Deskripsi Roman Also Sprach Zarathustra
Gagasan Schopenhauer yang tertuang dalam bukunya The World as Will and Idea pada dasarnya merupakan salah satu bentuk adaptasi dan elaborasi pemikiran
Kant terhadap dunia. Ada 2 hal yang mempengaruhi sistem pemikiran Schopenhauer, 2 hal itu adalah pemikiran Kant tentang dunia dan pemikiran India
yang terdapat dalam buku Upanishad Sunardi, 2012:65. Dari pemikiran Kant, Schopenhauer juga mengakui adanya benda pada dirinya sendiri Das Ding an
sich . Contoh sederhana dari Das Ding an sich adalah ketika kita melihat benda
yang mempunyai banyak daun dan ranting, serta batang yang besar berwarna cokelat. Kemudian kita menyebutnya dengan sebutan “pohon”. Ketika kita
melihat hal-hal seperti itu dan kita menyebutnya dengan sebutan tertentu sesungguhnya yang kita lihat hanyalah fenomena yang dapat ditangkap oleh
indera kita, sedangkan benda pada dirinya sendiri Das Ding an sich bukanlah apa yang tertangkap oleh indera kita. Dari contoh sederhana tersebut kita
mendapat cara memandang dunia secara dualistik: dunia maya dan dunia paling nyata yang bersifat metafisik. Cara pandang ini yang terdapat dalam buku
Upanishad . Schopenhauer dan Nietzsche mengakui cara pandang ini. Bagi mereka
benda pada dirinya sendiri Das Ding an sich yang ada pada manusia bukanlah jasmani atau ruhani manusia, melainkan benda pada dirinya sendiri Das Ding an
sich yang ada pada manusia adalah Kehendak. Perbedaan antara Nietzsche dan
Schopenhauer ialah Nietzsche memakai gagasan tentang kehendak untuk berkuasa bukan sebagai prinsip untuk menjelaskan atau menafsirkan dunia, karena
Nietzsche hanya mengakui satu dunia, yaitu dunia fenomena.
Ditinjau pada paragraf sebelumnya ternyata segala sesuatu di dunia ini memiliki benda pada dirinya sendiri, dan perubahan benda pada dirinya sendiri
mengikuti perubahan kehendak. Berubahnya das ding an sich sesuai dengan kehendak menguraikan satu teori yakni kehendak merupakan hakikat dari segala-
galanya. Pada kalimat selanjutnya akan dijelaskan lebih rinci mengenai kehendak untuk berkuasa merupakan hakikat dari segala-galanya. Kehendak untuk berkuasa
yang merupakan hakikat dari segala-galanya tercantum dalam cuplikan roman Also Sprach Zarathustra
di bawah ini: “Hinter deinen Gedanken und Gefühlen, mein Bruder, steht ein
m ächtiger Gebieter, ein unbekannter Weiser der heiβt Selbst“
“Di balik pikiran dan perasaanmu, saudaraku, ada seorang penguasa besar, orang bijak tak dikenal- ia disebut Diri; ia tinggal dalam tubuhmu,
dialah tubuhmu“ Nietzsche, 1994:82.
6
Contoh das ding an sich sudah dij elaskan dengan contoh „pohon„. Das Ding an
sich pohon dapat berubah sesuai „kehendak„, yakni „pohon„ dapat ditebang
kemudian dipotong kecil-kecil dan diukir, setelah itu disambung dengan paku kemudian dicat, maka jadilah sebuah „kursi„ yang berfungsi sebagai tempat
duduk. Inilah dasar Nietzsche mengakui satu dunia, yakni dunia fenomena. Semua hal tergantung pada the way of interpreting, bagaimana kita mau memaknai isi
hidup kita. The way of interpreting yang berasal dari kehendak Levine, 104- 105:2002.
“Ich liebe Die, welche nicht erst hinter den Sternen einen Grund suchen, unterzugehen und Opfer zu sein: sondern die sich der Erde opfern, daβ
die Erde einst des Übermenschen werde ”.
“Aku mencintai mereka yang tidak mencari bintang alasan supaya mereka bisa menjadi korban, tapi yang mengorbankan diri mereka sendiri
kepada bumi, supaya bumi Übermensch bisa terwujud ” Nietzsche,
1994:11.
7
Maksud dari cuplikan tersebut ialah wujud seorang Übermensch yang memiliki kehendak untuk berkuasa. Seorang Übermensch bukanlah seorang yang
memiliki jabatan tinggi. Bukan pula seorang yang memiliki harta yang berlimpah atau seorang pemimpin. Seorang Übermensch ialah orang yang terus mau
berusaha meskipun ia harus bangkit dari kegagalannya, sebab ia tahu kesuksesan pasti terwujud jika ia tidak berhenti mewujudkannya. Ia tidak akan pernah
mengatakan alasan penyebab kegagalannya. Ia juga tahu bahwa tindakannya dapat menjadi teladan bagi orang lain. Seorang Übermensch yang menjadi ilmu bagi
orang lain, maka ia tidak memiliki niat untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingannya. Kehidupan yang baik di bumi dapat tercipta dengan cara ini
Sunardi, 93-95:2006 Levine, 236-240:2002. Jika dicermati secara seksama sesungguhnya Zarathustra memiliki
karakter yang bijak. Karakternya ini dibuktikan dalam salah satu kutipan Also Sprach Zarathustra
: Gebt
mir zu essen und zu trinken, ich vergaβ es am Tage. Der, welcher den Hungrigen speiset, erquickt seine eigene Seele: So spricht die
Weisheit. Beri aku makanan dan minuman sebab aku telah melupakannya
sepanjang hari tadi. Dia yang memberi makan orang lapar memberikan tenaga baru bagi jiwanya sendiri, begitulah yang dinyatakan oleh
kebijaksanaan Nietzsche, 1994:19.
8
Dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa kehendak untuk berkuasa ada di dalam aspek intelektual dan instingtual manusia. Ia ada di dalam kesadaran dan
ketidaksadaran manusia. Kehendak untuk berkuasa yang berada di dalam ketidaksadaran manusia berupa dorongan-dorongan naluri. Kebijaksanaan
merupakan salah satu aspek kehendak untuk berkuasa yang berada dalam