Pengembangan Soft Skills 2 buku pengembangan soft skills mahasiswa
28 adalah dengan membiasakan diri berinteraksi dan melakukan aktivitas
dengan orang lain.
Pengembangan soft skills memerlukan 3 hal penting. Pertama,
hard work kerja keras. Untuk memaksimalkan suatu kerja tentu butuh upaya kerja keras dari diri sendiri maupun lingkungan. Hanya dengan
kerja keras, orang akan mampu mengubah garis hidupnya sendiri. Melalui pendidikan yang terencana, terarah dan didukung pengalaman
belajar, seseorang akan memiliki daya tahan dan semangat hidup bekerja keras. Etos kerja keras perlu dikenalkan sejak dini di kampus
melalui berbagai kegiatan intra ataupun ekstrakurikuler. Mahasiswa di suatu kampus dengan tantangan ke depan yang lebih berat tentu harus
mempersiapkan diri sedini mungkin melalui pelatihan yang menekankan pada aspek soft skills baik secara sendiri ataupun kelompok.
Kedua, kemandirian. Ciri seorang yang mandiri adalah responsif,
percaya diri dan berinisiatif. Responsif berarti seseorang tanggap terhadap persoalan diri dan lingkungan. Sebagai contoh bagaimana
mahasiswa tanggap terhadap krisis global warming dengan kampanye hijaukan kampusku dan gerakan bersepeda tanpa motor. Menjaga
kepercayaan diri seorang mahasiswa untuk memaksimalkan potensi mahasiswa harus sinergis dengan kerja kerasnya. Ini berarti bahwa kerja
keras yang dilakukan akan memupuk rasa percaya diri mahasiswa. Kemandirian ditunjukkan juga dari inisiatif mahasiswa. Inisiatif kerja
sendiri menampilkan usaha lebih maksimal dibanding dengan kerja karena dorongan orang lain, apalagi dibarengi ide kreatif serta inovatif.
Ketiga, kerja sama tim. Keberhasilan adalah buah kebersamaan.
Keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok adalah pola klasik yang
29 masih relevan untuk menampilkan karakter ini. Pola pelatihan outbond
yang sekarang marak diselenggarakan merupakan pola peniruan karakter ini.
Hasil dari ketiga hal tersebut adalah keteguhan, disiplin, percaya diri, perilaku sopan, kemampuan kerja sama, membantu orang lain pada
setiap diri mahasiswa. Semua hasil tersebut merupakan kondisi abstrak. Keabstrakan kondisi tersebut mengakibatkan soft skills tidak mampu
dievaluasi secara tekstual karena indikator-indikator soft skills lebih mengarah pada proses eksistensi seseorang dalam kehidupannya.
Pengembangan soft skills yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skills yang dimiliki masing-
masing individu juga berbeda. Misalnya, sentuhan soft skills dalam aspek
social responsibility akan mengembangkan kebijaksanaan nurani,
mengembangkan kearifan
berpikir, mengembangkan
kearifan mengambil keputusan dan penunjang semangat keberhasilan pribadi
yang diinginkan, baik dalam mengelola aktivitas pribadi, maupun mengelola lingkungan sosial di masyarakat.
Atribut soft skills sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Atribut tersebut dapat
berubah jika yang bersangkutan mau mengubahnya. Atribut ini juga dapat dikembangkan menjadi karakter seseorang. Bagaimana mengubah
atau mengembangkannya? Tidak lain tidak bukan, harus diasah dan dipraktekkan
oleh setiap
individu yang
belajar atau
ingin mengembangkannya. Salah satu ajang yang cukup baik untuk
mengembangkan soft skills adalah melalui pembelajaran dengan segala aktivitasnya dalam lembaga kemahasiswaan.
30 Selain itu semua, faktor yang sangat berpengaruh dalam
mendiseminasikan soft skills pada para mahasiswa adalah dosen. Maka, Ichsan S. Putra 2004 anggota tim perumus buku Sukses dengan Soft
Skills ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para dosen supaya mengerti lebih jauh tentang soft skills. Menurutnya, dosen harus bisa
jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan sebagainya.
31
SOFT SKILLS DAN KARIER SESEORANG