23 Disampaikan oleh Lynton Gray dalam Sallis
2010:62 bahwa menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah hal mustahil. Sebagaimana
Lynton Gray mengungkapkan bahwa manusia tidak sama, dan mereka berada dalam situasi pendidikan
dan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama-ratakan. Menilai mutu pendidikan sangat ber-
beda dari memeriksa hasil produksi pabrik atau me- nilai sebuah jasa. Ide tentang pelajar sebagai produk
menghilangkan kompleksitas proses belajar, sehingga pendidikan dilihat sebagai sebuah jasa, bukan sebuah
bentuk produksi. TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan
secara terus menerus, yang dapat memberikan se- perangkat alat praktis kepada setiap institusi pendi-
dikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa
yang akan datang.
2.4.1 Kepuasan Layanan Pendidikan bagi Guru Kepuasan layanan pendidikan bagi guru sangat
diperlukan untuk memotivasi guru dalam menjalan-
kan profesinya. Seperti diungkapkan oleh Suyanto, 2005: 27 bahwa fenomena kehidupan yang amat
penting pada abad ke-21 ialah adanya globalisasi hampir pada semua aspek kehidupan, termasuk pe-
kerjaan guru yang memiliki tantangan yang bersifat mendunia karena inovasi antar individu di bumi luar
biasa pesatnya dalam bidang teknologi komunikasi.
24 Guru harus selalu mampu mengikuti perkembangan
masyarakat kontemporer yang semakin bersifat global.
Menurut Hidayatullah 2009: 153 guru yang konsisten terhadap profesinya selalu belajar dan me-
ngembangkan diri setiap waktu dan sepanjang hayat supaya guru dapat melaksanakan salah satu fungsi-
nya sebagai fasilitator atau pelayan. Sejalan dengan itu Supriadi 1999 menyatakan bahwa di antara ber-
bagai masukan input yang menentukan mutu pendi- dikan yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa
sepertiganya ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran
adalah kinerja mengajar guru. Untuk peningkatan pelayanan kepada siswanya
di dalam maupun di luar kelas seorang guru memer- lukan peningkatan layanan sarana prasarana dan
pendidikan sehingga dapat menjadi guru yang profesi- onal. Houle 1980 dalam Suyanto, 2005:28 mengata-
kan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki profesio- nalisme adalah:
Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, berdasarkan atas kompetensi individual, memiliki
sistem seleksi dan sertifikasi, ada kerjasama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, adanya kesa-
daran profesional yang tinggi, memiliki prinsip- prinsip kode etik, memiliki sistem sanksi profesi,
adanya militansi individual dan memiliki organi- sasi profesi.
Handoko 1995: 94 mengemukakan bahwa:
Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internal-
25
nya, dan merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai
tujuan kepuasan dirinya.
Jadi dengan pemenuhan kebutuhan guru oleh pimpin- an merupakan salah satu hal yang dapat mendorong
guru untuk dapat melaksanakan pekerjaan yang men- jadi tanggung jawabnya dengan baik. Pada akhirnya
dapat mencapai tingkat kepuasan pelanggan organi- sasi tersebut semakin tinggi.
Rendahnya pemenuhan kepuasan kerja dan prestasi kerja yang diperoleh guru belum memberikan
dampak yang optimal dalam kedudukan tertentu, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru akan
merubah perilaku dan perasaannya. Untuk memper- tahankan stabilitas lembaga pendidikan dalam meng-
hadapi kondisi persaingan yang semakin kompetitif dan telah bersifat global maka beberapa persoalan dan
aturan telah diperbaiki dan diberlakukan untuk semua guru.
2.4.2 Kepuasan Layanan Pendidikan bagi Siswa