Implementasi Soft Skills melalui Kegiatan Kampus

46 mengeluhkan karena mutu lulusan lebih mengandalkan kemampuan nilai akademis yang tinggi hard skills daripada soft skills. Perguruan Tinggi yang berperan sebagai sarana bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM diharapkan memainkan peran sentral dalam peningkatan daya saing bangsa, mengingat kualitas SDM Indonesia berada dalam taraf yang rendah. Hal ini dapat disimak dari laporan World Competitiveness Yearbook Garelli, 2004 tentang tingkatan daya saing. Di lingkungan regional, daya saing SDM Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bila kondisinya tetap demikian, maka dalam jangka panjang dapat diduga bahwa cita-cita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat akan menjadi sekedar impian belaka. Oleh karena itu sistem pembinanan kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diharapkan menjadi wahana untuk mengubah pola pikir, pola sikap mahasiswa untuk menuju terwujudnya SDM yang handal. Soft skills bukan suatu materi mata kuliah, tapi suatu aspek-aspek kehidupan yang harus dimiliki mahasiswa yang didapatkan dari pengalaman yang pernah dilakukan. Soft skills ini harus digalidipupukdibiasakan pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. Idealnya pengembangan soft skills dalam lingkup kampus, perlu dimasukkan di dalam kurikulum, silabus, RPP, serta iklimbudaya. Permasalahannya adalah: a bagaimanakah memasukkan muatan soft skills dalam kurikulum pendidikan tinggi, b bagaimanakah mengimplementasikan soft skills dalam perkuliahan, dan c bagaimanakah menciptakan kultur kampus yang kondusif dengan pengembangan soft skills dalam proses pendidikan di kampus. 47

B. Implementasi Soft Skills dalam Kurikulum

Sebenarnya dalam setiap kurikulum perguruan tinggi selalu terdapat muatan soft skills. Namun penerapannya tidaklah mudah, sebab masih banyak dosen yang belum paham apa itu soft skills dan bagaimana penerapannya. Melihat sangat pentingnya soft skills, maka sudah menjadi kewajiban dosen mulai menerapkan pendidikan soft skills pada mahasiswanya. Memasukkan muatan soft skills dalam kurikulum masih dianggap suatu kesulitan tersendiri dan untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Sebagian besar dosen belum memberikan muatan- muatan pendidikan soft skills pada proses pembelajarannya. Oleh karena itu pada saat evaluasi yang diukur hanyalah ranah kognitif. Masalah itu tidak perlu dihindari, tetapi harus dicari solusinya secara sungguh-sungguh dan bukan dilupakan hanya karena sulit. Dalam memasukkan muatan soft skills pada kurikulum perlu ditambahkan ke dalam program pendidikan kurikuler dan struktur kurikulum yang ada. Pelaksanaannya dapat berupa menambahkan mata kuliah soft skills dalam struktur kurikulum atau menyelenggarakan program soft skills dalam kalender pendidikan. Model ini membutuhkan waktu tersendiri atau waktu tambahan dan mungkin juga membutuhkan ongkos tambahan. Selain itu, penggunaan model ini dapat menambah beban tugas mahasiswa dan dosen. Meskipun demikian, model ini merupakan alternatif yang dapat digunakan secara optimal dan intensif untuk membentuk soft skills mahasiswa. 48

C. Implementasi Soft Skills dalam Pembelajaran

Melihat sangat pentingnya soft skills, maka sudah menjadi kewajiban pendidik mulai menerapkan pendidikan soft skills. Pendidikan soft skills tidak harus melalui satu mata kuliah khusus, tetapi dapat diintegrasikan melalui semua mata kuliah yang sudah ada atau dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Misalnya, pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Agus Supriyanto, 2007. Namun, harus dipahami dulu bahwa tujuan belajar adalah membantu mahasiswa untuk mengembangkan potensinya agar mampu menghadapi problema kehidupan dan kemudian memecahkannya secara arif dan kreatif. Berarti pembelajaran pada semua mata kuliah seharusnya diorientasikan ke tujuan itu dan hasil belajar juga diukur berdasarkan kemampuan yang bersangkutan dalam memecahkan problem kehidupan. Pengembangan aspek-aspek soft skills dapat dipadukan dengan substansi mata kuliah atau bahkan sebagai metoda pembelajarannya. Misalnya jika kompetensi komunikasi dan kerjasama yang ingin dikembangkan pada suatu topik di mata kuliah Bahasa Indonesia, maka kedua kompetensi itu dikembangkan ketika topik tersebut dibahas, melalui strategi diskusi dan kerja kelompok. Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat dan memahami pendapat orang lain, serta kemampuan bekerjasama dirancang dan diukur hasilnya dalam pembelajaran topik tersebut. Aspek soft skills lain seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras