Keuntungan PBL 2 buku pengembangan soft skills mahasiswa

124 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi mahasiswa menekankan perlunya bagi mahasiswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat mahasiswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 3. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan mahasiswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi mahasiswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa mahasiswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif. 4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi mahasiswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. PBL yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada mahasiswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Memperhatikan karaktristik PBL yang demikian rupa, dukungan teoretik, dan review testimonial, maka model ini bisa menjadi komponen yang well-established dalam sistem pendidikan vokasi. Model PBL adalah 125 penggerak yang unggul untuk membantu mahasiswa belajar melakukan tugas-tugas otentik dan multidisipliner, mengelola budget, menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efektif, dan bekerja dengan orang lain. Ada bukti langsung maupun tidak langsung, baik dari dosen maupun mahasiswa, bahwa PBL menguntungkan dan efektif sebagai metode pembelajaran. Yang lebih penting, ada beberapa bukti bahwa PBL, dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain, memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar mahasiswa. 126 127 MODEL CLoP-WORK BERBASIS STUDENT CENTERED LEARNING

A. Student-Centered Learning SCL 1. Pengertian

Student-Centered Learning SCL adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Instructor- Centered Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa yang relatif bersikap pasif. Secara lebih rinci SCL adalah konsep pembelajaran yang memfokuskan kegiatan belajar pada peserta didik mahasiswa, mengaitkan materi perkuliahan dengan kehidupan nyata kontekstual, dan memotivasi mahasiswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya saat ini dengan pengalaman sebelumnya. Melalui SCL diharapkan konsep- konsep materi perkuliahan dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan mahasiswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah. SCL menempatkan mahasiswa sebagai subjek di dalam proses perkuliahan, materi perkuliahan objek disusun kontekstual dan bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal mahasiswa dengan 128 materi yang sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual mahasiswa. Dengan demikian proses belajar mahasiswa benar-benar diawali dengan pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian yang telah mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata kuliah yang dipelajari di kelas, dan selanjutnya dimungkinkan untuk mengimplementasikan dalam keseharian mereka. Sehingga mahasiswa benar-benar bukan hanya sekedar mengenal nilai LOGOS tetapi harus mampu melakukan internalisasi penghayatan nilai-nilai tersebut ETOS dan yang terpenting adalah sampai kepada mahasiswa mampu mengaktualisasikan mengamalkan nilai-nilai tersebut PATOS. Karena pertimbangan pada subjek pembelajaran adalah mahasiswa, maka panduan ini ditulis dengan menggunakan pendekatan andragogi. Andragogi adalah salah satu pendekatan dalam pendidikan dengan konsep the art and science of helping adult learn, yaitu seni dan ilmu yang berkaitan dengan cara-cara membantu orang dewasa belajar. Hal ini berbeda dengan pedagogi. Yaitu sebagai the art and science of teaching children atau seni dan ilmu yang berkaitan dengan cara mengajar anak. Pendekatan andragogi mempunyai beberapa asumsi dasar, di antaranya yang cukup dikenal ada empat hal, yaitu 1 self-directedness atau kemampuan mengarahkan diri, 2 pengalaman pembelajar atau mahasiswa, 3 kesiapan belajar berdasarkan kebutuhan, dan 4 orientasi bahwa belajar itu adalah kehidupan. Berikut ini dijelaskan lebih detail tentang empat asumsi dasar tersebut :