi Hukum Islam
menurut Yahya Harahap pengaturan mahar dalam Kompilasi Hukum Islam bertujuan untuk menertibkan masalah mahar, menetapkan kepastian bahwa bukan rukun nikah ,
menetapkan etis mahar atas asas kesederhanaan dan kemudahan bukan didasarkan tinggi hati, dan menyeragamkan konspsi yuridis dan etik mahar agar terbina
ketertiban dan persepsiyang sama di kalangan masyarakat dan aparat penegak hukum.
213
212
Zaki Al-Din ‘Abd Al-‘Azhim Al Mundziri, Op.Cit, hal., 495-496.
213
Abd.Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam hukum Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, hal., 307-308
Universitas Sumatera Utara
Dalam tata cara pelaksanaan li’an , dituntut kedua belah pihak yakni pihak suami wajib mengangkat sumpah sebanyak lima kali sebagi pengganti dari empat
orang saksi yang tidak dapat dihadirkannya untuk membuktikan tuduhan perzinaan atas pihak istri, dan untuk penolakan terahadap tuduhan suami, istri wajib
mengangkat sumpah sebanyak lima kali, apabila istri tidak mengangkat sumpah sebagai penolakan atas tuduhan suami terhadapnya, maka percerain tersebut jatuh
kepada perceraian talak karena zina dan bukan li’an. Dengan adanya penolakan yang dilakukan oleh istri terhadap tuduhan perzinaan yang dilakukan oleh suami
terhadapnya dapat menjaga nama baik istri tidak sampai tercemar dalam pergaulan dan masyarakat.
214
214
A.Fuad Said, Op.Cit.,hal., 132.
Dengan pengangkatan sumpah yang dilakukan oleh pihak istri terhadap tuduhan zina yang dilakukan oleh pihak suami dapat melindungi istri dari
pencemaran nama baik, karena terjadinya li’an memiliki dua kemungkinan yaitu bisa saja suami menuduh istrinya berzina dalam keadaan tuduhan palsu atau berbohong
dan sebaliknya bisa saja istrinya benar telah melakukan zina ataupun benar penolakan atas dirinya yang dingkapkannya di hadapan sidang pengadilan bahwa benar dia tidak
melakukan perbuatan zina. Tuduhan zina berpengaruh buruk karena dapat meruntuhkan martabat melenyapkan harga diri orang yang tertuduh dalam hal ini istri
yang dituduh oleh suaminya dalam hal tuduhan zina , tuduhan zina dapat membuat aib bagi istri, keluarga dan anak apabila istri sedang hamil dan suami melakukan
Universitas Sumatera Utara
penolakan terhadap anak yang dikandung ataupun yang telah dilahirkan oleh istrinya.
215
Dengan adanya sumpah balasan atau sumpah li’an yang dilakukan istri atas tuduhan zina yang ditujukan suami terhadap dirinya dan pihak istri melakukan
sumpah balasan atau sumpah li’an sebagai penolakan atas tuduhan suami yang telah terlebih dahulu mengangkat sumpah li’an terhadapnya, istri dalam hal ini dapat
melakukan sumpah balasan dikarenakan suami tidak dapat menghadirkan empat orang saksi atas tuduhan zina yang ditujukannya terhadap pihak istri. Dengan adanya
sumpah balasan yang dilakukan pihak istri terhadap tuduhan suami, maka pihak istri terbebas dari had zina.
Imam Malik dan Syafi’i berpendapat bahwa jika istri tidak ingin mengucap sumpah li’an maka ia harus dijatuhkan had zina.
216
Abu Hanifah berpendapat bahwa istri tidak dihukum namun ditahan hingga dia mau mengucapkan sumpah li’an atau
mengaku telah berbuat zina. Jika istri membenarkan tuduhan suami terhadapnya , maka istri wajib dijatuhkan hukuman had . Ibnu Rusyd mengatakan bahwa dalam hal
ini pendapat Abu Hanifah lebih tepat.
217
Berkaitan dengan teori keadilan memandang hak-hak istri, dimana keadilan merupakan hak seseorang sebagaimana mestinya tanpa memebeda-bedakan dan
215
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Op.Cit. hal., 574.
216
Ibid. hal., 572
217
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bertindak terhadap yang salah sebatas kesalahannya.
218
C. Hak-Hak Anak sebagai Korban dari Li’an