Puisi Prosa Prosa Gedicht

22 Pemakaian metode dramatis untuk menggambarkan watak tokoh dapat dilakukan dengan baik melalui 10 sepuluh teknik berikut: teknik naming disebut juga pemberian nama tertentu, teknik cakapan, teknik penggambaran tokoh atau apa yang melintas dalam pikirannya, teknik stream of consciousness arus kesadaran, teknik pelukisan perasaan tokoh, teknik perbuatan tokoh, teknik sikap tokoh, teknik pandangan seorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu, teknik pelukisan tokoh, teknik pelukisan latar; 3 metode kontekstual hampir sama dengan teknik pelukisan latar. Dikatakan demikian karena yang dimaksud dengan kontekstual ialah cara menyatakan karakter tokoh melalui konteks verbal yang mengelilinginya; 4 metode campuran, pada sebuah roman kita akan menemukan beberapa metode untuk melukiskan para tokohnya. Sebuah teknik akan menjadi lebih efektif apabila dikombinasikan dengan teknik-teknik yang lain. Efektivitas di sini hendaknya dilihat dari segi ketepatannya dalam rangka keseluruhan cerita. Teori lain yang menjelaskan mengenai cara penggambaran tokoh didapatkan dari penentuan pembentukan seorang tokoh Gestaltung einer Figur oleh tiga hal, yaitu 1 Charakterisierung karakterisasi : direkt und indirekt langsung atau tidak langsung; 2 Konstellation : in welcher Beziehung sie zu anderen Figuren steht bagaimana hubungan seorang tokoh dengan tokoh lainnya; 3 Konzeption : in welcher Weise sie der Autor beziehungsweise die Autorin entworfen hat dengan cara bagaimana pengarang menceritakan mereka 23 atau lebih tepatnya dikatakan bagaimana pengarang merancang tokoh-tokohnya Ma rquaβ 1997:36. Nietzsche dalam roman Also Sprach Zarathustra lebih banyak menggunakan metode dramatis untuk menggambarkan tokoh Zarathustra. Tokoh Zarathustra sangat jarang diceritakan secara langsung oleh Nietzsche, sehingga dapat disimpulkan karakterisasi dalam roman ini ialah karakterisasi tidak langsung indirekte Charakterisierung. Hal ini dapat dilihat bahwa Nietzsche banyak menceritakan apa yang dilakukan, apa yang terjadi, dan apa yang dirasakan oleh Zarathustra. Nietzsche tidak pernah secara langsung menceritakan tentang penokohan tokohnya. Nietzsche memang sengaja menggunakan metode dramatis dan karakterisasi secara tidak langsung agar para pembaca mampu melibatkan imajinasinya ketika membaca roman Also Sprach Zarathustra.

D. Filsafat Postmodern

1. Sejarah Lahirnya Filsafat Filsafat pertama kali muncul pada tahun 624-546 SM. Orang yang pertama kali memunculkan filsafat ialah Thales, oleh karena itu ia digelari Bapak Filsafat. Sejarah lain mengenai filsafat mengungkapkan bahwa istilah philosophia pertama kali digunakan oleh Phytagoras sekitar abad ke-6 SM. Ketika diajukan pertanyaan kepadanya, bahwa apakah ia termasuk orang yang bijaksana? Dengan rendah hati Phytagoras menjawab, Saya hanya seorang philosophos, pecinta 24 kebijaksanaan. Jawaban Phytagoras ini sebagai reaksi terhadap kaum sophis, yakni sekelompok cendekiawan yang menggunakan hujah-hujahnya untuk mengalahkan lawan-lawan debatnya. Lebih dari itu, kaum sophis menjajakan kepandaiannya untuk mengambil untung dari lawan-lawan debatnya atau masyarakat yang diajarinya dengan menarik bayaran tertentu Maksum, 2009:16. 2. Pengertian dan Definisi Filsafat Filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani. Kata Yunaninya ialah philosophia. Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai pada yang diinginkan itu; sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Pengertian menurut bahasa filsafat dapat diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebajikan Poedjawijatna via Tafsir, 2010:9. Definisi lain mengenai filsafat, filsafat adalah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu Bakry, 1971:11. 3. Sistematika Filsafat Secara garis besar filsafat mempunyai tiga cabang besar, yaitu teori pengetahuan epistemologi, teori hakikat ontologi, dan teori nilai aksiologi. 25 Pembahasan mengenai filsafat tidak bisa lepas dari tiga aspek yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tiga aspek pembahasan mengenai filsafat Gasalba, 1981:24: 1 ontologi atau teori hakikat membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis; 2 epistemologi atau teori pengetahuan adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang membahas terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan ilmiah; 3 aksiologi atau teori nilai membahas nilai-nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan. Untuk mempelajari filsafat dapat digunakan tiga macam metode. Tiga macam metode itu, yakni: 1 metode sistematis, metode pembahasan filsafat yang didasarkan pada pendekatan material isi pemikiran. Melalui metode ini, seseorang bisa mempelajari filsafat mulai dari aspek ontology filsafat , kemudian dilanjutkan pada aspek epistemology, dan akhirnya sampai pada pembahasan mengenai aspek aksiologi filsafat; 2 metode historis, suatu metode pengkajian filsafat yang didasarkan pada prinsip-prinsip metode historigrafi yang meliputi empat tahapan: heuristic, kritik, interpretasi, dan historigrafi. Heuristic artinya penentuan sumber kajian. Intepretasi artinya melakukan intepretasi terhadap isi sebuah sumber kajian atau pemikiran 26 seorang ahli filsafat mengenai pemikirannya disekitar bahasa. Sementara itu historigrafi adalah tahapan penulisan dalam bentuk rangkaian cerita sejarah; dan 3 metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Bagi yang menggunakan metode ini haruslah sudah memiliki pengetahuan filsafat Salam, 2000:60. 4. Klasifikasi Filsafat Pengklasifikasian filsafat ada dua macam. Menurut zamannya filsafat tergolong menjadi empat periode. Empat periode itu yakni filsafat pada zaman Yunani kuno, filsafat pada abad pertengahan Skolastik, filsafat pada zaman modern, dan filsafat postmodern dan pengklasifikasian filsafat menurut alirannya yakni 1 materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature alam dan dunia fisik adalah satu. Pada zaman Aufklärung pencerahan, materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat; 2 dualisme adalah ajaran atau faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakikat yaitu hakikat materi atau hakikat ruhani. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama asasi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam; 3 empirisme, empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara observasi atau pengindraan; 4 rasionalisme, adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-